Cantik Terlihat Jelek - Bab 148 Aku Takut Dia Melukai Kamu

Dokter menarik sebuah kursi untuk Devan dan meminta dia untuk duduk. Setelah itu, dokter mengerutkan alisnya dan berkata : "Karena kecelakaan kemarin, otak nyonya terdapat sebuah gumpalan darah kecil yang tidak bisa sembuh sampai sekarang. Gumpalan darah itu sering menekan saraf otak sehingga nyonya sampai bisa membuat perilaku yang dia sendiri tidak bisa kontrol. Tuan Devan, anda harus siap-siap jika dia berperilaku tidak normal"

Devan menyipitkan matanya dan melihat ke dokter tesebut, "Perilaku tidak normal, contohnya?"

Dokter itu jelas sedikit kaget dan gugup.

Devan memeluk lengannya sendiri, "Kamu tidak perlu takut. Aku hanya ingin mencari tahu saja agar bisa mempersiapkan mentalku"

Dokter mengangguk dan tertawa, "Tuan Devan benar-benar peduli dengan nyonya. Tidak bisa dikatakan dengan jelas juga perilaku apa. Contohnya bisa jadi dia melukai orang lain atau diri sendiri tanpa kesadaran dirinya... Tuan Devan cukup agak perhatian kepadanya saja. Kondisi nyonya sekarang masih tergolong tidak buruk. saya hanya mengingatkan tuan Devan dahulu"

Devan mengangguk. Dia sudah mengerti dengan jelas.

Devan merasa salut kepada wanita ini.

Melukai orang lain tanpa kesadaran dirinya? Melukai siapa? Clover? Lalu dia bisa tidak dipenjara karena penyakit mentalnya? Benar-benar pintar.

Devan menjawab, "Baik"

Keluar dari ruang dokter, Devan pergi ke kamar Gabriel.

"Devan, kamu sudah datang?" Kepala Gabriel dibungkus dengan kain berwarna putih

"Kepalamu kenapa?"

Gabriel menggelengkan kepalanya, "Tidak ada apa-apa. Tadi aku tidak sadar diri dan kepalaku jatuh tertabrak"

Devan mengerutkan alisnya, "Mengapa bisa tidak sadar diri? Apakah kamu ada masalah?" Beberapa tahun ini, pasti ada sesuatu jika penyakit wanita ini kambuh. Dulu Devan selalu mengira semua ini karena kecelakaan itu. Jadi Devan terus merasa bersalah kepadanya dan berusaha menuruti kemauan dia.

Tetapi sekarang, Devan merasa dirinya benar-benar bodoh.

Gabriel merapikan bajunya. Setelah beberapa saat, dia baru berkata : "Apakah kamu menyadari wajah Nona Clover yang kita ketemu siang tadi sedikit mirip dengan Simon?"

Bayangan Devan bisa dilihat dari cermin yang berada di dalam ruangan, tangannya yang berada di dalam saku celananya mengerat setelah mendengar kata kata Gabriel, "Iya. Tetapi aku sudah mencari tahu, dia tidak berhubungan dengan Simon"

Gabriel kaget. Tidak ada hubungan? Tetapi ayahnya berkata wanita itu adalah ibu kandung Simon. Mengapa bisa begitu? Apakah ayah salah melihat orang?

Pikir sampai sini, Gabriel merasa lega.

"Gara-gara masalah ini?" Devan melirik Gabriel.

"Aku mendengar kamu memberi wanita itu semua market di luar negeri?" Suara Gabriel ada sedikit sedih.

Devan menyentuh hidungnya dan melihat Gabriel denga wajah santai, "Pria bermain-main di luar harus membayar sesuatu. Kamu tidak perlu terlalu peduli dengan itu"

Maksudnya, dia hanya bermain bersama Clover. Bekerja sama dengan Clover juga hanya untuk membuat dia merasa senang.

Devan mendekati Gabriel dan berbisik dengan suara kecil, "Ada beberapa masalah, kamu seharusnya mengerti tanpa penjelasanku. Aku pikir kamu bisa mengerti?"

Wajah Gabriel yang mulus putih memerah. Kalau bukan karena Devan sendiri telah melihat dan mendengar penampilan Gabriel yang sebenarnya, dia tidak akan percaya wanita seperti ini berhubungan dengan sifat kejam dan jahat.

Malam hari, kamar hotel.

"Kamu harus hati hati. Aku takut dia melukai kamu"

Clover berbaring di pelukan Devan, jarinya menggambar lingkaran di dada Devan, "Melukai aku? Membunuh aku lalu tidak perlu di penjara karena dia ada penyakit mental?"

Devan memegang tangan Clover, "Apakah aku pernah memberi tahu kamu sebenarnya kamu itu sangat pintar?"

Clover meliriknya, "Kamu menghina aku? Mau tidur di lantai?"

Devan mencium dahinya, "Aku dengar dari Dylan kamu besok mau menghadiri sebuah pesta?"

Clover mengangguk, "Benar, kalau aku ingin berkarier di dalam negeri nanti, aku harus lebih banyak mengenal orang. Pas besok tantemu pulang, aku akan pergi bersamanya"

"Kamu sudah kerja begitu keras, di masa depan kamu yang menghidupi aku aja gimana?" Devan terus mendekat ke pelukan Clover. Tujuannya sangat jelas.

Clover mengelus kepalanya, "Devan, apakah kamu tidak bisa mengkontrol dirimu?"

"Apakah aku tidak cukup mengkontrol diriku? Hitung rata rata dari 4 tahun, baru sekali setiap beberapa bulan"

Clover tidak tahu harus marah atau senang. Dia ingin memukul pria ini.

"Kalau gitu... kamu... bukankah kamu harus melakukan sedikit keamanan?" Clover membuka tasnya yang berada di meja...

Devan mengangkat alisnya dan melihat gerakan Clover, "Kamu membawa ini setiap saat? Nona Clover, bukankah kamu terlalu bernafsu?"

Clover memukul lengan Devan dengan wajahnya yang merah, "Jangan sembarangan berpikir. Aku.. aku sekalian beli ketika aku belanja di supermarket kemarin" Clover merasa sangat malu. Ini adalah pertama kali dia membeli barang seperti itu. Pria ini masih berani menertawakannya?

Devan mencium pipinya dan berkata dengan suara rendah, "Kita buat 1 anak lagi. Terus aku sterilkan diri. Bagaimana?"

Clover menutupi mulutnya yang sedang tertawa, "Kamu... kamu mau pergi sterilkan diri?" Setelah beberapa saat, Clover bertanya dengan serius, "Kalau pria menyeterilkan diri, apakah akan ada efek terhadap bidang itu?"

Devan menjawab dengan serius, "Tidak. Aku sudah pernah mencari tahu"

"Kamu pernah mencari tahu?"

Clover tertawa sampai tidak bisa menahan diri. Devan memasangakan wajah dingin dan tangannya berada di perut Clover, "Kamu yakin masih mau tertawa?"

Kehangatan di perutnya membuat Clover langsung diam. Dia berputar balik badannya dan menutup lampu, "Sudah, tidur, tidur"

"Aku tidak mau masalah Simon terulang lagi. Aku menyuruh kamu melahirkan lagi karena aku tidak pernah menjaga kamu ketika kamu mengandung kedua anakku. Aku merasa bersalah kepadamu"

Badan Clover terasa kaku. Setelah beberapa saat, dia membuat satu keputusan.

Dia berputar balik badannya dan mendekati pria itu. Tangannya melingkari leher pria itu dan menekan tubuhnya di atas tubuh pria itu, "Baik. Kalau begitu aku berada di atas malam ini"

Jelas, gerakan ini membuat Devan merasa mau gila. Matanya memerah dan nafasnya menjadi sesak.

Novel Terkait

Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu