Cantik Terlihat Jelek - bab 281 Setelah Menyerang Balik

“Mamaku secara khusus menegaskan berulang kali, harus pergi denganmu, kamu juga sudah berapa lama tidak makan di rumahku?” Suya berbicara, sambil memakaikan jaketnya di tubuh Mikasa, segera setelahnya, menyuruhnya duduk di kursi, mengambil sisir dan tas make-up, “sini, aku dandanin kamu.”

Mikasa mengernyitkan alisnya, “anggap saja pergi makan, kamu juga tak perlu seniat ini kan? Papamu, mamamu, kakakmu, siapa yang belum lihat penampilan jelekku?”

Ia ingat ada sekali waktu mabuk bersama Suya, pergi ke rumah Suya, pertama kalinya pergi ke rumah Suya.

Mabuk parah, rusuh di rumahnya sampai binatangpun tidak merasa tenang, keesokan harinya, Ibu Suya langsung memaksa Suya untuk memutuskan hubungannya dengan Mikasa, menyebutnya sebagai orang yang urakan.

Karena Suya dengan penuh air mata, cerita Mikasa yang menyelamatkannya, baru ia utarakan, baru masalah ini jadi reda.

Suya tak meladeninya, tangannya terus lanjut mengusap-usap wajahnya, “kamu jangan berpikir terlalu banyak. Aku juga hanya ingin kamu menikmati saat-saat ini, hasil kerja kerasmu, supaya kamu tahu juga, sebenarnya kamu itu orang yang sama sekali bukan orang yang perlu bersusah payah jadi sempurna untuk dicintai orang, Mikasa, kamu itu sangat bermutu, kami harusnya lebih percaya diri.”

Selesai bicara Suya berhenti sejenak, memutar Mikasa ke arah cermin, “bagaimana? Merasa tidak kalau kami sangat cantik seperti ini? Mikasa, untuk masalah ini, beberapa tahun ini aku juga sudah bilang ribuan kali, tapi kamj selalu tidak mendengarkan, wanita itu, tidak harus dandan berpakaian mewah, tapi, sebisa mungkin jadi pribadi yang lebih baik, aku harap kamu semakin kuat, saking kuatnya, di kemudian hari saat berdiri di sebelah Gary, membuat wanita lain tidak berani memandang, juga tidak berani sembarangan membicarakan, meskipun nantinya suami kamu bukan Gary, tapi, aku harap kesempatan kamu memilih akan lebih banyak.”

“Hari itu, pria tua itu, bahkan berani mengkritikmu, Mikasa, kamu kenapa masih tidak mengerti, di masyarakat sekarang ini, tidak semua orang bisa melihat isi hatimu, ini sudah zaman yang melihat tampilan luar, kali ini Gisel kalau kamu cukup bermutu, apa ia berani sesombong itu?”

Tubuh Mikasa sedikit gemetar, melihat dirinya sendiri di cermin, ia mengangkat kepalanya dan menegakkan dadanya, mengambil nafas dalam-dalam, “baik, selanjutnya aku akan mendengar kata-katamu.”

Terhadap Mikasa yang tak disangka-sangka menurut, wajah Suya agak senang.

Saat mereka berdua sampai ke rumah Suya sudah 1 jam setelahnya.

Ibu Suya dari awal sudah menunggu di pintu depan.

Melihat mobil mereka berdua berhenti, ia buru-buru menyambut.

“Mama angkat.” Mikasa turun dari mobil, menyapa Ibu Suya.

Ibu Suya pertamanya terlihat terdiam sejenak, segera setelahnya, ia menggenggam tangan Mikasa, berkata dengan terkejut: “wah, anak ini, aku barusan hampir saja tidak mengenali, ka.....kamu kenapa bisa sekurus ini?”

Terdiam sejenak, kemudian dengan tulus berkata: “nak, hidup itu memang seperti ini, masalah yang tidak berjalan sesuai keinginan, pasti ada 8-9 dari 10, meskipun cerai tapi itu bukan masalah yang besar sekali, kenapa kamu menyiksa dirimu sampai begini?”

Suya mengernyitkan alisnya, mendekat, “ma, ngomong apa sih? Mikasa ini memang niat diet, mama tidak merasa setelah kurusan, ia jauh lebih cantik?”

Ibu Suya melihat Suya dari atas sampai bawah dan menilai Mikasa,”begitu? Kalau begitu bagus sih, Mama angkat kira kamu sakit hati sampai kayak gini? Tampilan kamu setelah kurusan memang, jauh lebih cantik sih.“

Mikasa melihat ke Suya yang turun dari mobil belakangan, sampai merasa agak tidak enak dipuji Ibu Suya.

“Mama angkat, Anda jangan menjadikanku bahan tertawaan lagi, di hadapan Suya, aku selalu sulit menemukan eksistensi.”

Ujung bibir Ibu Suya terangkat, “aku lihat, tampilanmu sekarang, tidak lebih buruk dari anakku Suya.”

“Ma, mama ada yang baru yang lama langsung dibuang? Sudah ada putri angkat, putri kandungmu, dibuang begitu saja?” Suya mendekat dan memeluk tangan Mamanya.

Ibu Suya menepuk-nepuk punggung tangan Suya, “tahunya cuma sembarang omong saja, sudahlah, masuk sana, kakak keduamu dari tadi sudah ributin kalian berdua terus.”

Kakak kedua Suya, lebih tua 2 tahun dari Suya, seumuran dengan Gary, katanya ia jadi pejabat di suatu tempat, jabatannya lumayan juga.

Terakhir kali Mikasa bertemu dengannya, di ulang tahun Suya 2 tahun yang lalu, saat itu kesannya, pria yang manis seperti imi, bisa jadi pejabat seperti apa sih?

Dengan penjelasan manis Kakak kedua Suya, Mikasa sudah merasa sungkan, kalau tidak ada yang mengenalkan, orang pasti akan menganggapnya sebaGai perempuan, rambutnya saja panjang, dalam kesan Mikasa, Kakak kedua Suya unik, tidak bicara banyak juga, sangat dingin.

Mikasa pernah tanya Suya, Kakak kedua Suya suka perempuan apa laki-laki, apakah tidak normal.

Suya menyalahkannya karena menilai orang berdasarkan luarnya saja.

Mereka berdua satu di kiri dan satu di kanan, melampirkan tangan pada Ibu Suya masuk ke ruang tamu.

Pandangan orang-orang tertuju pada Suya kemudian berpindah pada Mikasa seperti observasi.

Suya menutup mulutnya dan tertawa, “bagaimana? Kakak kedua, tidak bisa mengenali kan? Mikasa.”

Tiba-tiba Suya bicara.

Mikasa awalnya menunduk, mendengar Suya memanggil kakak kedua, langsung penasaran, mengangkat kepalanya, kemudian tercengang di sana.

Rambut panjang pria itu, tidak ada lagi, sudah jadi pendek rapih, mempesona, turun levelnya, secara dratis jauh lebih macho, sekilas dilihat, memang agak mirip dengan Ayah Suya.

Saat ia sedang menilai pria di hadapannya, pria itu juga sedang menilainya,

Dahi yang bersih, rambutnya terikat tinggi, wajah oval, kelima bagian indera di wajah yang terukir jelas, pinggang ramping yang tidak jelas terlihat, agak keren, agak menarik.

Dalam kesannya, wanita yang memegang gelas dan minum alkohol, pakai jaket dan celana jeans, yang tidak ramping, sudah tak terlihat.

“Kakak kedua.” Mikasa bereaksi lebih dahulu.

Kakak kedua Suya mengangguk, “Mika memang agak lebih feminim.”

Mikasa jelas tercengang, kenapa ini Kakak kedua Suya perbedaannya besar sekali dengan yang ada di ingatannya, Kakak kedua Suya bukannya biasa hanya bilang “ya”, “oh” dan sejenisnya?

“Kakak kedua, semakin lama juga semakin macho”

“Apanya yang macho dan feminim, ayo ayo, makan, kalau tidak kembali, kakak keduamu akan terkena bencana, lihat raut wajah papamu sudah muram.” kata Ibu Suya.

Mendengar hal itu, Suya melepaskan tangan Ibu Suya dan mendekat beberapa langkah, menyampir tangan Papanya, “papa, papa marah sama aku?”

Raut wajah muram Ayah Suya beberapa saat yang lalu, pada saat itu, keriputnyapun tertawa, menepuk-nepuk tangan Suya, “lagi hamil, pelan-pelan sedikit geraknya, papa menunggumu.”

“Hehe, Papa memang yang terbaik.”

Melihat interaksi mereka berdua, Mikasa tiba-tiba teringat kembali Papanya yang sudah meninggal, meskipun Papanya juga lebih mementingkan pria daripada wanita, tetapi perlakuan padanya sama sekali tidak buruk, dalam sekejap muncul rasa sedih dalam hatinya.

“Kalau begitu kita mulai makan saja kan?”

“Tunggu sebentar, Eren sebentar lagi sampai.”

Suya tercengang, dengan wajah agak terkejut, “bukannya dia bilang tidak akan kembali sampai hari pernikahan nanti?”

Ibu Suya sedikit menarik lengan bajunya, “nanti, sikapmu bagusan dikit ya, sudah mau jadi suamimu loh, kalau ribut terus seperti ini, bagaimana mau menikah?”

Mikasa juga melihat Suya, “Suya, kata-kata Mama angkat benar juga, tahan emosimu sedikit.”

“Tahan? Tahan sampai akhir, sama seperti kamu, cerai gitu?”

Mikasa agak canggung.

Pandangan orang banyak malah tertuju pada wajah Mikasa, Ayah Suya dan Ibu Suya tahu soal Mikasa yang bercerai.

Kakak Suya berkata, “Mikasa, sudah pernah menikah?”

Mikasa tersenyum kecut: “benar, sudah belajar kalau tidak perlu buru-buru, akhirnya, belajar juga orang bisa pergi secepat kilat.”

“Pria itu, mengganggumu?” Kakak kedua Suya berkata, karena ia melihat jari tangan Mikasa terkepal erat di sisi bajunya, terlihat jelas sedang menahan emosi.

“Tidak, sudahlah, jangan bicarakan aku lagi, ini Suya mau menikah, tidak usah bicarakan hal yang tidak beruntung seperti cerai.”

“Kan kamu sudah mengakui Mama angkat, nantinya kamu juga jadi keluarga kami, kalau ada yang berani mengganggumu, kamu pulang kasih tahu, kita akan mendukungmu. ”Kakak kedua Suya bicara lagi.

Mikasa terkejut sampai mulutnya tak bisa ia tutup, perubahan sifatnya terlalu besar ya.

“Terima kasih kak.” ia melihat senyuman Kakak kedua Suya, kedua lesung pipit di pipinya, tambah manis.”

Pandangan Suya terhenti sesaat pada Kakak kedua Suya, mengernyitkan alisnya, sorot matanya agak rumit.

Novel Terkait

Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu