Cantik Terlihat Jelek - Bab 425 Siapa?

Mia melambaikan karet pengikat rambutnya dengan santai di depan saudaranya, "Yang kamu bilang adalah ini?"

Saudara Mia sedikit emosional, dia mengambil karet pengikat rambut itu dengan kedua tangan.

Hal ini membuat Mia mengerutkan alisnya.

"Kak, kamu mengambil karet yang berharga beberapa ratusjuta rupiah untuk mengikat rambut Rena, kamu tidak takut orang menjambretnya ya?"

Tangan Mia bergetar, sisir yang dia sedang pegang pun jatuh ke lantai, Mia berjalan ke depan dua langkah, "Beberapa ratus juta rupiahr apaan?"

Saudara Mia menunjuk ke berlian yang berada di karet, "Kak, kamu melihat ini, berlian ini adalah berlian asli, melihat dari teknik memotong, bisa dipastikan pasti adalah hasil karya ahli yang terkenal"

"Berlian.... berlian asli?" MIa menarik nafas.

Saudara Mia ini adalah seorang tukang perhiasan, Mia tidak perlu meragukan kata-katanya, Rena sangat menyukai karet ini, setiap hari dia akan menggunakan karet ini unutk mengikat rambutnya.

Mia awalnya mengira karet ini dibelikan oleh ibunya, sementara Mia juga tidak terlalu focus pada berlian di karet, dia hanya merasa karet ini sangat cantik dan berpancar cahaya, karet berwarna hitam ini dihiasi oleh sebuah kupu-kupu kecil yang berwarna merah gelap, di tengah kupu-kupu itu memiliki sebuah berlian yang memancarkan cahaya, penampilan karet ini terlihat sangat biasa, meskipun bahannya bagus, Mia tetap tidak pernah menyangka berlian di tengah kupu-kupu itu adalah berlian asli.

Setelah mendengar kata-kata saudaranya, Mia memperhatikan karet itu dengan baik dan dia menyadari di samping kupu-kupu memiliki perhiasan benang emas yang tidak mudah dilihat kalau tidak perhatikan dengan baik.

"Ini adalah jahitan benang emas yang asli" Saudara Mia mengambil karet dan memperhatikan lagi dengan detail.

"Sama garis satu lingkaran ini, meskipun terlihat biasa, setahu aku, seharusnya ini dijahit oleh benang laut, memiliki uang saja tidak tentu saja bisa membeli benang seperti ini, seharusnya benang dan kupu-kupu ini sudah diolah oleh ahli yang memiliki skil, oh tuhan, kak, karet ini bisa membeli dua rumah di kota A" Sambil berkata, saudara Mia mengembalikan karet itu kepada Mia dengan hati-hati.

Tangan Mia bergetar dan karet itu pun jatuh ke lantai, Mia merasa ketakutan.

Kemudian Mia pun mengambil karet yang jatuh ke lantai itu.

Mia berjalan ke depan Rena, "Rena, kamu beri tahu ibu, siapa yang membeli karet ini untukmu?"

Rena sedang duduk di atas bangku bambu yang kakek buat khusus untuk dia, dia mengangkat kepalanya dan menatap ke Mia sambil menjilat bibirnya, kemudian Rena pun menggelengkan kepalanya, kakek dan nenek itu pernah berkata kalau dia memberi tahu ibu tentang keberadaan mereka, mereka akan menghilang.

"Aku tidak boleh memberi tahu ibu" Rena yang tidak pernah melihat Mia begitu serius pun tiba-tiba merasa ketakutan.

Merasa ada sesuatu yang salah, saudara Mia bertunduk di sisi Rena, "Rena, kamu beri tahu paman, siapa yang membelikan kamu ini?"

Sejak kecil, Rena merupakan anak yang memiliki pemikiran sendiri, dia sangat mirip dengan Mia waktu kecil, sangat susah mau membuat dia katakan hal yang dia tidak ingin katakan.

Sebagai ibunya Rena, Mia tentu saja tahu, setelah berpikir, Mia mengubah caranya, "Apakah orang yang membelikan kamu karet ini meminta kamu jangan memberi tahu ibu?"

Rena mengangguk.

Mia melihat ke karet itu dengan perasaan ragu, orang biasa tidak mungkin membelikan barang berharga seperti ini kepada anak kecil seperti Rena.

Apalagi memberikannya dengan diam-diam.

Selain itu, orang yang memiliki kekayaan sederhana tidak akan sanggup membeli barang seperti ini.

Orang kaya yang memiliki alasan untuk memberikan Rena ini, Mia teringat dengan Mohan.

"Kamu membantu aku menjaga dia, aku pergi telpon sebentar" Setelah berkata, Mia berjalan ke belakang rumah dan menelpon ke Mohan, pada saat itu Mohan sedang mengendarai mobil, melihat nomor Mia,sudut mulut Mohan pun terangkat, dia mengangkat telpon Mia dan menekan tomblo pengeras suara, "Aku sedang berada di jalan, kira-kira setengah jam lagi sampai"

"Kamu sedang mengemudi?"

"Iya"

"Kenapa tidak meminta supir untuk membawa mobil saja?"

"Menurut kamu?"

Kata-kata yang ingin Mia pertanyakan pun ditelannya kembali lagi, jalan datang ke sini bukan merupakan jalan yang mudah dilewati, Mia tidak ingin mempengaruhi Mohan, akhirnya Mia memutuskan untuk bertanya setelah Mohan tiba di sini.

Pada saat Mia kembali ke dalam rumah, Rena sedang menangis, sepertinya dia merasa ketakutan karena pertanyaan berlanjut dari beberapa orang dewasa, melihat adegan ini Mia pun mengerutkan alisnya.

"Kenapa?"

Ibu Mia menghampiri Mia, "Aku mendengar saudara kamu berkata karet pengikat rambut Rena berharga beberapa ratus juta rupiah?"

Mia menjawab iya, masalah ini tentu saja bukan merupakan sebuah masalah kecil, ibu Mia yang sudah bekerja keras selama kehidupan mereka saja tidak bisa memiliki uang sebanyak itu.

"Ibu, ayah, aku keluar sebentar, rekan kerjaku datang ke sini juga, aku membawa dia mengelilingi desa sebentar"

Orang tua Mia mengangguk, "Itu...."

"Aku akan mencari tahu masalah ini, jangan menyebar ke orang lain"

Mia menatap ke saudaranya yang kemudian menggelengkan kepalanya, "Tenang saja, aku tidak akan memberi tahu orang lain"

Mia berjalan ke gerbang desa, setelah menunggu beberapa saat, Mia melihat sebuah mobil asing yang bergerak menuju desa, tetapi merek mobil itu merupakan merek yang biasa, setelah melihat Mia, Mohan mengulurkan tangannya keluar jendela dan melambaikan tangannya, Mia memberi kode untuk berparkir mobil di sisi jalan, kemudian Mia pun naik ke dalam mobil.

Mohan mengenakan baju baseball berwarna hitam, dipasangkan dengan jaket berwarna putih yang membuat dia terlihat muda.

Mohan menarik Mia dan mencium pipinya.

Mia memukul bahu Mohan, "Orang lain melihat"

Mohan merasa sangat sedih, "Kamu sendiri sudah menunggu di pinggir jalan, masih takut orang lain melihat?"

Mia memilih untuk tidak bersuara, dia mengeluarkan karet Rena dari sakutnya dan menunjukkan kepada Mohan, "Kamu yang membelikan Rena ini?"

Mohan mengambil karet itu dan melihatnya, kemudian dia mengerutkan alisnya, "Bukan"

"Bukan kamu? Kalau begitu siapa?" Mia merasa sedikit bingung.

"Orang itu benar-benar murah hati" Mohan bersuara.

Mohan juga menyadari harga karet ini yang luar biasa, "Kamu bisa melihatnya?"

"Mungkin aku bisa menebak siapa yang membelikan Rena ini"

Mia merasa sedikit emosional, "Siapa?"

Mohan melepaskan sabuk pengaman, kemudian mengganti posisi duduknya dan menatap ke Mia, "Sepertinya kakek dan nenek"

Mohan dulu ada mendengar bahwa kakek dan nenek menghabiskan biaya tinggi untuk meminta orang membuat perhiasan kecil, tetapi dia tidak bertanya dengan jelas barang apakah itu, awalnya Mohan mengira mereka mau membuat perhiasan untuk mereka sendiri, tidak menyangka mereka membuatnya untuk memberikan kepada Rena.

"Ah? Mana mungkin........" Jawaban ini berada diluar ekspektasi Mia, berpikir tentang tingkah laku keluarga Mohan yang kejam waktu itu kepada Mia, awalnya kakek dan nenek Mohan masih memihak kepada Mia, tetapi setelah Nyonya Mo tidak tahu dari mana membuat hasil pemeriksaan DNA yang menunjukkan hasil Rena bukan anak kandung Mohan, kakek dan nenek Mohan sudah tidak bersuara lagi, mereka membiarkan Nyonya Mo mempersulit ia begitu saja.

Berpikir sampai sini, Mia menjilat bibirnya dan mengembalikan karet itu kepada Mohan, "Kalau begitu kamu membantu aku mengembalikan karet ini kepada mereka, barang ini terlalu berharga, aku tidak bisa menerimanya"

Mohan memutarkan karet ini di tangannya, "Mereka bukan membelikan ini untuk kamu, tetapu untuk Rena"

"Mohan, kalau orang lain tahu Rena menggunakan karet yang begitu berharga, hal ini akan membawa kebahayaan untuk dia" Hal ini juga merupakan salah satu alasan yang membuat Mia merasa takut, untung saja di sini lebih banyak orang sederhana yang tidak mengenal barang seperti Mia, kalau tidak Mia benar-benar tidak berani berpikir apa yang akan terjadi.

"Kakek dan nenek mungkin juga sudah berpikir tentang hal ini, jadi kamu lihat, desainnya sangat sederhana dan tidak menarik mata, Mia, kalau mereka..........."

"Tidak boleh" Seolah-olah tahu Mohan mau berkata apa, Mia langsung menolaknya tanpa menunggu Mohan selesai berkata, setelah berpikir Mia menambah lagi, "Aku tidak melarang mereka menjenguk Rena, tetapi untuk sekarang aku masih tidak ingin menghadapi mereka"

Novel Terkait

Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu