Cantik Terlihat Jelek - Bab 600 Ayah Kandung

“Ke... kasih?” Hutu menundukkan kepalanya sambil makan, berusaha menyembunyikan perasaan bersalah di hatinya.

Setelah ragu-ragu sejenak, Hutu berkata, "Vema, sebenarnya, ada orang yang aku sukai."

Vema mengerutkan kening dan bersemangat, "Siapa, siapa?"

Hutu menarik selimut, menutupi wajahnya dan berekspresi malu, kemudian menggelengkan kepalanya, "Jangan menatapku, tunggu ada kesempatan, aku akan memperkenalkannya padamu."

Tunggu hubungannya dengan Raven sudah jelas, Hutu pasti akan memberitahu mereka.

Selama bertahun-tahun, Hutu sangat merasa bersalah karena menyembunyikan hal ini dari mereka.

Hanya saja, apakah akan ada hari itu?

Keluarga Ningga jelas sudah terburu-buru dan mereka berusaha untuk memisahkan mereka berdua.

Vema memutihkan matanya, "Kalau begitu aku akan memberitahumu sebuah kabar baik, aku sudah pacaran!"

Hutu mendongak dan membeku, "Bukankah kamu menyukai Elias Pical? Perasaanmu telah berubah?"

Vema menggelengkan kepalanya.

Hutu mengerutkan kening dan meletakkan makanan ringan, kemudian meraih tangan Vema, "Vema, standarmu begitu baik, kamu jangan menjadi pihak ketiga, itu akan menghancurkanmu."

Elias Pical sudah menikah dan bahkan memiliki seorang putri, mereka semua mengetahui hal ini.

Karena itu, selama bertahun-tahun, tidak ada yang setuju kalau Vema menyukai Elias, tetapi Vema sangat keras kepala, sebanyak apapun yang mereka katakan tidak ada gunanya.

Vema berdiri, menuangkan air untuk Hutu, berbalik dan tersenyum senang, "Dia sudah bercerai!"

Hutu sedikit terpelongo, wajahnya terkejut, mengambil air dan meminumnya seteguk, setelah terdiam sejenak barulah berbicara, "Jadi? Kamu... ingin menikah dengannya? Pernikahan kedua... Apakah... orang tuamu bisa menerimanya?"

Sejauh yang dia tahu, keluarga Vema juga sangat makmur dan juga keluarga kaya.

Keluarga seperti itu paling memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan reputasi.

Vema menekan bibirnya, dengan pandangan yang tidak ingin mengerti, "Apa yang bisa mereka lakukan jika mereka tidak setuju?"

Vema mengucapkan beberapa kata, kemudian mengibas rambutnya yang panjang menjuntai di dada ke belakang punggungnya.

"Pernikahan diri sendiri ibarat seperti memakai sepatu sendiri, apakah cocok atau tidak, nyaman atau tidak nyaman, tidak ada yang akan bisa merasakan hal yang sama. Jika demikian, mengapa aku harus peduli dengan pemikiran orang lain? Meskipun orang tua, mereka juga sama, mereka tidak mungkin membantuku menjalani hidupku sendiri. "

Orang tua juga sama?

Hutu tertegun mendengarkan perkataan Vema dan mengejutkan lubuk hatinya, benar juga, apakah Hutu terlalu peduli dengan pemikiran orang lain.

Karakter Hutu yang selalu memikirkan banyak hal, sehingga membuat dirinya sendiri merasa lelah.

Jika dipikir-pikir, Hutu merasa bahwa situasi dirinya dengan situasi Vema tetap berbeda, Hutu bisa saja tidak peduli dengan dirinya sendiri, tetapi Hutu tidak mungkin mengabaikan perasaan Raven.

"Lalu, jika kalian hidup bersama, apakah itu akan mempersulit keadaan Elias? Jika Elias menjadi subjek gosip, apakah kamu juga tidak peduli?"

Hutu berpikir dan bertanya pada Vema.

Vema ragu-ragu sejenak, kemudian berkata, "Elias? Mempersulit keadaan? Maksudmu keluarganya? Maka aku jadi lebih ingin bersamanya. Aku malah merasa bahwa jika saling mencintai, tidak ada hal yang bisa menjadi masalah."

Jika saling mencintai, tidak ada hal yang bisa menjadi masalah.

Saat dikondisi seperti itu, Hutu juga pernah begitu percaya diri.

Tetapi hasilnya? Hutu malah melukai dirinya sendiri.

Hutu ingin membujuk Vema, agar Vema bisa mempertimbangkannya lagi dengan lebih teliti.

Namun, berbalik dan berpikir lagi, Hutu tidak ingin berkata lebih banyak.

Karena Hutu sangat mengerti, meskipun dirinya memahami kebenaran ini sekarang dan kembali ke waktu itu, dirinya masih akan memilih pilihan yang sama.

Cinta memang suatu hal yang bisa membuat seseorang bertindak di luar nalar.

Saat Mimi datang, Hutu sudah tertidur, Hutu mendengar mereka berdua berbicara dengan samar-samar.

"Apakah sesuatu terjadi pada Tutu ? Mengapa kelihatannya seperti baru saja mendapat tekanan besar."

"Kamu juga tahu sikapnya, jika dia tidak mengatakannya, bahkan kita merobek mulutnya juga tidak ada gunanya."

Hutu perlahan membuka matanya, menatap Mimi yang duduk di samping tempat tidur dan sedikit tersenyum,

"Mimi..."

“Jika kamu tidak sakit, maka kami akan kesulitan bertemu denganmu!” Melihat Hutu bangun, Mimi bercanda padanya.

Hutu bangkit, Mimi membantunya duduk, kemudian membasahi handuk dan memberikan padanya, "Usap wajahmu dulu, supaya sadar."

Mimi itu bekerja di pembangunan infrastruktur dan sering melakukan perjalanan bisnis. Jadi kemungkinan untuk mereka berdua bertemu itu sangat kecil.

"Bukankah karena kamu ini orang yang sangat sibuk? Terkadang, aku ingin mencarimu, tapi saat melihat postinganmu di grup teman, kamu berada di provinsi lain, jadi aku tidak mencari lagi," Hutu berkata sambil menyesap air.

Hutu mendongak dan menatap Mimi, dia masih ingat saat pertama kali bertemu dengannya di tahun pertama kuliah, rambutnya pendek, mengenakan jaket dan sangat tomboy.

Saat ini, rambut panjang sepinggang, sepatu hak tinggi, berpakaian gaun, sangat menawan.

Tidak tahu apakah Hutu terlalu banyak berpikir, dia selalu merasa perubahan Mimi terlalu tiba-tiba.

“Mimi, kamulah yang paling bahagia dan sudah menikah,” Hutu menghela nafas.

Di antara mereka, Mimi adalah orang memiliki kehidupan yang paling biasa-biasa saja, belajar, bekerja, menikah... hanya saja belum memiliki anak.

Vema mengulurkan tangannya dan menyentuh perutnya, "Mengapa masih belum ada kabar?"

Mimi menyingkirkan tangan Vema dan memutihkan matanya, "Aku saja tidak terburu-buru, mengapa kamu yang terburu-buru?"

"Aku ini mengkhawatirkanmu. Saumimu, Rambo adalah anak tunggal. Kamu telah menikah selama beberapa tahun dan belum hamil. Aku takut mertuamu berpikir kalau kamu tidak bisa hamil."

Tangan Mimi yang sedang mengupas kacangnya bergetar dengan sangat jelas, kacang pistachio yang sudah dikupas, jatuh ke tanah, matanya terlihat sedikit sedih.

Hutu mengira Mimi bersedih, kemudian mengerutkan keningnya, lalu bergegas mengulurkan tangannya dan menepuk punggung tangan Vema dengan ringan,

"Vema hanya bercanda. Kamu dua tahun lebih muda dari kami. Kami saja belum punya. Buat apa kamu terburu-buru?"

Mimi sekolah lebih awal dan melewatkan satu tingkat, sehingga usia Mimi adalah yang termuda diantara 4 orang di asrama.

Mimi mendongak dan tersenyum pada Hutu, kemudian menoleh dan melihat Vema. "Tidak apa-apa. Kata Rambo, tunggu dua tahun lagi, saat ini kariernya sedang meningkat."

Vema merangkul Mimi dan bersandar pada tubuhnya, "Aku melihat suamimu Rambo beberapa hari yang lalu, sepertinya kondisinya lumayan baik."

Mimi kaget, "Di mana kamu melihatnya?"

"Apakah di Perusahaan Bima Xue?"

Setelah selesai bicara, Vema terdiam, kemudian menjelaskannya lagi, "Oh, itu perusahaan teman Elias, Bima Xue, bosnya Rambo, kamu sudah tahu, kan?"

“Bima Xue... Apakah kamu kenal?” Wajah Mimi terlihat sedikit gembira.

Vema mengangguk.

Pada saat ini, dokter datang dan mengatakan bahwa ingin melakukan pemeriksaan fisik, dan mereka berdua membantu Hutu dan pergi ke ruang pemeriksaan.

Saat Hutu keluar, wajah Mimi merah bercahaya dan tampak sangat bahagia.

Kebetulan, Raven sudah datang.

Keduanya sangat menghormati Raven, dan setelah berbincang sebentar, mereka kemudian pergi bersama.

"Paman muda, terima kasih. Sebenarnya, aku baik-baik saja. Aku hanya merasa terlalu lelah akhir-akhir ini dan tidak ingin berbicara. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku."

Hutu tahu Raven menghubungi Mimi dan Vema untuk menemaninya karena Raven sangat khawatir dengan kondisi dirinya.

Raven mengangguk, membungkuk dan mencium bibir Hutu. Setelah ciuman itu, Raven duduk di samping tempat tidur Hutu dan memotong buah untuknya sambil berkata:

"Istri, aku ingin bertanya sesuatu padamu, bagaimana perasaanmu tentang ayah kandungmu? Bisakah kamu menceritakannya?"

Novel Terkait

Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu