Cantik Terlihat Jelek - Bab 353 Diluar Dugaan

Dokter melihat dia, kemudian melihat Mohan lagi, kalau tidak pasti ini adalah ayah kandung dari sang anak, dia akan salah paham, karena pada dasarnya hal yang dicemaskan oleh pria, adalah hal yang nyata, dia tersenyum, "Kamu mengantar diwaktu yang tepat, proses melahirkan sangat lancar, melahirkan secara normal, situasi dan kondisi yang sangat baik."

Helmi menghela napas lega, "Terima kasih."

Mohan menyembunyikan perasaannya yang tidak nyaman, menggenggam erat jari yang ada disaku celana nya secara perlahan, walaupun terhadap wanita itu, tidak ada perasaan, tapi, tidak berarti, dia bisa sesuka hati dia dan diam saja.

"Direktur Helmi, Anda dapat keluar dengan tenang."

Helmi melihat Mohan sekilas dengan tatapan yang dalam, tatapan yang ingin merusak hal baik, "Direktur Mo, Anda sudah mencapai yang anda inginkan, yang tidak anda inginkan, lepaskanlah lebih awal."

Setelah selesai berkata, dia menghadapkan kearah Tuan Mo mereka, membalikkan badan dan pergi.

Yang tidak di inginkan? Mia? Mohan tertawa dingin, tidak tahu wanita itu merencanakan berapa hal buruk, dan baru saja melahirkan, biarkanlah sang pria menunggu untuk mengambil ahli .

Ketika ayah Mia mereka buru-buru datang, Mia sudah dipindahkan ke ruangan pasien, untuk hal ini keluarga Mo tidak pelit, beberapa dokter, beberapa suster, sebuah ruangan vip, dan pelayan khusus.

Karena melahirkan secara normal membuang tenaga yang tidak sedikit, Mia masih tetap tertidur, anak yang dilahirkan sebesar 6.8 ons, dilihat dari sisi bayi perempuan, tidak terhitung gemuk, tidak kurus juga, normal.

Ketika dia bangun, hari sudah malam.

Dikamar hanya ada orang tua dan seorang pembantu.

Tidak ada satupun anggota Keluarga Mo yang terlihat, dia mengaitkan bibirnya, tertawa dingin.

Ketika melihat dia telah bangun, Sang Ibu berjalan maju, mengecup keningnya, "Mia, kamu telah berusaha."

Ayah Mia berdiri di samping, tidak berkata apapun.

Mia menjulurkan tangan merangkul leher Sang Ibu, "Ibu, aku sangat merindukan kalian."

"Ya sudah, jangan keluarkan tanganmu, setelah melahirkan harus dirawat dengan baik, jika tidak kedepannya kamu yang akan sakit." Sambil berkara, lengan Mia diselipkan kedalam selimut.

Disaat ini, dokter datang untuk mengukur suhu badan bayi.

Mia seketika memutarkan kepala, melihat bayi yang sedang tidur di ranjang bayi disampingnya, dengan tatapan lembut, "Ibu, seorang anak perempuan."

"Iya, dia sangat lucu."

"Ibu, bagaimana kalau panggil dia Morena? Semoga seumur hidupnya tidak akan pernah sakit hati."

"Rena, ok, nama yang enak didengar." Ibu Mia mengiyakan.

"Sayang sekali dia mirip Ayahnya."

Langkah kaki Mohan yang berjalan masuk, dengan mata yang dingin, mirip dia, apa yang disayangkan?"

Ayah Mia melihat dia masuk, berbatuk ringan sejenak.

Ayah Mia menatap sang bayi, tidak menoleh sedikitpun ke arah Mohan, ini adalah anaknya.

Karena kedatangannya, kamar yang pada mulanya terasa nyaman, udaranya mendadak mulai merasa tidak nyaman.

Suster bersuara: "Nyonya Mo, Anda ingin memberi asi ke sang bayi, atau......"

"Susu bubuk." Mia segera memotong kata-kata suster, dia tidak bisa memberi asi ke sang bayi, karena sekali dia memberi asi, dalam waktu singkat, dia tidak dapat pergi bekerja, dan mungkin lagi tidak dapat meninggalkan Keluarga Mo.

Terpikir akan keluar dari Keluarga Mo, dia memutarkan kepalanya, sambil menatap Mohan, "Hasil test darah tali pusar apa sudah keluar?"

Terpikir akan kata-kata yang diucapkan berbagai wanita ketika baru bangun, tapi dia tidak menyangka, ini yang dia tanyakan, saat itu juga, Mohan agak sedikit kesal, "kamu terlihat seakan lebih terburu-buru daripada aku?"

Ibu melihat mereka berdua seakan ada yang ingin dibicarakan, segera menarik sang ayah keluar dari kamar pasien, suster yang sebelumnya sudah disana menatap bengong Mia sejenak, kemudian membiarkan bibi menggendong sang bayi bersamanya ke sebelah untuk membawa bayi berenang.

Kamar pasien tersebut tersisa Mia dan Mohan, suasana dingin tanpa suara apapun.

"Mohan, hasil test darah tali pusar pasti sudah keluar kan?" Setelah dia melahirkan anak, dia langsung menanyakan hal ini, dokter berkata bahwa hasil test akan keluar paling cepat 3 jam, tetapi sekarang sudah sekitar 5-6 jam.

Mohan menyelipkan sepasang tangannya didalam saku sambil menatapnya, "Kenapa?Takut?Takut kalau darah tali pusar itu berguna, dan aku tidak menginginkanmu lagi?"

Raut mukanya terlihat puas dan matanya tanpa sadar telah memberikan jawaban ke Mia, dia memejamkan mata, membuang napas dengan berat.

Ketika membuka matanya kembali, Mohan merasa tatapan mata wanita ini tiba-tiba menjadi lebih bersinar.

"Benarkah dapat dipakai? Ok, setelah masa istirahat bersalin, mari kita cerai, jika anak bersedia dibawa oleh Keluarga Mo makan silahkan bawa, tetapi, aku harus memiliki hak asuh, jika Keluarga Mo tidak bersedia membawa, maka anak adalah milikku, dan mengikuti marga Munir, aku juga bersedia, lebih baik aku yang membawanya, dengan begitu, juga tidak akan mempengaruhi hubunganmu dengan Nona Muham." Dia lega telah membicarakan banyak hal dalam sekali ini, setelah selesai berbicara, dia mengangkat kepala, menatap lurus ke Mohan.

Tetapi dia malah menyadari, matanya membara, seluruh tubuhnya memiliki rasa amarah yang tidak dapat dipungkiri.

Dia menggigit giginya, menatap Mia dan menghentakan suaranya: "Kamu bilang sekali lagi? Cerai? Mia, kamu anggap aku monyet yang bisa dipermainkan?"

Mia melihat responnya, dan ini diluar dugaanya, dia mengira Mohan akan sangat senang, karena, dia dapat bersama dengan orang dekat dia sejak kecil, karena bagaimanapun, Mohan masih saja membencinya.

Dan awal mulanya Mohan juga berpikir begitu, kali ini dia datang, memang awalnya dia ingin membahas soal perceraian, dia ingin melihat wanita ini menangis tersedu-sedu, ingin melihat Mia memohon-mohon kepadanya, dia malah tidak berpikir sama sekali, bahwa Mia membahas nya terlebih dahulu, hal yang diluar dugaan ini, membuat Mohan benar-benar membisu.

Ada beberapa hal, tidak sesuai dengan urutan yang sudah tersusun, rasanya sudah tidak sama lagi.

Jika dia yang mengajukan perceraian terlebih dahulu, Mia adalah orang yang disingkirkan, tetapi, disaat ini, dia merasa orang yang tersingkirkan adalah dirinya sendiri, dan menurut dirinya sendiri yang selama ini sangat menjaga harga dirinya, ini adalah pukulan yang tidak kecil.

Mia tidak ingin beradu mulut dengannya lagi, "Terserah kamu mau berpikir apa, aku tidak ingin berantem denganmu, pergilah." Setelah berkata, menutup mata, dan tidak bersuara lagi.

Mohan hidup sampai sebesar ini, belum pernah tidak dipedulikan sama sekali.

Untuk pertama kalinya harga dirinya disakiti sampai tahap ini, tingkah laku wanita ini, membuat dia merasa bahwa diri sendiri sangat menyebalkan, ketika dia berpikir selama ini dia selalu dibesarkan didalam lingkungan yang terhormat, tapi disaat ini malah disingkirkan oleh Mia, Mohan yang biasanya selalu tenang malah melontarkan kata-kata yang tidak santai, "Ingin cerai? Mia, kamu berpikir seenaknya? Cerai, juga harus tunggu aku main sampai puas baru cerai."

Selesai berbicara, dia tidak menunggu respon dari Mia, langsung membanting pintu dengan keras.

Gila.

Mia tidak menghiraukannya.

Kemudian, hari kelima di rumah sakit, anggota Keluarga Mo datang total hanya dua kali, tetapi, menetapkan ide cerai untuk dengan Mohan, Mia merasa tidak apa-apa, hanya merasa kasihan dengan anak ini, baru saja dilahirkan, tidak mendapatkan kasih sayang dan cinta dari Sang Ayah.

Mia, kamu ikut Ayah dan Ibu pulang ke rumah untuk istirahat bersalin ya?" Satu malam sebelum persiapan keluar dari rumah sakit, Ibu tiba-tiba memegang tangan Mia, sambil memberi saran tersebut.

Mia tahu, Ibu pasti sayang dan kasihan dengan diam, tingkah laku Keluarga Mo terhitung sangat tidak baik, dia pasti merasa bersalah.

Sebenarnya Mia juga sempat berpikir, pulang ke rumah Ibunya untuk istirahat bersalin, tetapi, untuk pulang kerumah saja, perjalanan menyetir perlu waktu beberapa jam, dan Keluarga Mo juga tidak akan menyetujuinya, hubungan dia dengan Mohan, walaupun orang luar tidak tahu, tetapi teman-teman terdekat tahu, bahwa dia melahirkan anak, dan pastinya tidak sedikit yang akan datang menjenguk, kalau dia pergi ke rumah Ibunya, pasti akan mengundang pusat perhatian dan tebakan dari orang-orang, walaupun dia sendiri tidak peduli, tetapi, dia masih tidak ingin membangkitkan amarah Keluarga Mo, dia takut jika mereka marah, mereka tidak mengijinkan dia untuk bertemu sang anak.

Pada akhirnya, Mia kembali ke vila tersebut, dan dia mulai merencanakan perceraian dia dan Mohan.

Novel Terkait

Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu