Cantik Terlihat Jelek - Bab 507 Harus Bagaimana Baru Termasuk Pria Baik?

Setelah setengah jam, pintu ruang darurat akhirnya terbuka.

Seorang dokter yang agak gemuk keluar dari dalam dengan masker di wajahnya, dia berjalan ke depan kakek dan berkata dengan kata penghormatan:

"Kakek mohon tenang, aku sudah melakukan pemeriksaan lengkap, tidak ada masalah, pingsan hanya disebabkan emosi berlebihan"

Kakek Ningga mengucapkan terima kasih sebelum menoleh ke Shang Ningga, "Telepon kan ayahmu dan menyuruhnya untuk pulang sekarang, tidak menjaga keluarganya, setiap hari dia melakukan apa saja?"

Nada suara kakek sangat rendah, setelah berkata dia menoleh ke Hutu dan berkata dengan nada suara yang agak serius.

"Sudah, Mamamu sudah tidak apa-apa, kembali ke sekolah saja, kudengar sudah mau ujian, nilai anak keluarga kita meskipun tidak luar biasa pun tidak boleh terlalu jelek!"

Kakek Ningga sengaja mengatakan kata 'jelek' dengan nada suara lebih berat.

Wajah Hutu langsung memerah, dia menundukkan kepalanya, "Baik, kakek!"

Dalam hati Hutu merasa sangat sedih dan malu, dia juga tidak ingin memiliki nilai jelek, dia juga sudah berusaha.

"Aku mau pergi menyelesaikan sedikit urusan, aku antar kamu ke sekolah saja" Raven yang berada di belakang bersuara.

Hutu menatap ke Raven dengan wajah berterima kasih sebelum menoleh ke Shang Ningga, "Kak, kalau Mama sudah sadarkan diri, kamu telepon aku ya!"

Di dalam mobil, Hutu menatap ke jalan depan dan tidak bergerak, hatinya merasa agak kacau sehingga dia tidak ingin berbicara.

Setelah suasana hening sekitar 10 menit lebih.

"Apakah kamu memiliki cita-cita?" Nada suara yang berat tiba-tiba terdengar.

Hutu menoleh ke Raven sebelum mengomel sendiri, "Cita-cita?"

Sejak memiliki ingatan, Hutu tidak memiliki kerisauan, selain bertengkar bersama Shang Ningga, dia tidak mengalami masalah yang membuat dia merasa frustrasi.

Setelah agak besar, Hutu mengetahui dirinya tidak cerdas, meskipun kadang-kadang dia akan dijauhi oleh para saudaranya, Hutu melupakan semua itu setelah bangun tidur, dia merasa tidak perlu dibandingkan dengan orang lain.

Shang Ningga menertawakan Hutu penakut, tetapi hanya Hutu yang tahu, dia bukan tidak mau dibandingkan, tetapi tidak bisa membandingkan.

Setelah agak besar lagi, Hutu berpikir, kehidupannya tidak perlu semewah apa pun, cukup kalau mencelakai orang lain dan dirinya saja.

Sekolah, menikah, melahirkan anak, menjalani hidup dengan tenang seperti ini juga bagus.

Kalau mau berbicara tentang cita-cita, mungkin bisa berbicara tentang apa yang dikatakan ibu kemarin, di masa depan, Hutu ingin mencari seorang pria yang gagah, tampan dan menyayanginya.

Apakah ini juga termasuk cita-cita?

Hutu menoleh ke Raven dan berkata dengan malu: "Apakah menikah dengan pria baik termasuk sebuah cita-cita?"

Karena tidak menyangka Hutu akan menjawab seperti itu, Raven hening beberapa saat sebelum mengerutkan alisnya dan berkata : "Harus bagaimana baru termasuk menjadi pria baik?"

Suara Raven yang agak serak membuat orang terasa agak mempesona.

Hutu melamun sejenak dan menoleh ke Raven yang sedang mengemudi, dia tetap masih merupakan paman yang tidak memiliki ekspresi.

Tetapi..... mengapa Hutu merasa ada yang berbeda dengannya?

Selain itu, membahas masalah seperti ini dengan paman benar-benar sangat canggung.

Telinga Hutu menjadi hangat, setelah berpikir dia baru menjawab, "Iya.... paling tidak, meskipun aku tidak memiliki apa pun, dia tetap akan menyayangiku"

Nada suara Hutu menjadi agak berat, dia menghela sebuah nafas lega setelah berbicara.

Hanya saja, pada zaman sekarang, apakah masih ada yang akan menyukai wanita yang tidak memiliki apa pun?"

"Iya!" Raven menjawab, Hutu menoleh ke luar jendela dan tidak berpikir banyak.

Setelah mengantar Hutu ke sekolah, Raven pun meninggalkan tempat itu.

Awalnya Hutu mengira Raven akan membahas tentang masalah mengajar Hutu lagi, karena bagaimanapun Raven sudah memberikan kunci kepadanya, tetapi tidak disangka, Raven tidak berkata apa pun.

Hal ini juga membuat Hutu menghela nafas lega, dia tetap merasa takut dengan Raven, tetap merasa takut......

Jadi, Hutu tidak ingin diajar oleh Raven.

Seperti kata-kata Hutu tadi, kehidupannya sudah cukup kalau dia bisa menikah dengan orang yang mau menerimanya apa adanya, untuk yang lain dia sudah tidak berharap lagi.

Malam hari, Shang Ningga mengirim pesan teks kepada Hutu dan memberi tahu dia bahwa ibu sudah sadarkan diri dan telah kembali ke rumah, hal ini membuat Hutu menghela nafas lega.

Keesokan harinya adalah hari minggu, awalnya Hutu tidak bermaksud mau pulang, tetapi setelah berpikir dia tetap pulang ke rumah untuk memastikan ibu tidak apa-apa, setelah itu dia baru kembali ke sekolah pada malam hari.

"Hutu, minggu ini temani aku ke daerah A!"

Hari ini adalah hari jumat lagi, Nini memberikan novel yang memiliki tanda tangan Agus kepada Hutu.

"Tidak mau" Hutu menerima novel tersebut dengan wajah gembira, "Abangmu sudah tanda tangan?"

Agus itu jarang mau memberikan tanda tangannya.

Nini menatap ke Hutu dengan wajah menjijikkan, "Kamu benar-benar berbeda, penggemar abangku itu semuanya sudah melupakan bukunya ketika sudah berjumpa dengan abangku, hanya kamu saja yang merasa lebih bahagia menerima tanda tangan abangku daripada melihat abangku, kamu benar-benar penggemar setia"

Sudut mulut Hutu terangkat, dia tidak memiliki hobi apapun, satu-satunya hobi adalah membaca novel.

"Semua orang kan memiliki cita-cita sendiri!" Jarang-jarang Hutu besikap nakal, dia menunjukkan lidahnya kepada Nini.

Kemudian menyimpan buku itu ke dalam tasnya dengan hati-hati.

"Kalau minggu ini temani aku ke daerah A, aku akan membantu kamu mengambil novel berjudul perhiasan batu itu, bagaimana?"

Perhiasan batu adalah novel pertama Agus, sekarang sudah tidak ada yang menjual buku novel itu lagi, bahkan memiliki uang pun tidak bisa membeli.

Hati Hutu merasa agak tersentuh.

"Di tambah tanda tangan!" Nini menambahkannya lagi, hanya Tuhan yang tahu seberapa banyak hal yang harus dia lakukan hanya untuk meminta tanda tangan Agus.

"Kalau.... kamu pergi berkencan, aku harus berbuat apa?" Hutu menjilat bibirnya, sebenarnya kalau Nini tidak memberikan barang-barang ini kepada Hutu, Hutu juga akan setuju menemaninya, menghadapi satu-satu temannya ini, Hutu sangat jarang menolak permintaannya.

"Kamu juga tahu, orang tuaku tidak akan menyetujui aku pergi ke tempat jauh sendiri, tetapi kalau pergi bersamamu, mereka tidak akan ragu lagi, tolong" Sambil memohon, Nini merapatkan kedua tangannya dengan ekspresi berharap.

Jarak daerah A dari daerah Ciput sekitar 4 jam menggunakan kereta listrik.

Karena takut waktu tidak cukup, mereka pun berangkat pada sabtu malam.

Sebenarnya, ini juga merupakan pertama kali Hutu pergi ke tempat jauh sendiri.

"Nini, kalau tidak kamu meminta pacarmu datang menjemput kita saja, kita akan tiba di sana pada saat subuh" Setelah berpikir, Hutu tetap merasa agak takut, dua gadis berangkat pada tengah malam, bagaimana pun membuat orang merasa tidak aman.

Nini sedang makan, dia adalah tipe orang yang akan terus makan ketika dia merasa gugup.

Novel Terkait

Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu