Cantik Terlihat Jelek - Bab 143 Serangan Balik

Alisnya terangkat dan berkata:

“Devan, Apakah kamu ini begitu tidak tahu malu?”

Tatapan Devan yang mendalam: “Bersamamu, aku tidak perlu merasa malu.”

Karena Devan memiliki banyak pekerjaan dalam perusahaan, kali ini mendadak datang ke sini, banyak hal yang tidak sempat diperintahkan, jadi pada sore hari berikutnya, dia memutuskan untuk kembali ke China.

Simon ingin tinggal bersama Clover jadi memilih untuk tetap tinggal.

Tifa kebetulan sejalan, jadi mengendarai mobil mengantar mereka ke bandara bersama Clover.

“Tidak bisakah kamu kembali bersamaku?”

“Kamu sudah bertanya begitu banyak kali.” Clover menundukkan kepala, saling bergenggaman tangan bersamanya.

Pria menyipitkan matanya, wajah yang tampan diletakkan di lehernya yang putih lembut, tangan yang kuat merangkul di pinggangnya, berbisik di telinganya berkata: “Sebelum pergi, aku sudah mulai merindukanmu, kehidupan seperti ini terlalu sulit untuk dijalani.”

Wajah Clover memerah, secara otomatis melihat ke Tifa yang duduk di depan, telapak tangan menepuk di bagian dada Devan, mendorongnya dan berkata: “Aku akan datang dalam dua hari lagi.”

“Berapa hari?”

Clover menaikkan bola matanya ke atas, terpikir Devan yang dingin bagai salju, dan melihat lagi padanya, Clover benar-benar sulit untuk membayangkannya.

“Kak, orang dulu mengatakan, di jaman dahulu, pria bisa mabuk, mimpi, dan mati dalam pelukan lembut wanita, aku masih tidak percaya, aku pikir itu omong kosong, Dan sekarang, aku melihatmu, aku pikir itu sangat mungkin, lihat dirimu seperti ini, kamu tidak takut kakak ipar ketakutan dan pergi?” Tifa mengejek Devan dari depan, dan Clover sangat malu.

“Ya, aku sesegera mungkin.” Setelah itu, dia melihat ke jendela lagi dan tidak berani bertatapan dengan Devan. Matanya benar-benar sangat panas sehingga membuat wajahnya memerah.

Ada perasaan rindu dalam hati sehingga waktu berlalu dengan lambat, sebenarnya hanya beberapa hari tetapi Clover merasa sudah bertahun-tahun lamanya.

Perusahaan Ningga Group.

“Presdir Devan, resepsionis di lantai bawah memberitahukan, kamu ada janji dengan seorang wanita, untuk menandatangani kontrak?”

Devan mengerutkan kening, dan berkata dengan nada suaranya yang dingin. “Ada kontrak atau tidak, masa kalian tidak tahu?”

Selesai berkata, Devan menundukkan kepala untuk terus melihat dokumen.

Setelah sekretaris itu dimarahi dengan tidak jelas, dia menundukkan kepalanya dan berkata dengan nada rendah, “Dia mengatakan bahwa dia bernama Clover dan berkata Presidir Devan pasti akan bertemu dengannya.”

Devan menghentikan gerakan di tangannya, menyipitkan matanya, tatapannya semakin mendalam dan sudut mulutnya dengan jelas terangkat.

Tetapi di sini wajahnya suram, dengan dingin dia berkata: “Suruh naik.” Karena Clover ingin bermain peran, maka dia tidak keberatan untuk menemaninya.

Sekretaris itu tertegun sejenak, dan segera mengangguk. Mundur keluar, dan hatinya juga mengingat nama ini, Clover.

Dapat membiarkan Presidir Devan mengubah pikiran hanya dengan mendengar namanya, wanita ini pasti tidak sembarangan.

Terdengar suara sepatu bertumit tinggi dari luar, Devan tidak bisa menahan kegembiraan dalam hatinya.

Mendorong pintu.

“Hai, Presdir Devan. Aku dari perusahaan kosmetik CX, akan membicarakan kerja sama denganmu.”

Rambut hitam yang panjang lurus, dibundel menjadi ekor kuda, matanya yang jernih dan cerah, alis melengkung, berkulit putih cerah, wajahnya jernih dan elegan tersenyum.

Harus mengakui bahwa dia benar-benar sangat cantik.

Melihat dia menatap fokus pada dirinya, dan tidak berkata, Clover menggunakan dokumen di tangannya membanting di mejanya, “Presdir Devan, Apakah menurutmu sikap seperti itu baik terhadap pekerjaan?”

Sekretaris yang baru saja masuk membawa dua cangkir kopi, ketika terdengar perkataan ini, kedua tangannya bergetar, dia tidak tahan mengangkat kepala melihat wanita di depannya ini.

Dia memang cantik, tetapi berani berbicara seperti itu dengan Presdir Devan, dia adalah orang pertama.

“Nona Clover sikapmu seperti ini cocok untuk membicarakan kerja sama?”

Sekretaris itu memastikan dalam hatinya, benar, inilah Presdir Devan, tidak membungkukkan tubuhnya demi kecantikan.

“Kamu keluar dulu.” Devan melambaikan tangannya pada sekretaris.

“Iya, Presdir.”

Menunggu sosok punggung wanita itu menghilang kemudian, kedua tangan Clover meletakkan di atas meja, “Devan, sekretarismu itu semuanya menyegarkan mata, Kamu setiap hari melihat mereka datang kesini?”

Devan menjilat bibirnya, wajahnya yang tampan, bibir tipisnya terangkat, dia berdiri dan berjalan ke samping Clover, memeluk pinggangnya dari belakang, kepalanya bersandar di bahu kanannya dan mengelus, “Aku sangat rindu padamu!”

Clover mengerutkan alisnya, apakah pria ini pandai bermain peran? Tadinya masih dingin bagai salju, sekarang malah tidak memiliki batas.

Dia mendorongnya, “Tandatangani kontraknya dulu.”

Devan ulang menariknya ke dalam pelukan, bibirnya menekan kebawah, dan telapak tangan mulai berjalan menyentuh tubuhnya.

Clover berusaha ingin melepaskannya, “Devan, apakah kamu gila, ini masih di kantor.”

Selesai berkata, dia merapikan rambut dan pakaiannya.

Tetapi Devan menekan lagi kearahnya, “Aku tidak peduli.”

“Kamu......”

“Makan siang bareng, kalau tidak, kontraknya tidak perlu dibicarakan.”

“Apakah kamu serius? Tidak apa-apa, kalau begitu aku hanya bisa kembali sore ini.” Lalu dia mengambil tas di sofa dan akan pergi.

“Aku, Devan berbisnis dengan orang lain, tidak pernah takut akan ancaman.” Dia berbicara dengan serius di sini, tetapi tangannya tidak berhenti menyentuh Clover.

“Namun, berbisnis dengan istri, aku takut akan ancaman.” Tidak menunggu Clover menjawab, dia langsung menambahkan.

Istri? Pertama kali dia mendengar kata ini, hati Clover tiba-tiba berdebar kencang, wajahnya memerah dan sedikit merasa malu.

Dia berpikir dan membalikkan badannya, merangkul lehernya lalu mencium wajahnya, “Sikapmu bagus, kalau begitu aku pergi menunggumu di kafe seberang jalan, setelah pulang kerja kamu datang mencariku?”

“Tidak, tunggu disini.” Pria memeluknya ke dalam pelukan, Clover bersandar di dalam pelukannya dan terasa kelembutan yang hangat.

“Dong..dong..” terdengar suara ketukan pintu.

Clover secara otomatis lepas dari pelukan Devan.

Pada saat ini, pintu didorong, dan itu adalah Gabriel.

Hati Clover sedikit terkejut, ada gelombang kemarahan yang muncul. Namun, di sini, wajahnya tanpa memiliki perubahan mengangkat sudut bibirnya. Dia melihat pada Devan dan berkata: “Presdir Devan, kamu kedatangan tamu? Kalau begitu aku akan pergi dulu......” Dia sengaja menekankan kata tamu.

Berakting? Siapa yang tidak bisa? Di masa lalu, dia tidak ingin dan tidak suka, sekarang dia merasa sesekali berakting, bagus juga untuk mengembangkan temperamen seseorang.

Gabriel secara alami juga melihatnya. Tidak seperti ketenangannya, wajah Gabriel menjadi jelek. Hanya melihatnya berjalan melewati meja ke sisi Devan, merangkul lengan Devan dan bibir merahnya bergerak. Berpura-pura tenang dan berkata: “Devan, Siapa ini?”

Devan melihat ke samping, membalikkan badannya dan menarik lengannya dari tangan Gabriel.

Ketika tangannya kosong, tatapan Gabriel menjadi suram, tangannya mengepal, dan kukunya yang tajam hampir menusuk masuk ke dalam daging. Wanita sialan ini tidak cukup untuk berhubungan di luar negeri, sampai mengikuti masuk ke dalam negri.

Devan menjawab dengan tenang, “Pelanggan, datang untuk menandatangani kontrak, apakah kamu datang memiliki urusan?”

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu