Cantik Terlihat Jelek - Bab 310 Kematian Eren

Suya membuka pintu, meletakkan tas di ranjang, membungkukkan tubuh mengganti sandal, “Apa yang terjadi padanya?”

“Malam ini, kami mendapat tugas yang agak bahaya, dengan jabatannya, dia sama sekali tidak perlu pergi, namun dia bersikeras akan pergi, dan tidak ada yang bisa membujuknya.”

“Sangat berbahaya?” Tindakan Suya mengganti sepatu tertegun.

Musi mengangguk, “Ya, kekuatan pihak lain sangat kuat, dan nilai kekuatannya tidak bisa diremehkan, kami sudah mengorbankan tiga rekan.”

Mengorbankan? Sepatu di tangan Suya jatuh ke lantai, dia mengangkat kepala menatap Musi dan menelan ludah, “Maksudnya, senjata asli? Tetapi bukankah ini era yang damai?”

Musi memandangnya dan menundukkan kepala, “Ini adalah rahasia militer, aku tidak dapat memberitahumu, aku tahu hubunganmu dan komandan tidak terlalu baik, tetapi Kakak ipar, komandan mempedulikan perasaanmu, aku berharap kamu bisa pergi untuk membujuknya.”

Ketika Suya mendengar Musi mengatakan hubungan antara dia dan Eren tidak terlalu baik, hatinya sangat kesal, hubungan mereka suami istri buruk, jadi hubungan kalian baik? Namun, dia mengerti sekarang bukan saatnya untuk menjerat masalah ini.

Mengganti sandal, “Ayolah, di mana dirinya?”

“Kamu ikuti aku.”

Suya mengikuti Musi berjalan ke belakang kantin dan dari sebuah pintu kecil memasuki “dunia” lain, menggunakan kata dunia lain untuk menggambarkannya tentu tidak keterlaluan, tank, senjata, helikopter, dan lainnya, semuanya hanya pernah dia lihat dari dalam TV.

Tidak sempat kaget, dia sudah ditarik ke sebuah ruangan oleh Musi.

“Sudah terlambat, dia telah pergi.” Orang di dalam terlihat Musi, tidak menunggu mereka berbicara, dia langsung berkata.

Tangan Musi yang menggandeng tangan Suya terlepas dan berteriak, “Mengapa kalian tidak menghentikannya?”

“Emosinya itu, bisakah kami menghentikannya?”

Ini adalah Musi yang tidak pernah dilihat Suya, dia menyipitkan matanya, “Apakah tempat yang dia pergi dekat dari sini?”

Musi menatapnya dan sikapnya langsung berubah, “Lupakan saja, kakak ipar, kamu kembali saja, kalau ada kabar, aku akan memberitahumu.” Selesai berkata, dia tidak berhenti berjalan di dalam ruangan.

Dalam ruangan, beberapa orang duduk dengan tidak tenang, wajah semua orang terlihat buruk.

Suya tahu Musi tidak membohonginya, secara alami dia menyentuh perutnya, “Eren, aku belum memberitahumu, anakmu masih hidup, kamu tidak boleh terjadi sesuatu.”

Dari pertama kali mengenal pria ini, Suya hanya menganggap dia sebagai seorang prajurit, tidak pernah memikirkan lebih mendalam, prajurit seperti apa dia, apa yang dia lakukan, karena dalam kesadarannya, dia berpikir di era yang damai ini, menjadi prajurit seperti apapun tidak mungkin akan dalam kebahayaan, tetapi tanpa terduga ketidaktahuannya, begitu mengerikan.

Tiba-tiba terhadap Eren, dia menimbulkan perasaan kagum. Suaminya ini sedang berkontribusi untuk perdamaian negara ini.

Hatinya merasa sangat bangga, namun dirinya malah mengubah hidupnya secara sewenang-wenang, untuk sesaat, hatinya terasa sangat bersalah.

Dia memberitahu dirinya sendiri, kalau Eren dapat kembali dengan aman kali ini, dia akan berusaha tidak bertengkar lagi dengannya.

Musi melihatnya bersandar di dinding dan tidak bermaksud akan pergi, dia berkata: “Kalau tidak ingin kembali, masuk dan duduk di dalam, luar sangat dingin.”

Suya mengangguk.

Kemudian hanya bisa menunggu, Suya sejak kecil, tidak pernah begitu khawatir.

Satu jam, dua jam, dia merasa bagaikam satu tahun, dua tahun.

Akhirnya, ketika dia benar-benar tidak bisa berduduk diam lagi, ponsel Musi berdering, ekspresinya dari tersenyum, menjadi bingung tertegun.

Suya menimbulkan firasat buruk.

Dia bangkit dan berjalan ke Musi, “Apa.....apa yang terjadi?”

Musi perlahan-lahan menyimpan ponselnya dan memandang Suya, “Kepala pemimpin pihak itu sudah mati, tetapi pada saat bersamaan, dia menyuntikkan racun ke tubuh Eren.”

“Racun...... racun, jadi bagaimana dengan Eren?”

“Ayo, kita pergi ke rumah sakit.”

Selesai berkata, beberapa orang berlari ke lantai bawah.

Masih tetap rumah sakit pada siang hari itu, namun perbedaannya adalah di lantai yang berbeda, dalam ruangan dipenuhi orang yang mengenakan seragam militer dan dokter yang mengenakan mantel putih berada di luar. Di sini seharusnya adalah tempat khusus yang disediakan pihak rumah sakit untuk pasukan.

Banyak orang di dalam yang mengenal Musi dan menyapa dengannya sepanjang jalan.

Dan seseorang menunjukkan arah.

Tidak lama kemudian, mereka tiba di kamar pasien Eren, pintu kamar tertutup dan ada banyak dokter berkeliling di luar, “Bagaimana?” Musi bertanya.

“Sementara masih belum tahu apa racunnya, orangnya koma tidak sadar diri.” Suara dokter bergetar, dan wajah semuanya terlihat sangat buruk.

Suya melewati kerumunan, meletakkan tangannya di pegangan, dan ingin mendorongnya.

Dua prajurit kecil yang berdiri di pintu menghentikannya, “Tidak diizinkan masuk.”

Musi mendengar suara dan memutar kepala melihat keduanya, “Ini adalah istri komandan.”

Semuanya memberi hormat, Suya membalas dengan sebuah senyuman yang tak berdaya, dan kembali mendekati pintu, pandangannya melalui jendela pintu melihat ke dalam, orang yang berbaring di ranjang, seharusnya adalah Eren, banyak orang yang berkeliling di tepi ranjang, dia tidak bisa melihat penampilannya.

Melangkah mundur dan menutupi mulutnya, tiba-tiba dia terasa pusing, dia memegang dinding, perlahan-lahan berjalan dan duduk di lantai, kalau tahu dia akan menjadi seperti ini, semalam dia tidak akan bertengkar dengannya.

Kalau mengetahuinya, hari ini dia seharusnya memberitahu dia tentang kehamilannya, dengan begini dia bisa menariknya pergi melakukan pemeriksaan kehamilan bersama, sehingga dia tidak akan terjadi hal seperti ini.

Tiba-tiba pintu terbuka, Suya berdiri dan membuka mulut, tetapi sebelum dia mengatakan sesuatu, Musi sudah bertanya: “Bagaimana?”

Dokter militer itu memijat alisnya, “Ini bukan racun, tetapi obat bius dalam dosis yang besar, obat ini akan menghambat sistem pernapasan tubuh, dan akhirnya akan mati karena berhenti bernafas.”

Mati? Pikiran Suya tidak berhenti menggemakan kata ini, Eren...... akan mati, tidak, tidak mungkin, mereka bahkan belum menjadi pasangan suami istri yang serius? Bagaimana bisa mati? Dia masih belum tahu bahwa dirinya akan menjadi seorang ayah, bagaimana dia bisa mati?

Kepalanya terasa pusing, Suya perlahan-lahan kehilangan kesadaran.

Ketika bangun, dia sudah berbaring di keluarga Su, dan tangannya secara alami menyentuh perut bagian bawahnya, perut yang mulai tampak membesar membuatnya terasa lega.

Dia melihat lampu mawar yang familier di atas kepalanya, dia menyangka dirinya sedang bermimpi.

Dia memutar kepala, dan terlihat ayah dan ibunya, semuanya membungkuk di tepi ranjangnya.

“Uhuk.......” Dia tak tertahan dan batuk.

Ayahnya bangun, dan kemudian Ibunya juga bangun.

“Suya, kamu sudah bangun.” Itu suara Ibu, lembut dan terdengar jelas merasa lega.

Dia mengangguk dan ingin tersenyum, tetapi ada air mata di wajahnya, dia menyeka, dan masih bersuhu hangat.

Ini bukan mimpi.

Jadi, jadi.......

“Laparkah? Aku pergi ke dapur dan menyuruh mereka membawakan semua makanan yang kamu suka sebelumnya, kamu makanlah apa yang ingin kamu makan.” Ibu Suya berkata dan akan berdiri, tetapi Suya menariknya.

“Ma, di mana Eren?” Dia sebenarnya berada di rumah sakit, kedua tempat itu berjarak beberapa jam dalam perjalanan, dia berada di rumah, kalau begitu bagaimana dengan Eren?

Novel Terkait

See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu