Cantik Terlihat Jelek - Bab 568 Raven, Kamu Ingin Membalas Dendam Padaku?

Raven terkekeh, "Aku akan kembali dalam seminggu, Aku takut jet lag, kalau ada perubahan aku akan memberitahumu dulu."

Hutu mengedipkan bulu matanya dan menatapnya. Tiba-tiba, Hutu menjulurkan tangan dan meraih pinggangnya, memeluknya.

Raven juga mengulurkan tangan dan balas memeluknya. "Ada apa?"

Hutu mengusap punggung berulang-ulang, menatapnya, dan berkata, "Paman Muda, Aku sebenarnya takut kamu tidak menginginkan aku lagi."

Beberapa kata pendek ini sudah cukup membuat mata Raven bersinar, Dia mengulurkan lengannya untuk memeluknya kembali, tetapi menyadari posisi mereka tidak aman, banyak orang lalu lalang.

Raven mendorong Hutu dengan lembut, membuka laci di samping stir, mengambil keluar banyak kunci. "Ini kunci rumah, Jumat depan pas pulang sekolah, kamu bisa langsung ke sana, Aku seharusnya sudah kembali dari luar negeri."

Wajah Hutu langsung memerah karena Raven menyebut kata kunci rumah, hatinya hangat.

Dorong pintu mobil, melambai ke Raven, "Paman Muda, sampai jumpa."

Raven mengangguk, Ketika Hutu menghilang, dia menekan Bluetooth untuk menghubungkan telepon seluler.

"Kakak kedua."

"Aku sudah bilang, kamu harus tinggalkan dia, kenapa kamu masih tidak mengerti juga?" Suara di ujung telepon yang lain terdengar sangat marah.

Raven melihat keluar jendela dan wajahnya berubah menjadi muram. "Dulu kalian yang minta aku mengurus dia, Sekarang kalian juga yang minta aku tinggalkan dia, Kakak kedua, kamu sepertinya lupa kalau aku bukan orang patuh."

Ujung ponsel yang lain hening sejenak, sepertinya tempat untuk menjawab telepon sudah berubah.

"Raven, kamu jujur saja pada kakak kedua, kamu ada maksud apa sama gadis itu?"

Setelah Sako menanyakan ini, Raven mengangkat kepalanya dan mendengus marah.

"Aku pikir kakak kedua menghapus namanya Hutu dari keluarga Ningga itu demi masa depan kami? Sepertinya aku salah menafsirkannya."

Suara Raven yang sangat tenang, membuat membuat tangan Sako bergetar tak terkendali dan menutup matanya menahan emosi.

"Kamu ingin membalas dendam padaku?"

Tangan Raven di setir, tiba-tiba menegang, matanya menjadi dingin dalam sekejap, "Kakak kedua terlalu berlebihan."

Sesudah itu, tanpa menunggu tanggapan Sako, Raven langsung menutup telepon.

Raven melepaskan perangkat Bluetooth di telinganya dan sebuah pesan masuk, Dia mengambil ponselnya dan melihat pesan singkat itu, Matanya yang dingin perlahan melembut, "Paman Muda, Aku akan menunggumu kembali, selamat jalan ya."

Bandara Internasional.

Kedua pria tampan itu berdiri di dekat tempat menunggu penjemputan bandara, menunggu kedatangan orang yang akan menjemput mereka.

"Raven, hal sepele seperti ini, apa perlu kamu ikut kesini juga?" Altius mendorong kopernya berulang-ulang di depan Raven, Altius terlihat sangat enggan.

Raven sedang melihat ponselnya, Mendengar kata-kata Altius, beberapa saat kemudian, Raven mendongak dan menatapnya,“Hal sepele? Aku sih bisa urus, tapi kamu? Kamu bisa menanganinya sendiri? "

Setelah itu, Raven mengulurkan tangan, menurunkan koper yang dia masukkan ke kereta dorong, merentangkan kakinya yang panjang, dan menuju ke dalam bandara.

Wajah Altius langsung berubah, Dia buru-buru menghentikannya dan menjelaskan, "Maksudku, ini memang hal sepele bagimu, tapi itu berbeda untukku."

Sesudah itu, Altius buru-buru meletakkan koper Raven kembali ke kereta dorong, "Kalau berdua pergi lebih bisa lebih cepat diatasi, ada teman juga, aku sih merasa cukup bagus juga ide ini."

Raven meliriknya dan mengetik pesan di ponselnya, "Kamu barusan membatalkan pesan singkat apa?"

Hutu menghela nafas lega, "Tidak ada apa-apa, Kamu jaga diri ya, aku tunggu kamu kembali."

Sebenarnya, Hutu hanya ingin memberi tahu Raven kalau dia mau mengambil pekerjaan paruh waktu, tetapi dia membatalkan pengiriman pesan singkat itu karena takut Raven akan khawatir.

"Yah, aku tahu."

"Selamat tinggal, Paman Muda, Aku mau pergi ke kelas." Setelah Hutu selesai mengirim pesan itu, dia menyimpan ponselnya. Di sini pagi hari, Raven disana seharusnya malam hari.

Melihat Weni yang sudah menunggunya di pintu gerbang, Hutu menjulurkan lidahnya, "Weni, maaf, kamu sudah lama menunggu."

Weni menggelengkan kepalanya dan melihat waktu. "Tidak apa-apa, belum terlambat, masih ada waktu."

"Hutu, kamu benar-benar ingin bekerja paruh waktu denganku?"

Meskipun Weni tidak tahu apa keluarga Hutu itu usaha di bidang apa, tapi terakhir kali menemani Hutu ke bank untuk menarik uang. Ketika mereka sampai di sana, Hutu langsung dibawa ke ruang VIP, Katanya Vema, kalau tabungan kamu tidak mencapai 10 digit di bank itu, kamu tidak bisa masuk ruang VIP.

Hutu mengangguk, meskipun Raven memberinya cukup uang untuk sisa hidupnya.

Tetapi Hutu tidak ingin menghabiskan uangnya lagi.

Sekarang Hutu sudah harus tahu diri, apalagi sudah putus hubungan keluarga dengan keluarga Ningga, dia tidak ingin menghabiskan uang Raven lagi, biar bisa merasa nyaman secara psikologis.

Sejak semester lalu, Weni telah bekerja sebagai guru les setiap hari Sabtu dan Minggu. Dari sore hingga malam, mengajar enam anak bisa mendapatkan 1.6 juta dalam dua hari, sesudah dipotong untuk orang agensi yang berjasa kenalin murid, masih ada sisa 1.2 juta.

Hal ini, ketika Hutu menemani Weni jalan-jalan saat tahun baru China, Weni baru memberitahukan tentang perkerjaan paruh waktunya, Hutu sebelumnya

malah pikir Weni selama dua hari sedang sibuk belajar!

"Menurut kamu, apakah mereka akan menerimaku? Nilaiku tidak sebagus nilai

kamu."

Prestasi Weni bisa dibilang selalu menempati posisi teratas dalam jurusannya.

Di dalam bus, Hutu terlihat sangat gelisah.

Weni menoleh dan tersenyum. "Jangan gugup, waktu aku pertama kali pergi ke sana, aku juga begitu, Akan ada pengaturan di sana, Mereka mungkin mengatur kamu mengajar murid sekolah menengah pertama, Tidak ada masalah kok."

Mendengar itu, Hutu bisa merasa sedikit tenang.

Ketika tiba di kantor agensi, mereka diterima oleh seorang wanita paruh baya, Hutu menjelaskan keadaan dirinya secara sederhana, Wanita paruh baya itu memandangnya dari atas ke bawah. "Anak laki-laki yang sudah SMA kelas 2, kamu bisa mengajar atau tidak? 600 ribu perjam."

Ketika Hutu mendengar 600 ribu perjam, dia merasa terkejut, Karen Weni pernah mengatakan harga pasar itu hanya 300 ribu perjam, tetapi ketika mendengar SMA kelas 2, alis Hutu berkerut erat, " SMA kelas 2, aku mungkin tidak mampu."

Dulu Hutu hanya belajar asal-asalan saja, dia tidak mau mengajar salah anak orang lain.

Wanita paruh baya itu melihat dokumen informasi yang dibawa Hutu, memikirkannya, dan berkata, "Sebenarnya, murid itu mempunya prestasi akademik yang sangat baik, tetapi orang tua murid sibuk dengan urusan bisnisnya, jarang bisa menemani anaknya, sekarang ini sedang mencari orang yang bisa menemani anaknya belajar saja. "

Ada yang kayak begitu juga? Hutu jelas sedikit terkejut.

Hutu menatap Weni, "Emang ada ya yang mengajukan permintaan begitu?"

Weni mengangguk, "Dunia ini begitu besar, tidak perlu merasa aneh. Namun, anak laki-laki SMA kelas 2, Bibi, bisa tolong ganti yang lain? Aku khawatir dengan harga yang begitu tinggi. Apakah akan …....."

Weni menunjuk Hutu dan berhenti berbicara.

Wanita paruh baya itu awalnya terkejut, kemudian dia baru sadar maksud Weni, dia menunjuk ke dahi Weni, "Kamu ini, pikirnya sampai kemana-mana, Jangan khawatir, mereka adalah keluarga baik-baik, Alasan mereka mau membayar dengan harga tinggi adalah …..... "

Novel Terkait

Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu