Cantik Terlihat Jelek - Bab 656 Terluka Karena Lompat Dari Gedung

Hanya karena, tata rias diubah, hanya karena, identitas Mimi, tidak dapat melihat cahaya.

Kamarnya ada dilantai empat, tidak begitu tinggi, dengan keahliannya, bisa dengan selamat turun kebawah, bukan masalah.

Malah tidak terpikirkan, saat lompat kebawah, bingkai AC yang sudah tua ada dibawah, tidak dibongkar, putus terpotong, cahaya itu gelap, dia tidak melihat jelas, melompat kebawah, langsung, dadanya tertusuk, darah mengalir, dia kesakitan hampir pingsan.

Pergi ke klinik swasta di daerah sekitarnya, menemukan seorang dokter wanita, dengan mudah merawat lukanya.

Membeli satu set pakaian murah, lalu memanggil taksi, kembali ke asrama.

Untungnya, beberapa orang asrama juga belum kembali.

Pagi hari ada kelas regular, terlalu melelahkan, tubuhnya tidak nyaman, lukanya juga sakit, awalnya dia tidak ingin pergi, tetapi setelah dipikir-pikir, akhirnya pergi juga.

Tidak ingin menimbulkan keraguan yang tidak perlu.

Bertahan hingga kelas berakhir, baru saja dia keluar dari kelas, dia melihat Rambo yang sedang menunggu diluar.

Tiba-tiba merasa, ada sedikit rasa bersalah.

Dia menundukkan kepala, dengan suara kecil berkata : “Rambo, kenapa kamu datang? Ada masalah?”

Rambo menatap dia, lama tidak berbicara, setelah beberapa saat, tiba-tiba dia menarik erat lengannya, “Ikut aku!”

Bahkan tangannya sangat lemah, tidak bisa melawan, tetapi, dia adalah seorang pria, ada perbedaan dalam kekuatan, Mimi berusaha melepaskan berkali-kali, tetapi tidak bisa lepas.

Dia bisa merasakan keadaan Rambo yang tampaknya sedang marah.

“Rambo, sebenarnya ada masalah apa?” dia menggunakan tangan yang satu lagi, mendorong pergelangan tangannya yang terkepal, buku yang ada ditangannya, jatuh berserakan di lantai.

Kali ini, kedua orang sudah tiba di café belakang sekolah, belum tiba waktu makan, disini sama sekali tidak ada orang.

Rambo melepaskannya, tetapi membelakanginya, pelan-pelan tidak berbicara.

Mimi membungkuk mengambil buku, dadanya karena tertarik, sangat sakit, dia tidak bisa menahan dan mendesis sejenak.

Rambo membalikkan badan, dengan gugup bertanya, “Kamu kenapa?”

Mimi mengambil nafas dalam-dalam, duduk sebentar disamping tangga.

Menatap wajah Rambo yang khawatir, dia tersenyum, “Apakah kamu sudah mengetahui sesuatu? Jika tidak, kamu tidak pernah datang ke kelas mencari aku.”

Karena itu, dia tidak ingin membawa topik pembicaraan yang tidak perlu kepadanya.

Raut wajah Rambo, beberapa saat menjadi kaku, seketika jakun terus berputar berkali-kali, baru duduk disebelahnya, mengambil batu-batu di tanah dan melemparkannya ke kejauhan, dia merenung sejenak baru berbicara.

“Asrama laki-laki kedatangan banyak orang, mengatakan itu adalah Tuan Muda Keempat keluarga Mo, semalam ditiduri oleh seorang siswa….”

Dia berhenti berbicara.

Mimi membuka mulutnya, lalu berkata : “Bagaimana bisa dia tahu aku ada di sekolah ini?”

Setelah selesai berkata, dia menyadari bahwa dia sudah keceplosan, merasa canggung sementara waktu.

Rambo langsung berdiri, menatap Mimi dengan tidak percaya.

“Benarkah itu adalah kamu? Apakah kamu sudah gila?”

Dia berputar ditempat, dengan kuat mengayunkan tangan ke satu sisi pohon, daunnya banyak berjatuhan, tetapi tidak mengurangi amarahnya.

Mimi berdiri disatu sisi, menundukkan kepala, untuk sesaat, tidak tahu harus berkata apa?

Dia memang gila! Tetapi, itu tidak pernah terjadi sebelumnya.

“Itu adalah kesucianmu seumur hidup, kamu jelas-jelas tahu, kalian tidak mungkin bersama, mengapa kamu masih ingin berbuat begitu? apa baiknya dia, dia hanya penampilan saja yang baik, karena kaya? Dia memperlakukan begitu, kenapa kamu masih harus membayarnya, kamu, kamu benar-benar membuatku kecewa….”

Kesan Mimi terhadap Rambo termasuk lembut dan anggun, dia yang sangat kejam ini, membuat Mimi sedikit terkejut.

Dia menahan tubuhnya dan berdiri, karena kemarin malam tidak tidur, dadanya juga terluka, merasa matanya kabur, seluruh orangnya jatuh kesamping.

Rambo memapahnya dengan cepat, Mimi melihat sekilas, perlahan-lahan berdiri tegak.

“Aku memang sudah gila, tetapi yang gila adalah Mimi, tetapi Rozi, dia bersedia melakukannya, kamu mengerti? Rambo?” Dia mengatakan kata demi kata.

“Aku juga tidak menyesal melakukan itu!” Dia mengatakan satu kalimat lagi.

“Aku tidak mengerti, kamu jelas-jelas sedang menipu dirimu sendiri.” Rambo menoleh ke belakang, berteriak dengan keras : perbedaan kesenjangan yang tinggi, kali ini tempat kedua orang berdiri, begitu dia menundukkan kepalanya, dia terlihat dadanya.

Dia tidak sempat merasa canggung, tidak sempat merasa malu, lalu merasa terkejut dengan luka itu,

“Kamu…Dadamu… kenapa?”

Mimi memegang erat jaketnya, berjalan mundur selangkah, “Semalam ketika aku melompat dari lantai empat, tertusuk oleh sesuatu barang.”

Dia tidak berencana menyembunyikannya dari Rambo.

“Rambo, bisakah kita berpura-pura menjalin kasih sementara waktu? Aku takut dia akan curiga!”

Tidak menunggu Rambo untuk mencerna kalimat terakhir, Mimi kemudian datang ke kalimat berikutnya.

Seluruh tubuh Rambo, benar-benar dalam kondisi tercengang, dia menatap Mimi, dalam waktu yang sangat lama tanpa ekspresi berkata : “Aku membawamu ke rumah sakit dulu.”

Mimi mengelenggkan kepala, “Luka luar, bukan masalah yang besar!”

Rambo menatap Mimi dengan sangat dalam, membungkuk, menunduk, kedua tangannya diletakkan dilutut, menghembuskan nafas yang berat.

“Mimi, aku saat ini, hatiku benar-benar sangat sedih, kamu jangan membuat hatiku sakit lagi, bisakah?” Suaranya sedikit tersedak, mengangkat kepala, menatap Mimi, dalam matanya seperti memohon.

Kata-kata penolakan yang sudah sampai di mulut Mimi, pada akhirnya, tidak mengatakan apa-apa.

Dia tahu, dia benar-benar sudah menyakiti pria yang ada dihadapannya itu.

Aderlan duduk didalam mobil, tanpa terkecuali mendengarkan, tidak ada orang yang bernama Rozi ini.

Dia merasa seluruh hatinya seperti dilubangi sekaligus, tidak bisa mengatakan perasaan yang tidak berdaya dan ketakutan itu.

Ketika bangun pagi hari, kamar hotel, tidak ada yang aneh, dalam hatinya menertawakan diri sendiri yang bermimpi musim semi.

Tetapi ketika dia membuka selimut, melihat sebuah bercak merah yang menyilaukan, dan diselimut, ketika nodanya tersebar, otaknya kosong.

Tetapi, dia mengerti satu hal dengan jelas, semalam itu bukan mimpi.

Ditempat tidur terlihat lagi, sebuah potongan lencana Universitas T yang besar, dia sangat gembira.

Dirinya mengira, dia masih ada disana.

Tetapi, dia meminta orang mencari catatan siswa di sekolah, dan tidak menemukan orang yang bernama Rozi.

Dia tidak punya pilihan lain, meminta orang untuk datang langsung ke asrama.

Hanya saja, kenapa bisa tidak ada?

Kalau begitu, dia pergi kemana? Dimana dia sekarang berada?

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu