Cantik Terlihat Jelek - Bab 696 Kerinduanku Padamu Hampir Membuatku Gila

Kuil di tengah lereng gunung yang dikelilingi oleh kabut itu tenang dan tenteram.

Aderlan duduk di halaman yang sunyi, membungkuk di tepi batu, menyalin ajaran Buddha.

Alisnya elok, penampilannya luar biasa, tetapi dia tampak kurusan.

Mimi berdiri di ambang pintu masuk sambil memandangi semua ini, dia merasa lega, tetapi juga merasa pilu di hati pada saat bersamaan.

Gukimi, yang memandu jalan, entah kapan sudah pergi.

Mimi bersandar di pintu, menatap Aderlan.

Wajah Aderlan tenang, tidak terlihat ketergesaan dan kefrustrasian setelah kejadian.

"Aderlan ..." Mimi bersuara, suaranya tercekat.

"Maaf telah membuatmu khawatir."

Aderlan tampaknya tahu bahwa Mimi akan datang, ekspresinya sangat tenang. Dia mengangkat kepala, memberi senyuman pada Mimi, sangat cemerlang, juga sangat menawan.

Mimi telah memikirkan kata-kata hiburan di sepanjang jalan. Namun, saat melihat Aderlan, bibirnya memang bergerak, tetapi tidak tahu cara mengucapkan kata-kata yang telah disiapkan.

"Perusahaan Mo ... kenapa tiba-tiba ... seperti ini?"

Aderlan melihat sejenak tulisan suci ajaran Buddha di depannya. Kemudian, dia berdiri dan bergegas ke sisi Mimi, lalu mengulurkan lengannya yang panjang dan meraih Mimi ke dalam pelukannya.

Mimi secara naluriah meronta dan hendak mendorong Aderlan, tapi Aderlan malah memeluknya lebih erat.

"Aku sedih, biarkan aku memelukmu sebentar."

Aderlan bertingkah sedikit manja, sedikit terpojok ...

Itu membuat tangan Mimi yang terulur untuk mendorongnya membeku di udara.

“Kenapa ini bisa terjadi.” Mimi bertanya ulang.

Aderlan tidak menjawabnya, dia meletakkan wajah di bahunya, menggosoknya berulang kali.

Setelah beberapa saat, Mimi mengira Aderlan akan mengeluh atau lain sebagainya, tetapi dia tidak menyangka Aderlan malah berkata, "Aku merindukanmu, begitu rindu hingga hampir menggila."

Mimi terpana. Dia lalu mendorong Aderlan dengan paksa, Setelah memandangi Aderlan dari ujung kepala ke ujung kaki, Mimi berkata, "Kamu ... Jangan-jangan Perusahaan Mo baik-baik saja?"

Kalau tidak, bagaimana mungkin Aderlan masih mempunyai niat memikirkan persoalan cinta?

Pelukan kosong menyebabkan Aderlan mengerutkan kening.

“Kedepannya tidak ada lagi Perusahaan Mo.” Aderlan mengerutkan bibir tipisnya, terdapat sentuhan kesedihan yang melintasi matanya yang indah.

Penampilan itu membuat Mimi seketika merasa tidak tega, seketika melupakan perilaku Aderlan yang sembrono tadi.

Mimi mengambil dua langkah ke depan, "Kenapa ini bisa terjadi mendadak? Bagaimana dengan Kakek? Apakah dia tahu?"

Aderlan menundukkan kepala, tidak mengatakan apa-apa.

Mimi menarik napas, "Tidak apa-apa, kamu masih muda, kamu bisa mulai dari awal."

Mimi menghibur Aderlan. Setelah mengucapkan beberapa kata, dia merasa omongannya agak tidak berfaedah.

Aderlan menatapnya beberapa saat, berbalik, berjalan ke ruangan.

Mimi bimbang sejenak, tetapi pada akhirnya tetap menyusuli langkah Aderlan.

Begitu memasuki ruangan, Aderlan yang menahan pada kusen pintu langsung jatuh pingsan.

Kemudian, entah dari mana sekelompok dokter berpakaian mantel putih langsung bergegas keluar.

Mimi terdorong ke samping.

Dia menyaksikan Aderlan dibawa pergi dengan tandu.

Dia tertegun sejenak sebelum tanggap dari keterkejutan.

Dia berbalik dan segera mengejar mereka.

Tetapi ketika dia sampai di gerbang kuil, dia langsung ditahan oleh Gukimi.

"Jangan kejar lagi."

"Apa yang terjadi padanya, kenapa dia bisa pingsan?"

Gukimi sekilas melihat Mimi, lalu bersandar di pintu, menjawab apa yang tidak ditanyakan, "Jika kamu mau menyelamatkan nyawanya, maka menjauhlah darinya dan bersikap kejam padanya."

Setelah berbicara, Gukimi tersenyum.

Gukimi yang berbahagia di atas penderitaan orang lain membuat Mimi mengerutkan kening. Mimi mengempaskan tangan Gukimi dan lanjut mengejar.

Gukimi langsung menarik Mimi dengan kuat, "Jika kamu ingin menyelamatkannya dan Perusahaan Mo, maka kamu tidak boleh mengerjarnya."

Sebutir kalimat itu menghentikan dan menarik kembali langkah yang diambil Mimi.

Ambulans telah melaju pergi.

Selanjutnya, kuil kembali sunyi.

"Apa maksud perkataanmu barusan? Kamu tahu sesuatu, benar?" Pada saat ini, Mimi yakin bahwa Gukimi pastinya tidak berniat baik.

Tahu apa?

Gukimi tersenyum, "Aku tidak tahu apa-apa. Apa yang aku tahu adalah dia membuatku marah demi kamu. Oleh karena itu, Perusahaan Mo hampir runtuh. Semua permulaan ini disebabkan oleh dirimu."

Setelah berbicara, Gukimi mengarahkan jarinya ke posisi pelipisnya, "Oh ya, Kamu mungkin tidak mengetahuinya, bukan? Dia mengidap suatu penyakit, semacam penyakit mental. Agaknya penyakit itu disebabkan dirimu juga."

Jari-jari Mimi yang berada di pintu kayu tua tidak henti mengais, serbuk kayu berjatuhan di tanah dan di kakinya.

"Apa maksudmu? Sialan, bisakah kamu mengatakannya dengan jelas?"

Mimi meledak, berteriak pada Gukimi, matanya memerah.

Gukimi bertepuk tangan, "Karakter ini, bagus! Bagus sekali! Tidak heran dia tidak bisa melupakanmu."

Mimi merasa bahwa pria ini agaknya penyakitan, mengingat pertemuan pertama kali dengan pria ini, Mimi memelototinya, kemudian berjalan keluar.

"Dia memang sangat pintar dan pandai berbisnis, tapi dia terlalu mementingkan perasaan sehingga Perusahaan Mo akan berakhir seperti hari ini. Sekarang, hanya aku yang bisa menyelamatkannya."

Gukimi mengikuti Mimi, berkata dengan nada santai dan sombong atas kemenangan.

Mimi mengabaikannya dan mengejar ke jalan, dia menemukan masih ada bayangan ambulans di sana.

Mimi berbalik, dia mencengkeram kerah baju Gukimi. Perbedaan ketinggian kedua belah pihak menyebabkan Mimi berjinjit, terengah-engah, "Apa syaratmu untuk menyelamatkannya?"

Pada saat ini, sebuah pemikiran melintasi benak Mimi. Selama bisa menyelamatkan Aderlan, dia tidak keberatan untuk mengkhianati dirinya sendiri.

Dia tiba-tiba percaya pada plot pasaran dalam novel-novel romansa. Ternyata cinta yang dalam benar-benar membuat seseorang bersedia untuk mengorbankan segalanya.

Namun, pemikirannya itu salah besar.

Gukimi mengangkat sudut mulutnya, membungkuk, membisikkan beberapa kata di telinga Mimi. Terlihat Mimi mendorong Gukimi dengan gila, "Kamu ... kamu sembarangan, kamu, kamu ... kamu kotor."

Setelah mengutuk, Mimi berjongkok di tanah, dia merasa mual dan ingin muntah.

Gukimi sama sekali tidak peduli dengan reaksi Mimi, "Aku tidak suka apa yang tidak bisa didapatkanku malah didapati orang lain, ini benar-benar menyakitkan. Kita seharusnya berbagi perasaan yang sama."

Mimi merapatkan bibir, menelan ludah, memandang pria di depannya seperti memandang hantu. Barusan Gukimi memberitahunya bahwa dia hanya akan menyelamatkan Perusahaan Mo setelah dia meniduri Aderlan.

Gukimi suka Aderlan?

Alasan awalnya karena dia bertemu Aderlan dan Rozi di bar.

Dia menyalahpahami bahwa Aderlan dan dia adalah jenis orang yang sama.

Lucunya, Mimi selalu mengira bahwa orang yang disukai Gukimi adalah dirinya!

Ini ... sungguh ...

"Jika kamu ingin dia dan Perusahaan Mo selamat, biarkan dia mati hati padamu, jangan berkontak lagi untuk selamanya."

Suara rendah Gukimi terdengar di telinga Mimi, suara tersebut mengandung ejekan yang agak menakutkan, Mimi merasa semua bulu kuduknya berdiri.

Novel Terkait

Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu