Cantik Terlihat Jelek - Bab 531 Paman Juga Sudah Pergi?

Setelah melirik Raven, dia menganggukkan kepala kepadanya dan Kane Vulton, kemudian menarik Agus berjalan masuk kedalam ruang perjamuan, setelah berjalan dua langkah, dia baru melepaskan tangannya.

“Baiklah, bukankah ini adalah naluri alamiah manusia? Menurut kamu seorang pria dan wanita yang sama-sama single berada didalam satu ruangan, kemudian kamu memberikan pakaian dengan baik-baik, tentu saja aku akan berpikir yang tidak-tidak!"

Agus mengira dia marah, jadi mengikutinya kemudian memberikan penjelasan.

Hutu menghentikan langkahnya, membalikkan badannya, menatap Agus, mengatupkan gigi belakangnya, baru berbicara: “Agus, kata adik sepupuku, kamu adalah suaminya di masa depan, jadi menurutku, kita harus jaga jarak!”

Setelah selesai berbicara, dia tidak peduli dengan respon Agus yang terbelanga, langsung pergi ke kamar di sisi lain tempat perjamuan.

Sementara dia tidak memperhatikan, dia diam-diam masuk ke dalam kamar, di mana Ibunya beristirahat.

Dia terus di dalam sampai jamuan makan malam selesai, setelah di luar sepi, dia baru keluar.

Pertama, dia tidak suka dengan situasi seperti itu, kedua, dia tidak tahu harus bagaimana menghadapi Agus.

Ayah baru saja selesai mengantarkan tamu, ketika balik badan, melihat dia keluar dari kamar Ibu, jarinya diacungkan menunjuk-nunjuk dia, “Anak ini, baru saja Agus mencariku, kemana kamu pergi?”

Hutu menunjuk kamar di belakangnya, “Aku di Ibu.”

Ayah kelihatannya dalam suasana hati yang sangat baik, juga tidak marah, “Sebentar lagi kamu telepon dia, aku lihat dia cukup panik karena tidak menemukanmu.”

Tidak menunggu Hutu menjawab, dia lanjut berbicara: “Agus, anak itu cukup baik, Tutu boleh berteman dengannya.”

Hutu tidak menjawab, tiba-tiba, dia teringat akan Raven.

“Ayah, Paman juga sudah pergi?”

Ayah mengangkat alisnya ketika mendengar dia menyebut Raven, “Baru saja pergi bersama dengan gadis keluarga Vulton, kedua orang itu kelihatannya, cukup cocok.”

Hutu pura-pura tidak peduli, berkata “Oh.”

Melihat kebelakang, sorot matanya menjadi gelap.

Pada malam hari, karena Ibunya sedikit merasa kecewa, mereka langsung pulang ke rumah mereka.

Setelah sampai di rumah, dia baru melihat ponsel.

Ada beberapa panggilan tidak terjawab dari nomor yang tidak di kenal.

Ada beberapa chat, dia hanya melirik, dari Agus, semuanya adalah pertanyaan kepadanya, apa arti kalimat itu.

Dia tidak membalas.

Sebaliknya dia mengunduh Wechat, kemudian log in.

Kemudian membuka gambar Raven, berbaring di atas kasur, setelah membolak-balikkan beberapa kali, akhirnya mengambil keputusan, mengirimkan beberapa chat, “Paman, terima kasih hari ini, bagaimana dengan lenganmu?”

Setelah selesai mengirimkan chat, pikirannya penuh dengan adegan ketika Raven melindungi dia dalam pelukannya, jika, dia bukan Pamannya, betapa indahnya?

Setidaknya, dia bisa mengejarnya?

Biarpun tidak dapat, juga bisa mati rasa?

Chat, sampai ketika dia hampir tertidur, baru ada balasan.

“Tidak apa-apa, lain kali ketika menghadapi situasi seperti ini, ingatlah untuk bersembunyi."

Hutu tadinya mau tidur, ketika mendengar suara chat masuk, dia langsung bangkit duduk.

Namun, ketika dia melihat chat, dia jadi tidak bisa tidur.

Nada bicaranya, dia baik terhadap dia, semuanya adalah karena saudara sendiri, bukan karena pria dan wanita.

Kenyataan ini membuat hatinya langsung merasa kosong.

Cinta pertama ya? Pertama kali naksir seseorang, pertama kali tahu apa rasanya menyukai seseorang, kenapa dia adalah Pamannya sendiri?

Apa semua ini?

“Mengerti, Paman.”

Dia hanya menjawab singkat, melemparkan dan berbalik, tetapi dia tidak bisa tidur lagi.

Nilai ujian perguruan tinggi sudah keluar, berikutnya, mengisi harapan.

Maksud Ayahnya adalah, menyarankan dia mencari universitas di kota Ciput.

Tetapi dia tidak berani membuat Ayahnya tahu, dari awal sampai sekarang, dia tidak pernah berpikiran untuk kuliah di universitas di kota Ciput.

“Tutu, aku akan pergi ke luar negeri.” Ketika menerima telepon dari Nini, dia sedang minum air, mendengar dia akan pergi ke luar negeri, air yang ada di mulutnya langsung keluar.

“Nini......”

Dia sedikit kewalahan dan tidak bisa berkata-kata, mengapa dia mau pergi ke luar negeri lagi?

Semuanya pergi, bukankah tinggal dia seorang?

“Pacarku mau pergi ke luar negeri, aku tidak ingin hubungan jarak jauh dengannya.”

Betul, Nini pacaran lagi, satu bulan sebelum ujian perguruan tinggi, orang itu memberikan jawaban ketika ujian percobaan, sehingga membuat hatinya tergerak.

Dia benar-benar tidak dapat memahaminya, bagaimana bisa karena seorang pria yang belum kenal lama, dia langsung memutuskan jalan masa depannya?

Namun, di satu sisi, dia sangat mengagumi dia, dia menjadi penentu masa mudanya, benar-benar tidak salah.

Berani mencintai berani membenci, poin ini, dia juga mengagumi!

Dia tidak membujuknya karena, karena karakter Nini, dia tidak bisa membujuknya.

“Halo, Hutu, kamu masih belum menjawabku, kamu mengisi harapan kemana?”

Isi kemana? Isi kemana?

Ketika dua kata Kota A muncul, dia sendiri terkejut.

“Nini, aku tanya kamu, jika kamu mengetahui dengan jelas ada satu harapan, yang mungkin tidak akan pernah bisa menjadi kenyataan seumur hidupmu, apakah kamu masih bersedia bekerja keras untuknya?”

“Harapan? Harapan yang tidak bisa diwujudkan? Ya tetap harus kerja keras, siapa tahu harapan itu dapat terwujud? Kamu lihat, dulu kamu juga tidak pernah kepikiran, suatu hari, dia bisa lulus ujian universitas level 2 bukan? Kamu juga lulus kan?”

Hutu tahu, NIni mungkin mengira yang dia katakan adalah tentang idealisme sejenis.

Tapi, dia tidak menjelaskan.

Paman Raven, mungkin adalah harapan dia yang tidak akan pernah terwujud seumur hidupnya.

Masa muda itu apa? Masa muda, adalah waktu yang memberi kita untuk jatuh dan memanjat lagi, Tutu, jika kamu memiliki sesuatu untuk dikejar, aku masih sangat mendukungmu.”

Sudah jatuh, memanjat lagi?

Dia… menyatakan perasaannya kepada Paman, apakah masih bisa kembali? Masih bisa… memanjat lagi?

Setelah menutup telepon, dia bengong untuk waktu yang cukup lama, pikirannya penuh dengan situasi ketika Raven menghalangi pisau dari Gwen.

Setelah ragu-ragu sebentar, dia mengirimkan chat ke Raven, “Paman, apakah lenganmu sudah baik sekarang?”

Mengetahui salam ini, sudah terlambat, tetapi sepertinya tidak ada alasan yang tepat untuk berbicara dengannya.

Setengah jam kemudian, chat baru di balas, “Em, semuanya sudah baik-baik saja.”

Hutu duduk di atas kasur, memeluk kedua lututnya, menatap keluar jendela, hatinya, kosong melompong, saat ini, dia kangen dengan Raven!

Ternyata, neginilah perasaan kangen dengan seseorang, makanan jadi tidak ada rasa, malam jadi tidak bisa tidur.

Tapi, kenapa Paman?

“Kangen kamu!” Dia mengetik tiga kata ini di ponselnya, kemudian menghapusnya, selang beberapa saat kemudian, mengetiknya lagi.

“Tutu….”

Pintu tiba-tiba terbuka, Shang berdiri di luar pintu.

Novel Terkait

Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu