Cantik Terlihat Jelek - Bab 677 Aderlan Mengejarnya

"Presdir Aderlan, bagaimana dengan masalah Tuman?"

Meskipun ada perasaan, tapi Mimi memberitahu dirinya, hal ini, tidak boleh seperti ini.

Masalah diantara dia dengan Aderlan, juga bukan bisa diselesaikan dengan beberapa kata saja.

Aderlan dendam terhadapnya, bagaimana mungkin Mimi tidak ada!

Jadi, dia melepaskan tangan Aderlan, memutar badannya, menghindari sentuhan Aderlan, menglihatnya dan mengalihkan topik pembicaraan.

Jelas sekali, reaksi Mimi seperti ini, Aderlan sedikit terkejut.

"Masalah, sudah selesai, Rozi, kita bisa tidak......"

"Namaku Mimi, presdir Aderlan, masalah Tuman ini, anggap saja diganti dengan pukulan semalam, diantara kita tidak ada utang lagi."

Setelahnya, dia tidak menunggu Aderlan menjawab, mengambil tas dan jaket, berjalan keluar.

"Kamu buru-buru, apakah ingin mencarinya? Dia saja......"

"Peng!", suara pintu terbanting kuat.

Setelah keluar dari hotel, udara dingin menghantam, Mimi tidak bisa menahan untuk gemetaran.

Dia sangat mengerti, menunggu permaafan Aderlan, adalah apa yang dia impikan.

Tapi, dia juga sangat tau, diantara dia dengan Aderlan, tidak hanya semudah permaafan.

Meskipun pundaknya tidak nymana, dia masih tetap perhi ke rumah sakit, saat melihat Tuman di ruang pasien, dia baru menghela nafas legas.

Mama Tu melihatnya, sangat menggebu-gebu, jarinya menunjuk Mimi, "Nak, dia orangnya, dia adalah gadis yang aku ceritakan kepadamu."

Tuman memutar badannya, melihat Mimi, matanya tersenyum, tapi sangat sopan dan asing.

Mimi terdiam sebentar, terakhir juga tidak mengatakan kalau dia adalah Rozi.

Ada beberapa hal, mengetahui terlalu banyak, baginya bukanlah hal baik.

"Aku tidak membantu apa-apa, presdir Aderlan yang membantunya."

Setelah selesai mengatakannya, tangannya menjulur masuk ke dalam kantong, awalnya ingin memberi kepada mereka langsung kartu Aderlan itu.

Tapi, dia juga mengerti sifat Tuman.

Setelah berpikir, akhirnya, dia pergi ke resepsiosin rumah sakit, memindahkan uang di dalam kartu itu, ke dalam kartu pengobatan mamanya.

Tau Tuman tidak apa-apa, akhirnya dia bernafas legas.

Naik taxi, pergi ke tempat Rambo sana, ingin mengambil handphonenya.

Mengetuk pintu, ternyata Ibu Ram ada di rumah.

Melihat dia kemari, ekspresi Ibu Ram sedikit gugup.

Melihat ke dalam, tidak menyuruhnya masuk, tapi malah berjalan keluar, lalu menutup pintu.

"Ini, Mimi, kamu datang mencari Rambo?"

Mimi mengangguk, menunjuk ke dalam ruangan, "Semalam malam aku meninggalkan handphoneku disini, aku ingin datang mengambilnya."

Ibu Ram tampak terkejut sekali, menunjuknya, "Kamu.....semalam ada datang kerumahku?"

"Ehn, aku kemari mencari Rambo karena ada sedikit masalah, lalu, tinggal sebentar disini langsung pergi, lalu handphoneku tertinggal disini, tante, kenapa? Apakah sudah terjadi sesuatu?"

Ibu Ram terdiam, langsung menggeleng, "Oh, tidak apa-apa, kamu tunggu disini, aku pergi ambilkan untukmu."

Setelahnya, membuka pintu, setelah berpikir lalu memutar kepalanya menjelaskan kepada Mimi: "Didalam sedang mengepel, lantai terlalu licin, kamu tidak perlu masuk, tunggu aku disini!"

Setelah mengatakannya, pintu tertutup rapat.

Mimi menyipitkan matanya, merasa kalau Ibu Ram sedikit aneh, tapi tidak berpikir lebih banyak.

Setelah sebentar, Ibu Ram membawa handphonenya keluar.

Setelah Mimi menerima handphone, melihat Ibu Ram yang tampaknya tidak bermaksud menyuruhnya tinggal lebih lama, lalu berterimakasih, mengambil handphone dan keluar dari rumah Rambo.

Kembali ke perusahaan, dia menelepon Rambo, tapi tidak diangkat.

Karena banyak pekerjaan, Mimi berpikir mungkin Rambo sibuk, juga tidak memikirkannya.

Terkadang, dia sedang berpikir, kalau hari ini, dia bisa lebih penasaran, masuk ke pintu Rambo, mungkin kehidupannya tidak akan seperti ini.

"Mimi, kamu pergi ke perusahaan Mo sebentar."

Tiba-tiba Wenra berjalan keluar dari kantornya, melihat Mimi, lalu berpesan padanya.

Pergi ke perusahaan Mo? Aderlan?

Mimi menunjuk pundaknya sendiri, "Maaf, presdir Xu, tulang pundakku patah, tidak bisa kemana-mana."

Wenra mengerutkan kening, berjalan lebih dekat, melihat pundaknya memang diikat dengan tali, lalu tidak berbicara lebih banyak lagi.

Setelahnya presdir Aderlan bolak balik mencari berbagai alasan untuk mendekatinya.

Meskipun Mimi mencari cara untuk menghindar, tapi juga kebetulan ada bertemu.

"Kakek bilang malam ini di rumah ada makan malam bersama tahun baru, menyuruhmu datang ke keluarga Mo untuk makan bersama."

Saat pesan tersebut terkirim ke handphonenya, Mimi sedang makan, sumpit ditangannya mengeras.

Kemampuan Aderlan mendekati orang, juga membuat Mimi sangat terkejut.

Sedangkan perasaannya terhadap Rozi membuat Mimi lebih terkejut lagi.

Dia mengira Aderlan hanya bermain saja, makanya ada begitu banyak rumor yang berantakan di belakangnya.

Setelah dia mengatakannya sekali dengan santai, Aderlan malah menggunakan berbagai cara, membuat Mimi percaya kalau hatinya hanya ada Mimi.

Hanya saja, Mimi tetap tidak yakin, Aderlan mencintai dia atau Rozi.

Meskipun dua-duanya adalah dia, tapi, dia sangat tau kalau maknanya berbeda.

Sambil berpikir, lalu menjawab: "Presdir Aderlan, maaf, hari ini aku ada rencana lain, tolong sampaikan kepada kakek Mo, nanti kalau ada kesempatan pasti akan pergi melihatnya."

Setelah mengatakannya, dia langsung mematikan handphonenya, dia sudah tau kemampuan presdir Aderlan mengganggu orang.

Tapi, hari ini adalah ulang tahun Rambo, dia sudah berjanji mau pergi membantu Rambo mendekorasi pesta ulang tahunnya.

Sejak berpisah di hari itu, Mimi tidak lagi bertemu Rambo.

Rambo hanya mengirimkan pesan kepadanya, dia memang sudah berpacaran.

Dan mengatakan kalau di hari ulang tahun ini, dia akan memperkenalkan pacarnya.

Jadi, Mimi mengatakan kalau hari ini dia tidak akan absen.

"Kamu mau melamarnya?"

"Dia sudah menjadi orangku, aku harus bertanggung jawab."

Wajah Rambo penuh dengan senyum bahagia.

Mimi mengangguk, mengambil buku dan memukul pundak Rambo, "Penasaran sekali, siapa dia!"

"Sebentar lagi akan sampai, sabar!"

Sabar, bagaimana mungkin bisa sabar, wanita yang bisa membuat Rambo jatuh cinta, dan juga orang yang ingin dia jadikan sebagai istri, bagaimana mungkin Mimi bisa sabar?

Beberapa tahun ini, dia selalu merasa kalau dirinya dulu mempergunakan Rambo, jadi merasa bersalah, Rambo bisa bertemu dengan orang yang dia sukai, dia lebih senang dari siapapun.

Hanya saja, begitu pintu terbuka, Cempluk muncul di hadapannya, dia tercengang.

Pacar Rambo, orang yang ingin Rambo lamar, adalah Cempluk?

Tidak lama kemarin, Cempluk mengundurkan diri dari perusahaan, alasan karena, dia tiba-tiba pingsan di kantor.

Lalu, dia mendengar teman kerjanya bilang kalau Cempluk mengidap penyakit yang tidak bisa sembuh, hidupnya sudah tidak lama.

Dia juga sudah beberapa kali pergi ke rumah sakit menjenguk Cempluk, karena hal ini, dia sedih sampai beberapa saat.

Tapi, saat ini, Rambo malah mau melamar Cempluk?

Jadi, apakah Rambo tau?

Bibirnya tidak bisa tertahan untuk tertarik, kedua tangannya pelan-pelan mengepal.

Novel Terkait

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu