Cantik Terlihat Jelek - Bab 248 Menghilang

Gisel ini adalah putri dari Kakak laki-laki ibu Gabriel, yang berarti adalah putri dari pria yang bisa dibilang adalah paman Gary, dia lebih kecil 6 tahun dari Gary, wajahnya sangat cantik, mirip dengan Gabriel, hanya saja saat dia berumur belasan tahun, dia mengalami kecelakaan, kakinya sudah tidak bisa merasakan apapun.

Tetapi kecacatannya tidak membuat dia menyerah akan hidupnya, sebaliknya dia semakin giat belajar, setelah bertahun-tahun, dia tidak hanya memperoleh nilai yang sangat baik, selain itu dia juga belajar piano sendiri dan mendapatkan banyak penghargaan baik di dalam maupun luar negeri.

Gary sangat sayang kepada adik sepupunya ini, dia juga sangat memanjakannya.

"Benar, kakak iparmu."

"Tetapi, kenapa ayahku tidak pernah mengatakan kepadaku kalau kamu sudah menikah?" suara Gisel terdengar sedikit mendesak.

Gary mengangguk, "Karena beberapa hal, wanita itu mungkin masih belum begitu yakin apakah dia mau dengan kakakmu ini, jadi aku ingin dia yakin dulu dengan hatinya, setelah itu baru aku memberitahu semua orang." Meskipun kemudian terjadi hal yang tidak terlalu menyenangkan dengan Gabriel, tetapi ibu Gabriel dari dulu selalu baik terhadap Gary, jadi Gary juga sangat peduli terhadap ibu tiri dan keluarganya itu.

"Kakak begitu baik, mana ada wanita yang tidak menyukaimu?" Suara Gisel sangat kecil, tetapi Gary masih dapat mendengarnya di dalam ruangan yang sunyi ini.

Gary menatapnya dan tertawa, "Kamu masih kecil, jadi tidak mengerti, tunggu kamu sudah besar, kamu akan mengerti, cinta tidak ada hubungannya dengan penampilan luar seseorang."

Setelah itu dia merapikan dokumen di tangannya, "Ayo kita pulang." dia berbicara sambil mencari ponselnya, dia baru ingat kalau dia sedang mengecas ponselnya, dia mengambil ponselnya lalu melihatnya, ada pesan dari Mikasa, dia mengerutkan alisnya, apakah Dono tidak memberitahu Mikasa kalau hari ini dia pergi menjemput Gisel? Jadi dia tidak bisa makan malam dengannya, memintanya untuk pulang duluan?

Dia menelepon ponsel Mikasa, ternyata tidak aktif.

Sambil berpikir, dia mengambil jaket yang ada di atas kursi dan memakainya, kemudian dia mendorong kursi roda Gisel.

"Kak, di atas lantai sepertinya ada map dokumen."

Gary juga melihatnya, dia membungkuk dan mengambil map dokumen itu dan membukanya, isinya adalah desain Mikasa.

Tiba-tiba dia merasakan firasat buruk di dalam hatinya, Mikasa pernah kemari, tetapi dia hanya meninggalkan dokumen lalu pergi, kalau dilihat dari karakternya, dia tidak akan mungkin melakukan hal ini, kecuali....ekor matanya sekilas menyapu Gisel yang sedang duduk di atas kursi roda, dia menelan ludah beberapa kali.

Dia menghubungi ponsel Dono.

"Halo, Dono, hari ini aku memintamu untuk memberitahu Mikasa kalau aku akan pergi menjemput Gisel, apa kamu sudah mengatakan padanya? Apa....kamu....dimana otakmu?" Gary menutup teleponnya dengan sangat marah.

"Kak, kenapa? Apakah terjadi sesuatu?"

Gary memaksakan sebuah senyuman kepada Gisel, "Tidak apa-apa, kita pulang dulu." dia sangat berharap kalau Mikasa sudah pulang ke rumah.

Karena itu, di perjalanan pulang ke rumah, Gary mempercepat laju mobilnya, saat dia melihat sandal Mikasa masih tergeletak di atas rak sepatu, hatinya langsung terasa memberat.

"Gisel, bibi ada di rumah, jika kamu butuh sesuatu, maka kamu minta bibi untuk membantumu, kakak keluar sebentar." selesai berbicara, Gary langsung memanggil bibi dan memerintahkannya beberapa hal, sebelum Gisel sempat menjawab apapun, dia langsung berbalik dan berlari kearah lift.

Dia berjalan sambil menelepon Suya.

"Suya, apakah Mikasa ada menghubungimu...emm...ohh, begitu ya?"

"Apakah Mikasa tidak ada di rumah? Sudah hampir jam 10 malam."

Pengenalan Gary akan Mikasa sangat terbatas, jadi saat ini dia merasa Suya pasti dapat membantunya, sehingga dia mau tidak mau memberitahunya soal Mikasa yang datang ke ruangannya dan mungkin salah paham akan hubungannya dengan Gisel.

Saat Suya datang kesana, dia masih mengenakan piyama, Gary melihatnya dan mengerutkan alisnya, tetapi hatinya malah merasa sangat senang karena Mikasa bisa mempunyai teman seperti dirinya.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa wanita itu? Apa yang sudah kalian lakukan? Mikasa melihat kalian?"

"Tidak ada wanita, dia adalah putri dari pamanku, dia hanyalah seorang gadis kecil, kakinya tidak bisa berjalan, waktu dia datang, dia berkata kalau dia sedikit lelah, jadi dia pergi ke kamar yang ada di dalam ruanganku untuk beristirahat sebentar, kemudian setelah dia bangun, aku menggendongnya keluar untuk makan, aku tidak tahu apakah hal ini yang dilihat oleh Mikasa." Di sepanjang perjalanan, dia berusaha keras untuk mengingat hal yang terjadi saat itu dengan detail, sepertinya hanya hal ini saja yang bisa membuat Mikasa salah paham.

"Kamu menggendongnya keluar dari dalam kamar? Ka....kamu...." tiba-tiba saja Suya berkata dengan sangat kesal sehingga membuatnya tergagap.

"Kamu....rasakan jika Mikasa salah paham kepadamu, dia dari dulu memang sudah merasa sedikit rendah diri dihadapanmu, kemudian dia mengalami amnesia, dia juga tidak percaya kepadamu, sekarang dia melihatmu berpelukan dengan wanita lain, hebat sekali jika dia tidak salah paham kepadamu!"

"Wanita lain apa, dia hanyalah seorang gadis kecil." Gary menegaskannya sekali lagi.

"Gadis kecil? Baiklah, sekarang aku tidak akan mempermasalahkan hal ini denganmu, sekarang kamu katakan, kita mau mencarinya dimana?"

"Ada tidak tempat yang biasanya dia suka pergi? contohnya tempat yang akan dia tuju saat sedang bersedih."

Suya berpikir sebentar, "Ada, memang ada beberapa tempat, tetapi dia lupa ingatan, jadi pasti dia juga tidak akan mengingat tempat-tempat itu, namun, Mikasa mempunyai sebuah hobi, yaitu saat dia sedang bersedih, dia akan sembarangan naik bus umum, dari ujung yang satu ke ujung yang lain...."

Tiba-tiba Suya teringat akan sesuatu, dia menoleh dan menatap Gary dengan serius, "Oh iya, satu hal lagi, apakah kamu ada memberikan uang kepada Mikasa?"

Gary tidak mengerti, dia menyipitkan matanya, "Apa maksudmu?"

"Maksudku adalah, setelah beberapa hari yang lalu kamu membawanya pulang, apakah kamu pernah memberikannya sedikit uang saku?"

Saat melihat reaksi Gary, Suya langsung tahu kalau dia pasti tidak memberikannya, untuk sesaat dia merasa sangat marah sampai dia segera memutar kepalanya menghadap Gary, akhirnya dia menatap Gary dan berkata sekata demi sekata : "Apakah kamu tahu? Dia tidak ada tabungan sepeserpun, uangnya semua digunakan untuk mengobati penyakit ayahnya, gaji dari perusahaan kalian juga belum diberikan, aku curiga kalau saat ini dia hanya memiliki uang tidak sampai 40 juta, karena sebelum dia kehilangan ingatannya, Mikasa pernah memberitahuku kalau saat itu uang yang tersisa di dirinya hanya sekitar 100 juta, jika masih belum mendapatkan gaji, maka dia akan makan angin."

Begitu berkata sampai sini, Suya merasa sangat sedih, dia berjongkok di atas tanah, kedua tangannya memeluk lututnya dan menangis dengan kerasnya, "Kamu masih bilang akan berlaku baik terhadapnya, apa ini yang kamu maksud dengan berlaku baik terhadapnya?"

Hati Gary bagaikan diremas dengan kencang, dia selalu bilang kalau akan bersikap baik terhadap wanita itu, tetapi dia bahkan tidak memberikannya materi yang paling dasar.

Istri dari Gary ternyata tidak memiliki uang sama sekali, begitu dia berpikir tentang hal ini, dia langsung mengepalkan kedua tangannya dengan kencang, kukunya yang tajam menusuk ke dalam telapak tangannya.

Saat Clover menerima telepon dari Gary, dia dan Devan sedang bersiap-siap untuk tidur.

"Apa? Kakak ipar menghilang? Oh....baik, kamu jangan panik dulu, kami akan kesana sekarang juga, tidak apa-apa, kami masih belum tidur." setelah memutuskan teleponnya, Clover duduk di atas ranjang dan melepaskan tangan pria yang sedang memeluk pinggangnya, "Devan, kakak iparku menghilang."

-------------------

"Kakak iparmu adalah sabuk hitam taekwondo, jadi seharusnya tidak akan ada masalah dengan keselamatannya, jadi kamu jangan panik begitu." Devan mengendarai mobilnya sambil menatap Clover yang tidak dapat duduk dengan tenang, dia berusaha menenangkannya.

Clover mengangguk dan tidak mengatakan apapun.

Alamat yang Gary berikan kepada mereka agak sedikit terpencil, jadi saat mereka berdua sampai di sana, itu sudah satu jam kemudian, saat ini sudah jam 1 dini hari.

"Kak, bagaimana?"

Novel Terkait

Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu