Cantik Terlihat Jelek - Bab 220 Devan, Apakah Kamu Juga Tidak Percaya Kepadaku?

"Papa, mama dibawa pergi oleh polisi, papa, kamu kapan sampai?" Simon bertanya dengan cemas kepada Devan melewati telpon.

Devan tidak bersuara, ekspresinya berat dan gelap, dia pernah berpikir berbagai jenis kondisi yang akan terjadi setelah Clover tahun semua ini, tetapi dia tidak pernah menyangka kondisi yang terjadi adalah seperti ini.

Suara hujan bercampur dengan suara angin tetap tidak bisa menutupi suara tangisan yang sakit hati dari telpon.

"Mama maaf, seharusnya aku pergi menghentikan mereka pada saat aku melihat papa sedang berbicara dengannya, semuanya salah aku, semuanya salahku"

Di luar pintu ruang operasi, Tifa memeluk ibu Devan dan menangis.

Seolah-olah berubah menjadi satu orang yang berbeda, ibu Devan tidak menangis dan tidak bersuara, dia hanya duduk di atas lantai dan melamun.

Pada saat Felice menerima telpon, dia kebetulan sedang berada di sini karena urusan kerja, melihat Tifa dan ibu Devan, Felice mendekati mereka dan menariknya, "Lantai sangat dingin, kak, kamu duduk di kursi dulu"

Seperti manusia yang kehilangan rohnya, ibu Devan ikut berdiri ketika Felice menariknya dan kemudian duduk di kursi yang berada di belakang, dia bahkan tidak bereaksi dan melihat ketika Tifa jatuh ke lantai.

"Kakak........." terdengar suara Tifa memanggil, Yuta memegang tubuh wanita tua yang sedang berjalan dan tertegun disitu.

Felice melihat dan mengangguk kepada wanita itu.

"Kak Helena, apa yang terjadi? Clover bagaimana bisa mendorong paman? Dia bukan orang seperti itu!"

Tifa berdiri dari lantai dan melihat ke Yuta dengan dingin, "Aku melihat dia mendorong papa dengan mataku sendiri"

"Kenapa gadis itu bisa begitu kejam? kakakku adalah papa Devan. dia ada dendam apa sampai bisa begitu kejam?"

"Ma, Clover bukan orang yang seperti kamu katakan"

"Kamu.... kamu diam, kalau dia buka orang seperti itu, mengapa pamanmu bisa berbaring di dalam? Katakan kepadaku? Katakan kepadaku?" Ibu Yuta berkata dan sambil memukul tubuh Yuta.

Yuta merasa sedikit frustrasi, dalam waktu bertahun-tahun ini, Yuta sangat jelas kepada sifat Clover, dia tidak percaya Clover bisa melakukan hal seperti itu.

"Ma, sebelum semua masalah menjadi jelas, kamu jangan sembarangan membuat kesimpulan dulu" Baru saja selesai bicara, Yuta melihat Devan berjalan kepadanya dengan cepat.

Tatapannya bergerak, dia melihat ke Devan.

"Kak, Clov-----"

"Tidak perlu bilang lagi, aku sudah tahu semuanya" Devan memotong kata-katanya, tatapannya tertuju kepada pintu ruang operasi.

Selanjutnya, tidak ada yang berkata lagi.

Sampai pintu ruang operasi terbuka.

"Pasien sudah berhasil diselamatkan, tetapi keluarganya harus menyiapkan mental, kemungkinan pasien bisa sadar diri itu sangat kecil"

………..

Kedua tangan Clover berada di bawah meja dan ditahan oleh borgol tangan yang dingin, dia tidak bisa berhenti menelan air liurnya, keringat dingin yang membasahi telapak tangannya mengering, kemudian membasah lagi.

Dia terus berdoa di dalam hatinya dan berharap ada keajaiban yang terjadi.

Sudah tiga hari sejak Clover masuk ke sini, dia hanya terus melihat ke langit melewati jendela kecil berubah menjadi hitam dari putih dan kemudian putih menjadi hitam.............

Tidak ada yang bertanya kepadanya, tidak ada yang peduli dengannya juga.

Sampai wajah paman muncul di depannya.

"Paman, kamu.... bagaimana kamu bisa datang?"

Kehangatan dan kelembutan yang dulu berada di wajah paman sudah menghilang, dia melihat ke Clover dan berkata dengan tenang : "Ayo!"

Clover berdiri dan kakinya merasa sedikit pegal, dia memegang dinding dan akhirnya berdiri dengan tegak, setelah berjalan dua langkah, Clover tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Paman, bagaimana dengan kondisinya?"

Paman tidak berkata dan memberikan kode mata kepada orang yang berdiri di sisinya, kemudian orang itu membuka borgol yang menahan tangan Clover.

Kemudian paman menarik Clover dan berjalan menuju keluar.

Tetapi Clover malah menarik pintu di ruangan dan terus menggelengkan kepalanya.

Paman berputar balik badannya dengan alis mengerut, "Kalau kamu tidak pergi sekarang, kamu tidak akan bisa pergi lagi"

Dada Clover terasa sesak, setelah beberapa saat dia baru sempat bereaksi, ternyata paman tidak datang menjemputnya dengan terbuka.

Berarti Clover sekarang tetap adalah orang yang melanggar hukum.

"Bagaimana kondisinya?" Clover mengulang pertanyaannya.

"Tidak mati, dalam kondisi koma"

Clover merasa tenggorokannya tersumbat, "Berati..... berarti Devan....." Seberapa sakit hati yang akan dia rasakan? Dia harus bagaimana?

"Kamu masih memiliki suasana hati untuk peduli kepadanya? Clover, apakah kamu sudah tidak memiliki hati nurani seperti ibumu? Pada saat seperti sekarang, kamu seharusnya peduli terhadap dirimu dulu" Di dalam ingatan Clover, paman bukanlah orang yang emosional, dia selalu bersikap lembut dan hangat, pasti ada masalah yang membuat dia marah sehingga dia bereaksi seperti ini.

"Paman, Devan dia.... apakah dia tahu aku di sini?"

Paman Clover yang membelakanginya berputar balik badannya dengan kuat dan melihat ke Clover setelah mendengar kata-kata Clover, kedua tangan paman membentuk sebuah tinju yang berat, setelah beberapa saat, dia memejamkan matanya, "Kalau kamu masih tidak mau pergi, orang yang mengantar kamu masuk ke penjara adalah dia!"

Sudut mulut Clover terangkat, dia mengangkat kepalanya dan melihat ke mata paman, kemudian menggelengkan kepalanya, "Paman, kamu sembarangan bicara, tidak mungkin, Devan tahu aku pasti tidak akan melakukan hal seperti itu"

Pada saat Gabriel menjebaknya Devan saja bisa memilih untuk percaya kepadanya tanpa syarat, setelah melewati begitu banyak masalah mengenai mati dan hidup, Clover tidak percaya Devan malah tidak percaya kepadanya sekarang.

Clover tertawa dengan suara rendah dan mendorong tangan paman yang memegangnya, kemudian dia berputar balik badannya dan berjalan ke posisi dia berada sebelumnya dan duduk di sana, "Paman, kamu pergi saja, aku tunggu Devan datang menjemput aku"

Paman berdiri di tempat dan melihat ke Clover dengan diam, akhrinya dia berjalan ke Clover dan berhenti di depannya, "Tifa melihat kamu mendorong papanya ke bawah gunung dengan matanya sendiri, sebelum itu, dia dan ibu Devan mendengar percakapan antara kamu dan Papa Devan, Clover, kamu ikut paman pergi saja, meskipun Devan percaya kepadamu sekarang, orang-orang tua yang berada di keluarga Devan juga tidak akan membiarkan kamu melangkah ke rumah Devan satu langkahpun."

Senyuman di wajah Clover menghillang secara perlahan, dia menundukkan kepalanya, "Tetapi, aku tidak mendorongnya, kalau aku pergi begitu saja, paman, mereka pasti akan mengira aku ada mendorongnya, aku tidak mau pergi, aku tidak mau"

"Aku tidak peduli bagaimana orang lain melihatku, tetapi aku peduli dengan pemikiran Devan, paman"

Pintu ruang tahanan terbuka sekali lagi, Clover mengangkat kepalanya secara refleks dan melihat ke sepasang mata yang gelap dan dingin.

"Devan......" Clover berdiri dengan emosional dan berjalan kepadanya, kemudian menjatuhkan dirinya ke pelukan Devan.

Hanya saja, yang mengejutkan adalah Devan tidak memeluk dia kembali dengan hangat seperti dulu, Devan diam seperti sebuah dinding yang dingin dan tidak memberi reaksi kepada Clover.

Setelah sangat lama, Devan menariknya dan berjalan keluar dengan cepat.

Clover tidak sanggup mengikuti kecepatannya dan hampir jatuh di tengah jalan.

Setelah sampai luar, langit sedang hujan dan angin dingin bertiup membuat Clover mengeluarkan sebuah bersin.

Detik selanjutnya, Clover merasa pegangan di lengannya tiba-tiba menghilang, Clover melihat ke bawah dan hatinya mendadak terasa kosong.

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu