Cantik Terlihat Jelek - Bab 521 Percakapan Yang Mengejutkan

Setelah membaca pesan teks, alis Hutu mengerut dan dia merasa agak sakit kepala, tetapi daripada tidak disetujui, Hutu pun membalas, "Baik"

Hutu belum mengembalikan kunci yang kemarin Raven berikan kepadanya.

Setelah tiba tempat, Hutu menyadari Devan tidak di rumah.

Karena pernah tinggal di sana beberapa hari, Hutu tidak merasa asing, dia memasak air panas, kemudian mengepel lantai dan membuka jendela untuk mengalihkan udara segar masuk ke dalam, melihat Raven masih belum pulang, Hutu pun memutuskan mau pergi mandi.

Setelah hampir jam 11, Raven tetap belum pulang.

Hutu tidak berani menelpon kepada Raven, tetapi dia juga tidak berani masuk ke dalam kamar karena takut ketiduran, akhirnya dia hanya bisa menyandar di sofa sambil memeluk bantalnya, Hutu bermaksud mau menonton TV sambil menunggu Raven.

"Raven, aku di depan rumah kamu, mau mencari direktur Huang membahas sedikit masalah, kamu dimana?" Altius berkata sambil mengetuk pintu rumah Raven.

"Aku di jalan tol kembali ke daerah Ciput, ada sedikit urusan"

"Apa? Bagaimana kalau besok direktur huang sana sudah ada balasan? Kamu mau bergegas kembali ke sini lagi?"

"Kamu kan ngerti juga, kalau benaran tidak bisa kamu yang urus juga boleh"

"Tetapi dia tidak mengenal kita!"

"Sampai sini saja, aku mau mengemudi!"

Pada saat Raven tiba di rumah, dia melihat bayangan tubuh yang membungkuk di atas sofa, rambutnya yang hitam semuanya tertempel di wajah karena posisi tidurnya yang kurang elegan, melihat dengan sekedar penampilan ini membuat orang merasa agak menakutkan.

Sudut mulut Raven terangkat secara tidak sadar, dia menghampiri Hutu dan mengulurkan tangannya untuk memanggil dia.

Siapa tahu Hutu tiba-tiba membuka matanya.

"paman muda, kamu sudah pulang ya" Hutu langsung duduk dengan tegak dan merapikan rambutnya.

Raven meletakkan tasnya di sofa yang berada di samping, melihat Hutu masih duduk di atas sofa setelah dia mencuci tangan, Raven pun melambaikan tangannya.

"Kamu pergi tidur dulu, besok pagi baru bahas saja"

Hutu sibuk menggelengkan kepalanya dan berdiri, "paman muda, kamu bicara dulu saja, kalau tidak aku tidak bisa tidur" Jarang-jarang Hutu ketiduran tadi.

Raven duduk di depan Hutu , "Kenapa bisa mengumpul kertas jawaban kosong?"

Hutu melirik ke Raven, dia membungkukkan badannya dan kedua tangannya terus bergerak di atas sikunya.

"Baru-baru ini aku terus mimpi buruk, tidak bisa tidur dengan baik"

Nada suara Hutu sangat ringan, tetapi tersembunyi sedikit ksedihan.

Setelah melirik Hutu beberapa saat, Raven baru berkata, "Semua orang memiliki masa dimana emosional mereka tidak stabil, cara pengurusan orang tua kamu di bawah kondisi seperti ini memang agak tidak sesuai, tetapi hal ini tidak berarti mereka tidak mau kamu lagi"

Raven jarang-jarang berkata begitu banyak, Hutu memberikan sebuah senyuman yang agak memaksa sambil menyipitkan matanya.

"Tetapi paman muda, bukannya kamu juga tidak mau aku? Apakah kalian semua tidak menyukai aku karena aku tidak pintar, nilaiku tidak baik, aku... tidak memiliki kelebihan apa pun"

Di dunia ini, orang yang pintar dan luar biasa sangat banyak, tetapi orang biasa yang sederhana semakin banyak, yang agak menyedihkan adalah Hutu terlahir di keluarga Ningga.

Setelah Hutu berkata, suasana di dalam ruang tamu pun menjadi hening, setelah beberapa saat Raven baru berkata:

"Apakah kamu pernah berpikir? Bisa jadi mereka iri dengan kamu yang tidak memiliki kelebihan apa pun"

Iri dengan dia? Hutu mengerutkan alisnya dan tertawa, "paman muda, kamu benar-benar sangat suka bercanda, aku memiliki apa yang bisa membuat mereka iri?"

Hutu terus memainkan jarinya.

Raven berdiri dan pergi ke dapur untuk mengambil dua botol air, satu untuk Hutu , satu lagi untuk diinya.

"Karena kamu tidak perlu membuktikan apa pun kepada orang lain, kamu juga tidak perlu peduli dengan tatapan orang lain, kamu tinggal belajar kalau kamu ingin, kalau tidak ingin ya tidak perlu belajar, kamu bisa menyerah, nilai kamu boleh tidak baik dan kamu boleh tidak berprestasi, karena kamu menganggap dirimu hanya orang sederhana yang biasa, kamu memiliki hak memilih secara bebas yang kami tidak punya"

Nada suara Raven terdengar agak cemas, tetapi juga sangat pasti, kami?

Hutu menyipitkan matanya dan bertanya dengan wajah tidak percaya, "Apakah paman muda juga merasa menjadi aku lumayan bagus?"

Raven duduk kembali di seberang Hutu , kemudian dia minum air lagi tanpa menjawab Hutu .

"Waktu aku pertama kali pergi ke rumah Ningga, waktu itu usia kamu.... 13 tahun, para anak-anak yang berusia sekitar kamu sedang duduk di taman saling berbanding nilai dan rangking, hanya kamu yang sedang bermain petak umpet dan tanah dengan anaknya Bibi Imah .

Bibi Imah ? Dia adalah tante yang bertanggung jawan membersihkan rumah tuan Ningga, karena rumah mereka berada di luar kota, setiap liburan anak Bibi Imah akan mengikuti ibunya ke rumah Ningga. Karena Bibi Imah sudah bekerja lama di sini dan dia juga memiliki sifat yang sangat jujur, tuan Ningga memperbolehkan dia membawa anaknya ke tempat kerja.

Gadis itu memiliki usia yang sama dengan Hutu , personalitas mereka juga sesuai, jadi Hutu akan bermain dengannya setiap datang ke rumah kakek.

Sebenarnya alasan yang paling utama adalah Hutu merasa dirinya tidak sesuai dengan saudara-saudaranya, mereka selalu memiliki prestasi yang bisa saling membanding, sedangkan Hutu tidak ada.

Hutu adalah anggota keluarga Ningga, tetapi dia malah menjalani kehidupan orang biasa.

Karena berpikir untuk keamanan mereka, keluarga Ningga tidak pernah sembarang mengumumkan identitas anak-anak mereka terhadap publik, semuanya termasuk sekolah dan biodata mereka dilakukan perubahan.

Meskipun begitu, semua anggota keluarga Ningga bisa membuat dirinya mendapat perhatian publik melewati prestasi yang mereka raih dengan usaha sendiri.

Contohnya Raven, tidak ada yang mengetahui bahwa dia adalah anggota keluarga Ningga, tetapi prestasinya yang luar biasa membuat dirinya sangat terkenal.

Kecuali Hutu , dari sd sampai sma, dia melewati jalan yang biasa tanpa prestasi.

"Aku.... aku tidak sesuai dengan mereka, tidak memiliki topik yang bisa dibicarakan, makanya aku bermain bersama anak Bibi Imah " Hutu menjelaskan dengan sedih.

Raven mengangguk, "Tetapi apakah kamu tahu sikap sembarang kamu adalah hal yang anak-anak itu tidak akan bisa meraih di kehidupan ini, kelahiran mereka sendiri saja membuat diri mereka terasa setingkat lebih tinggi dari orang lain, jadi mereka akan mengontrol diri untuk tidak bermain mainan yang akan dimainkan oleh anak sederhana, mereka juga tidak akan melakukan hal yang dilakukan orang biasa, mental mereka akan terus berada di kondisi tegang, meskipun mereka untuk melepaskan dirinya dan berinteraksi dengan hal-hal biasa, pasti akan ada orang yang melarangnya, sementara kamu tidak begitu"

Mata Hutu terus membesar, dia tidak pernah tahu ternyata kalau mau berkata dengan jelas dan dalam, orang sederhana bukanlah orang yang tidak memiliki kelebihan apa pun.

Yang paling penting adalah Hutu tidak pernah menyangka paman mudanya yang selalu tinggi hati dan susah didekati bisa memperhatikan Hutu pada saat pertama kali mereka bertemu.

Ingatan pun menjadi jelas secara perlahan di sudut tertentu.

Novel Terkait

Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu