Cantik Terlihat Jelek - Bab 626 Aderlan, Kamu Terlalu Kejam

Tersujud di tanah, selang sebentar, ia terengah-engah, punggungnya sakit dengan sangat parah, menoleh, langsung melihat Aderlan yang meliriknya dengan kebencian.

Kemudian, berbalik, mengangkat Yesca yang ada diatas tanah, "Baiklah, apa yang kamu lakukan disini?"

"Aku... … aku melihat kamu akhir-akhir ini tidak bahagia, aku... … aku ingin datang membujuk dia, aku..." Yesca berkata-kata, langsung meledak menangis, dan menjatuhkan dirinya ke dada Aderlan.

Mimi terduduk di tanah, melihat pemandangan seperti ini, rasa sakit di dalam hati lebih buruk dibandingkan dengan rasa sakit yang ada di tubuhnya.

Juga merasa perutnya seperti terhalang dengan parah.

Setelah beberapa saat, ia merentangkan lengannya, berdiri perlahan, berjalan sampai di depan kedua orang itu dengan menahan rasa sakit, membuka mulut dan menjelaskan:

“Aderlan, ini adalah kesalahpahaman, aku tadi bukan ingin menginjaknya, aku hanya ingin menarik kakiku."

Dia tidak bisa membiarkan Aderlan salah paham padanya, tentu saja, ia mengerti bahwa dia tidak bisa secara langsung menyalahkan Yesca karena masalahnya. Lagi pula, Aderlan memilih untuk tidak mempercayainya.

Hanya saja, dia takut kesalahpahaman semakin mendalam, masalah Rozi, dia semakin tidak bisa membicarakannya, maka, takut Aderlan tidak percaya, dia tetap ingin menjelaskan. Tetapi…

“Apakah itu adalah kesalahpahaman ataupun bukan, hatiku tahu dengan jelas, Ahh, ingin menjadi bagian dari keluarga Mo? aku beritahu kamu, hanya kalau aku mati, kalau tidak maka tidak akan, jangan mimpi!"

Kata-kata ini, sangat serius!

Sampai-sampai Mimi yang bersiap untuk membela dan menjelaskan, akhirnya menelannya kembali mentah-mentah.

Dia membuka mulutnya, dada sampai terlihat naik turun karena amarah.

Pada akhirnya satu kata pun tidak terucapkan, ia mengayunkan tangannya, menahan rasa sakit di belakang punggungnya, lalu berlari pergi.

Karena rasa sakit dipunggungnya yang begitu hebat, bahkan ia tidak masuk kelas terakhir, meminta ijin untuk pergi ke klinik dekat sekolah.

Dokter menyentuh punggungnya, menggelengkan kepalanya, "Ini tidak baik, ada sedikit retakan, pergilah ke rumah sakit untuk mengambil foto."

Mimi mengerutkan kening, "Seserius itu kah? Tidak bisakah jika tidak foto? Seperti menempel plester atau yang lain?"

Dokter tidak berbicara, hanya menggunakan jarinya, menekan ringan di punggung dekat pinggang.

Mimi merasa kesakitan sampai ke ubun-ubun, sampai berkeringat.

“Kamu lihat sendiri, aku belum menggunakan kekuatan, pergi dan ambil foto, masih muda, cepat pulih, jadi jangan membuat kesalahan."

Setelah keluar dari klinik, Mimi berpikir dan tetap tidak pergi ke rumah sakit, ketika waktu kecil dia nakal, memanjat pohon dan jatuh beberapa kali,karena setiap kali takut kakek marah, semua ia tahan, akhirnya semua sembuh dengan sendirinya.

Selain itu, dia tidak ingin Aderlan dimarahi oleh kakek Mo.

Hanya saja, dia baru saja berjalan kembali ke sekolah, dan dari jauh ia melihat Kakek Mo berdiri di pintu masuk sekolah, melihatnya datang, ia menyambutnya.

“Nak, bagaimana?”

Mimi terkejut, dia segera berdiri tegak, menahan rasa sakit, bertanya dengan nada santai : “Kakek, kenapa hari ini anda kesini?”

Kakek Mo malah berputar kebelakang badannya, diatas seragam sekolah biru tua dipunggungnya, ada sebuah jejak kaki, masih sangat jelas.

“Ini... bocah bodoh ini, semakin lama benar-benar menjadi semakin buruk!”

Setelah berbicara, dia menoleh ke paman Jiang yang berjarak beberapa meter dan memanggil : “ Lao Jiang, cepat bawa dia pergi ke rumah sakit untuk diperiksa! Apakah tidak apa-apa.” Mimi tahu, tidak ada gunanya berbicara lebih banyak.

Hanya harus patuh dan pergi ke rumah sakit, hasilnya, retakan kecil di tulang, masalahnya tidak terlalu besar, hanya saja dalam waktu dekat tidak mudah untuk membungkuk dan gerakan lainnya, hidup menjadi sangat tidak nyaman.

"Kakek, ini adalah kesalahpahaman, apa kakek bisa tidak menyalahkan kakak Mo?"

Ketika dia keluar dari rumah sakit, ia sudah memikirkannya, dan membicarakannya.

kakek Mo berbalik dan menatapnya, awalnya dengan wajah serius, kemudian, perlahan diwajahnya ada senyum yang tidak dimengerti Mimi.

“Anak ini, ah, orang tua itu, ajarannya tidak sia-sia.”

Dia berhenti sebentar, dan melanjutkan: "Baiklah, jangan takut, ada kakek di sini, yang mendukungmu."

Apa yang didukung?

Karakter Aderlan ini, kalau ditahan, lain kali pinggangnya mungkin akan patah?

Namun, tidak peduli bagaimana dia mengatakan hal-hal baik tentang Aderlan di jalan.

Malam itu, Aderlan dihukum berlutut, pria yang begitu besar, berlutut di atas batu di belakang aula.

Jina merasa sedih, " dik keempat, kamu juga, tidak peduli bagaimana perempuan itu, tetapi tetap saja perempuan, kamu menendang begitu, kenapa tidak mengerti pelan dan keras?”

Aderlan mengangkat kepalanya, menatap sebentar, Mimi yang ada di sudut dinding, dan mendengus dingin, "Ma, pelan dan keras itu juga tergantung pada orang seperti apa."

Orang seperti apa? ia adalah orang yang seperti apa?

Mimi membalikkan badan, bersandar ke dinding, ia berusaha keras untuk mengingat, sebenarnya apa yang telah ia lakukan, sehingga membuat Aderlan begitu membencinya?

Dan ia kebingungan.

Duduk di tanah, kakinya sedikit menekuk dan lengannya terlipat, ia mendengarkan Jina yang terus menghela nafas.

Berpikir dalam-dalam.

Tiba-tiba, beberapa langkah cepat datang dari luar.

Kemudian, Mimi menaikkan pandangan, ia melihat kakak perempuan kedua dan kakak perempuan ketiga berlari kecil dan masuk dari luar.

Kakak perempuan kedua mengangguk padanya, dan kakak perempuan ketiga menatapnya dengan tajam, ketika dia melangkah maju, dia bertanya:

"Mimi, kamu menginjak wajah Yesca dengan kakimu. dik keempat tidak bisa hanya melihatnya dan tinggal diam, kemudian baru memberi mu pelajaran. Bagaimana bisa sampai diakhir, orang yang dihukum, malah dia? Hah, kamu benar-benar memiliki kemampuan ya? "

Mimi melihat Kevin Mo, ingin menjelaskan, dan kemudian dia menundukkan kepalanya lagi. Kevin Mo dan Yesca Pei adalah saudara yang baik. Masalah ini, tidak perlu dikatakan lagi, dia tidak akan mungkin perpihak padanya.

Karena itu, penjelasannya menjadi rahasia.

Ia terlalu malas untuk menjelaskan.

Melihatnya tidak berbicara, Kevin Mo mencibir dan berlari ke halaman belakang.

Kakak perempuan kedua Velve Mo membungkuk dan menariknya ke atas, menarik pakaian yang kusut di belakangnya, "Lantainya dingin, kamu juga sedang terluka lagi. Kembali ke kamar dan berbaring lah!"

Mimi bersyukur dan menatap Velve Mo dengan tersenyum, "Kakak Kedua, masalah ini bukan seperti yang dikatakan Kakak Ketiga, aku tidak berpikir untuk menginjaknya."

Velve Mo menatapnya, tersenyum, dan mengatakan bahwa dia mengenalinya, dan tidak mengatakan bahwa dia percaya pada Kevin Mo, hanya menepuk-nepuk pundaknya,

"Jangan khawatir, kembali ke kamar dan berbaringlah dulu,bagaimana pun juga masalahnya, akan selalu ada hari ketika kebenaran itu terungkap."

Mimi membuka mulutnya, ingin mengatakan sesuatu, pada akhirnya, ia menutup mulut, mengangguk, berbalik, dan kembali ke kamarnya.

Ia tahu jelas, bahwa orang yang percaya padamu, tidak perlu mengatakan banyak hal.

Orang yang tidak percaya, mengatakan lebih banyak hal juga tidak ada gunanya.

Karena Aderlan selalu menolak untuk mengakui kesalahannya, dalam kemarahan, kakek menghukumnya berlutut di tengah malam, Mimi berdiri di depan pintu kakek, berusaha memohon, menggantikan Aderlan meminta belas kasihan.

Tapi malah diejek oleh Kevin Mo.

"Wah wah, aku masih berpikir, adegan di TV semuanya dibuat secara membabi buta, tidak diduga, bisa melihatnya dalam kenyataan, Mimi, kamu ingin menikah dengan dik keempat, sebenarnya sedikit lebih tenang lah, mungkin itu masih ada kemungkinan. Kamu membalik-balikkan seperti ini... “

Kevin Mo berhenti bicara.

Mimi menatapnya, sesaat seperti ada yang tersangkut di tenggorokannya, ingin mencoba menjelaskan, tetapi selalu merasa sia-sia.

Ia berbalik dan berjalan ke bawah.

Kebetulan melihat Jina yang membantu Aderlan masuk dari pintu, dengan refleks, ia ingin maju dan membantunya.

Tapi ia ditatap dengan mata dingin oleh Aderlan, sehingga ia berhenti di tempat.

Bab 629 Mengambil Uang Aderlan

Yang membuat Mimi merasa tidak terduga, orang yang masuk ke dalam, ternyata adalah Yesca.

Melihat Yesca bergegas masuk ke dalam.

Pada saat Yesca melihat gerakkan mereka berdua, Yesca tertegun, menunjuk Mimi dengan jari telunjuk, Yesca bertanya kepada Aderlan, “Kakak Aderlan, siapakah dia?”

Karena ada yang merusak momen baik Aderlan, sehingga ekspresi wajah Aderlan terlihat marah.

Terbangun dalam posisi duduk sambil merentangkan kedua tangannya, tidak lupa menggapai tangannya, menarik kemeja yang di depan dada Mimi.

Gerakkan yang begitu natural, membuat semua orang yang hadir disini mengerti sesuatu.

Pada waktu yang sama, terdiam tidak bisa mengatakan apapun.

“Kenapa kamu datang kesini?” Aderlan sambil berkata, sambil mengambil gelas anggur yang di atas meja, terlihat sangat tenang, bertindak seperti tidak terjadi apapun.

Mimi menghelakan nafas, ingin berdiri, tetapi tiba-tiba tangannya ditarik oleh Aderlan.

Yesca baru saja ingin menjawab, Aderlan berkata, “Aku tidak peduli bagaimana kamu bisa datang kesini, tetapi sekarang, silahkan keluar dari sini.”

“Kakak Aderlan, kamu bersama wanita itu, aku tidak akan mengatakan apapun, akan tetapi, kamu lebih memilih bersama seorang pria, kamu tidak memilih bersamaku, mengapa?”

Aderlan mendongak melihat ke samping, bos yang sedang menyaksikan perkembangan situasi,

, mimik wajah menjadi serius, “Apakah seru?”

bos menarik nafas yang dalam, bergegas melangkah maju kedepan, menarik Yesca, “Nona Yesca, kita keluar dulu, aku akan mentraktir kamu minum minuman keras, boleh?”

Yesca menatap Aderlan, “Kakak Mo, kamu mengatakan bahwa kamu akan menikahi aku.”

Mimi mengerutkan alisnya, menatap Aderlan, mendengus dingin, berkata dengan nada dingin: “Tuan Mo, anda sangat dewasa sebelum waktunya, sudah menentukan masa depan.”

Selesai berkata, langsung berdiri, kemudian berjalan ke samping.

“Gurauan bocah-bocah kecil, apakah bisa dianggap serius?” Aderlan menyeringai, tampaknya sedang menjelaskan kepada Yesca, tetapi pandangan menuju kepada Mimi.

Yesca malah duduk di atas meja, berjarak satu meja, Yesca menggapai tangannya, menarik lengan baju Aderlan, “Kakak Mo, kamu tidak boleh seperti itu, meskipun kamu tidak ingin bersamaku, kamu juga tidak boleh bersama seorang pria!”

Sudut mata bos berkedut.

“Aku, ingin menghabiskan waktu bersamanya setiap saat.” Aderlan meredupkan senyuman di wajahnya, sebelum berkata, Aderlan melihat ke arah Yesca, sesudah berkata, menatap Mimi dengan tatapan serius.

Pelamaran yang begitu mendadak, membuat jantung Mimi berdebar kencang.

Mimi belum sempat melakukan tindakan apapun, Aderlan bergegas datang ke sisinya, membenamkan kepala dan mencium lehernya, “Apa yang Aku katakan ini benar.”

Sambil berkata, Aderlan merangkul pinggang Mimi, membiarkan Mimi terus berusaha untuk membebaskan diri, Aderlan sama sekali tidak bergerak.

Berdeham, menoleh kepalanya ke samping, untuk menutupi kepanikan di dalam hati Mimi.

Yesca mengendus-endus, kemudian, memegang kepalanya dengan kedua tangan, berteriak dengan suara keras, berlari keluar dari kamar tersebut.

Pandangan semua orang tertuju pada mereka berdua.

bos menanggapi dengan cepat, menganggukkan kepala kepada Aderlan, menghadap ke belakang membubarkan kerumunan: “Lihat apa, semuanya bubar.”

Pintu yang terbuka, tertutup kembali.

Mimi memanfaatkan kesempatan saat Aderlan tidak konsentrasi, mendorong Aderlan, kemudian bersembunyi di ujung sofa.

Aderlan menegakkan badan, menatap Mimi dengan tatapan yang penuh dengan arti.

“Kamu takut sama aku?”

Mimi menggelengkan kepalanya, Mimi bukan takut, tetapi sangat takut.

Tidak tahu apakah itu karena terpengaruh oleh Mimi, atau merasa bersalah? Atau pada hari itu Aderlan menendang terlalu kuat

Bagaimanapun, sekarang Mimi merasa takut saat melihat Aderlan.

“Duduk sini.” Aderlan menepuk-nepuk sofa yang di samping.

Mimi menggelengkan kepalanya, meskipun menyukainya, meskipun di dalam hati sangat menyukai, akan tetapi, tidak bisa menghilangkan rasa ketakutan yang di dalam hatinya.

Menghadapi penolakkan dari Mimi, Aderlan terlihat tidak senang,

“Memberitahukan aku, kamu adalah orang yang seperti apa, siapakah kamu? Kamu tinggal dimana? Ada masalah apa? Apabila kamu memberitahukan aku, aku akan memberikanmu satu kali kesempatan… …”

Aderlan menurunkan nada bicaranya, terdengar seperti sedang membujuknya.

Mimi tertegun, kemudian, lanjut menggelengkan kepalanya.

Apabila boleh memberitahukan Aderlan, Mimi akan memberitahukan sejak awal.

Tendangan tersebut, menghilangkan semua keinginan Mimi untuk berkata jujur.

Tendangan yang begitu kuat, dapat mengetahui bahwa, seberapa dalam prasangka Aderlan terhadap Mimi.

Takutnya, meskipun Aderlan menyukai Rozi, tetapi ketika Aderlan mengetahui bahwa Rozi adalah Mimi, perkirakan, rasa cinta tersebut tidak dapat bersaing dengan perasaan prasangka buruk.

Memikirkan hal ini, tanpa sadar Mimi mundur satu langkah ke belakang.

“ Aderlan, tidak perlu menjelaskan, sebenar, aku… aku sangat menyukai uang, tidak ada masalah lain, aku hanya mengetahui bahwa kita berdua tidak mungkin bersama, apabila begitu, jika ingin berpisah, uang tersebut, tentu saja aku akan mengambilnya, kamu menganggap saja uang tersebut bersedekah kepada seorang pengemis, jangan terlalu memikirkan lagi… …”

“Kamu menyukai uang? Boleh, bersama aku, aku berjanji, aku akan memberikan lebih banyak uang kepadamu, aku juga akan memberikan kehidupan yang kamu inginkan, hanya perlu memberitahukan satu kebenaran, apakah masih belum cukup?

Mimi belum selesai berbicara, Aderlan langsung membentak Mimi.

Mimi tidak mengatakan apapun, Mimi menyadari bahwa bertemu sekali lagi, suasana hati Aderlan menjadi sangat tidak stabil.

“ Aderlan, apabila kamu tidak bisa menikahi aku, bisakah kamu untuk tidak memaksaku?”

Mimi mengerutkan alisnya, mendongak, menatap Aderlan, mereka berdua saling bertatapan mata, Mimi dapat melihat kilatan cahaya yang di dalam mata Aderlan.

Hati, terasa sangat berat.

Di dalam kamar, suasana menjadi hening kembali.

Tiba-tiba, Aderlan berdiri.

Secara spontan Mimi mundur ke belakang, reaksi tersebut, di dalam pandangan Aderlan, terlihat sangat menjengkelkan.

Aderlan menatap Mimi sejenak, menarik nafas yang dalam, membalikan badan, pergi dari sini, berjalan keluar dari kamar tersebut.

Mimi terduduk lemas di atas lantai.

Memeluk kedua lututnya sambil terbengong.

Hingga pemilik bar tersebut masuk ke dalam.

Tersenyum ceria menyerahkan setumpuk uang kepada Mimi di depan matanya, senyuman tersebut terlihat mengerikan: “Tidak menyangka, kamu ini, memiliki kemampuan yang seperti ini, pria tadi yang menghadiahkan kepadamu.”

Tumpukkan uang tunai tersebut, dapat menyelesaikan masalah biaya sekolahnya.

Akan tetapi Mimi masih belum mengambilnya.

“Ambil saja, hais, manusia ini, meskipun membutuhkan harga diri, akan tetapi berapa harga dirimu? Dengarkan omongan Kakak, terkadang, uang jauh lebih berharga daripada harga diri.”

Benar, apa itu harga diri?

lagi pula, harga diri Rozi yang terbuang, apa hubungannya dengan dia?

Sehingga Mimi mengapaikan tangannya, mengambil tumpukan uang tersebut, tersenyum kepada bos, “Apa yang dikatakan bos memang benar, uang jauh lebih berharga daripada harga diri.”

Akan tetapi tangan yang dimasukkan ke dalam saku, karena menggenggam terlalu kuat, sehingga terasa sangat menyakitkan sekali.

Di dalam sebuah ruangan bar, seorang pria sedang mengamati melalui rekaman CCTV, mengepalkan tangan yang terletak di atas meja, kemudian, mengayunkan tangan ke arah kanan, menabrak dinding putih yang di samping dengan kuat, tiba-tiba, darah segar terus mengalir.

Pada saat Mimi keluar, bar sudah menambah ramai.

Akan tetapi Mimi tidak menampak Aderlan.

Mimi menggenggam tumpukan uang tunai yang di dalam saku celananya, terasa sangat berat.

Novel Terkait

Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu