Cantik Terlihat Jelek - Bab 519 Menjadi Wali

Tetapi tangannya ditahan oleh Agus, dan melihat tatapannya penuh kemarahan, dia berkata, “Ada apa, aku menyuruh pelayan yang menggantikan bajumu, lagipula dilihat olehku adalah berkahmu.”

Hutu tertegun, melihatnya tidak seperti sedang berbohong, dia menarik kembali tangannya, wajahnya terlihat kaku.

Agus berdiri, memasukkan kedua tangan ke dalam saku, menghelas nafas dan menunjuk lemari di samping ranjang, “Tadi Pamanmu meneleponmu, aku mengangkatnya untukmu, dia bilang sebentar lagi akan datang menjemputmu.”

Mendengar kata paman, tatapan Hutu menjadi suram.

Dia melihat Agus, “Aku ingin kembali ke sekolah, bisakah kamu mengantarku?”

Agus melihatnya, dan tidak banyak bertanya, dia mengangguk, “Kalau begitu aku menunggumu di luar.”

Dia baru saja tiba di sekolah, Raven langsung meneleponnya.

Hutu merasa ragu, kemudian mengangkatnya.

“Paman......”

“Turun dari mobil.” Nada suaranya sangat tegas.

Turun.....mobil? Dia melihat ke belakang, benar saja, dia melihat mobil yang dia kenal.

Agus mengangkat bahunya, “Ketika kita keluar dari hotel, dia sudah mengikuti kita, itu paman.....mu?”

Hutu melepaskan sabuk pengaman, dia tidak menjawab, hanya mengangguk padanya, “Hari ini sangat berterima kasih padamu.”

Selesai berkata, dia membuka pintu dan keluar dari mobil, dia berjalan menuju ke arah mobil Raven.

Berdiri di samping mobil, dia tidak masuk ke dalam.

Jendela mobil diturunkan, Raven melihatnya, “Masuk ke dalam.”

Hutu menarik nafas, dia mengangkat kepala, air matanya tak tertahan mengalir keluar, “Tidak perlu, tanganku sudah sembuh, hari ini aku akan tinggal di sekolah.”

Raven menatapnya dengan tatapan mendalam, mengangkat alisnya, dia membuka pintu dan turun dari mobil, berjalan mendekatinya, menarik pintu mobil, dan berkata, “Masuk ke dalam mobil.”

Melihat Hutu menyeka air mata, dia terkejut, tatapan dan nada suaranya menjadi lebih lembut dari biasanya.

“Ada urusan apa, kita bicarakan lagi setelah kembali.”

“Tidak perlu, hari ini aku akan tinggal di sekolah.” Dia menolak.

“Kamu bukan anak kecil lagi.”

Nada suaranya tiba-tiba menjadi dingin dan kesal.

Hutu menatapnya, dia tidak mengerti mengapa dia marah, dia berbalik dan ingin kembali ke sekolah, lengannya malah ditarik Raven.

“Aku tidak perlu diurus olehmu, kamu jangan mengurusku lagi!” Dia berteriak padanya, ini merupakan pertama kali dia melampiaskan emosinya, namun tidak menyangka orang itu adalah Raven.

Dia ingin melepaskan tangannya, namun tak berdaya sama sekali tidak bertenaga.

Akhirnya, Hutu dipaksa masuk ke dalam mobil.

“Kakak ipar sudah setuju, meletakkan namaku sebagai walimu untuk sementara waktu, masalah sudah terjadi, kamu harus mencoba menghadapinya.”

Raven masuk ke mobil, mungkin karena ingin menenangkan dirinya, begitu dia duduk, dia segera berkata, dengan nada suara yang lembut.

Hutu memutar kepala, menatap Raven dengan tatapan tidak berani percaya, “Kamu..... bukankah kamu tidak setuju?”

“Kembali dulu ke rumah!”

Namun setelah tiba di rumah, Raven tidak mengatakan apapun, keduanya masuk ke rumah dan kembali ke kamar masing-masing.

Malam ini Hutu tertidur tidak nyenyak, jadi ketika bangun di pagi hari, dia merasa sangat pusing.

Dia mencuci wajahnya dengan air dingin, barulah kemudian kembali sadar.

Dia mengemas barang yang dia bawa.

Ketika keluar, Raven duduk bertelepon di samping jendela, melihatnya keluar, dia menutup telepon dan mendekatinya.

“Kamu boleh pindah dan tinggal di sini, aku......”

Hutu mengangkat kepala, tatapannya tertegun, dia menarik nafas dan menggelengkan kepalanya, “Tidak perlu, terima kasih paman.”

Selesai berkata, dia mengambil barang-barangnya, dan berjalan keluar.

Masih ada sarapan di atas meja, tetapi dia sama sekali tidak bernafsu makan.

Begitu dia turun ke bawah, Raven langsung meneleponnya, “Tunggu aku di bawah, aku mengantarmu pergi.”

“Tidak perlu, paman, aku akan naik taksi pergi sendiri.”

Dia menghentikan sebuah taksi dan duduk ke dalam.

Awalnya dia menyangka, tidak akan berhubungan lagi dengan Raven, namun benar-benar tak terduga.

Karena orang tuanya bercerai, dan tidak ada seorang pun yang menginginkannya, dia mulai mimpi setiap malam, selalu insomnia sepanjang malam.

Jadi, dia semakin sering merasa ngantuk dan tertidur dalam kelas.

Di SMA kelas 3, kalau nilaimu tidak bagus, tidak peduli bagaimana pun situasi keluargamu, para guru pada dasarnya tidak akan peduli, mereka hanya akan menghabiskan tenaganya pada siswa yang berprestasi. Jadi Hutu, yang nilainya kurang bagus, secara alami tidak ada yang akan mempedulikannya.

Hingga dia mengumpul kertas kosong tanpa mengisi jawaban pada saat ujian karena tertidur.

Kantor guru.

“Hutu, apakah kamu tidak suka padaku?” Guru Wang, dan juga sebagai guru matematika, yang merupakan pelajaran yang mendapat nilai nol kali ini.

Dalam kesannya, guru Wang ini telah mengajar mereka selama dua tahunan, dan selalu baik dan ceria. Jarang sekali melihatnya begitu marah.

Hutu menggaruk kepalanya dan menundukkan kepala, "Maafkan aku, Guru Wang, aku..... aku insomnia di malam hari, jadi...... aku minta maaf.”

“Panggil orang tuamu datang ke sekolah.” Wajah guru Wang menjadi gelap bagaikan tinta.

“Guru Wang, lain kali aku tidak akan seperti itu lagi, aku janji, aku.....”

"Tidak perlu mengatakan apapun lagi, sebagai murid di sekolah menengah, aku juga perlu mengerti apa alasan yang menyebabkanmu insomnia di malam hari."

Selesai berkata, dia berjalan melewatinya dan duduk di tempat duduknya.

Hutu tahu masalah ini tidak dapat diubah lagi.

Kembali ke kos, berdiri di balkon, memandang ke langit, begitu cerah, namun hatinya terasa begitu gelap.

Bagaimana seharusnya?

Selain popularitas orang tuanya di Kota Ciput, dengan situasi saat ini, dia juga tidak dapat mengatakannya!

Setelah masalah hari itu, ibunya mengirimkan pesan teks padanya, dia mengatakan tubuhnya kurang sehat, oleh karena itu, dia tidak punya tenaga untuk merawatnya dan memintanya untuk mengerti.

Dia harus bersyukur, dia tidak mengatakan yang sebenarnya, dan tidak melakukan sesuatu yang kejam.

Sedangkan ayahnya, hari berikutnya setelah kejadian itu, di tabungannya bertambah uang sejumlah 1 juta, katanya untuk biaya hidupnya.

Sangat lincah, namun membuat orang terasa dingin.

Bagaimana? Tidak mungkin berhenti sekolah, kan?

Dia memejamkan matanya dan membungkuk di pagar balkon, dia merasa sangat tidak berdaya.

“Hutu, aku mendengar Guru Wang memintamu mengundang orang tuamu?”

Semalam ketika ujian, dia dan Nini tidak berada di ruang ujian yang sama.

Hutu mengangguk, "Ya."

“Haiks, berdasarkan identitas orang tuamu, aku rasa mereka belum tentu akan datang!”

Nini adalah satu-satunya orang di sekolah yang mengetahui identitasnya, tetapi dia belum tahu orang tuanya telah bercerai.

Dia berjongkok di lantai, memegangi kepalanya, dan merasa sangat kesal.

“Kalau tidak, kamu meminta pamanmu datang, mumpung pamanmu juga sebagai orang tua, bukan?”

Novel Terkait

Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu