Cantik Terlihat Jelek - Bab 583 Raven Kencan Buta

Mereka berdua tidak saling mengatakan tapi bisa merasakan, suasana ini tidak benar!

Tangan Hutu di kedua sisi mengepal erat, diam-diam memegang erat, saat dia mengira, ataupun mungkin, saat akan terjadi sesuatu, Raven mendorongnya.

Hutu pelan-pelan menarik nafas, tatapannya berputar, dia jelas melihat ketulusan asing di mata Raven, menggigit pelan bibirnya, "Paman Muda, sebenarnya, aku bisa."

Dia bahkan sudah menikah, ada beberapa hal, dia tidak merasa tidak cocok.

Raven meletakkannya dengan pelan di atas lantai, lalu bangun, "Aku pergi mandi dulu."

Baru saja melangkahkan kakinya, sisi bajunya digenggam sangat erat oleh jari putih, Hutu mengangkat kepala melihat Raven, "Paman Muda, aku benar-benar sudah siap, sungguh."

Dia tidak ingin Raven ada beban, jelas-jelas dalam hati sangat gugup, bahkan sedikit takut, tapi dia tetap menunjukkan sikap yakin.

Raven melihatnya, membungkuk dan mencium keningnya, tangannya mencubit wajahnya, menarik nafas pelan, bibirnya tersenyum.

"Sejauh ini beban mentalmu terlalu berat, tentang ini, kamu tidak perlu terburu-buru."

Setelah mengatakannya, memutar badannya pergi dari sana, berjalan ke luar pintu.

Hutu ikut berjalan kesana, berdiri di depan toilet, dia melihat Raven, wajahnya memerah, "Paman Muda, kalau begitu kamu tunggu aku beberapa tahun lagi ya? Tunggu aku dan kamu menghadapi segala keluarga Ningga."

Tangan Raven yang mengambil handuk yang kaku di tengah udara, memutarkan kepalanya, melihat Hutu, nadanya tenang sekali,

"Ikuti hati sendiri, jangan dipaksa, aku pernah mengatakan, kalau kamu peduli mereka menyetujui hubungan kita atau tidak, maka aku akan menunggu bersamamu, kalau kamu tidak peduli, maka tidak perlu terlalu peduli, aku tidak peduli, juga tidak memaksa restu mereka."

Mengatakan sampai sini, awalnya Hutu harusnya senang, tapi, hatinya berat sekali.

Dia mengerti, meskipun orang keluarga Ningga memperlakukanya seperti itu, dia juga boleh tidak mempedulikan cara pandang dan pemikiran mereka.

Apalagi, dia juga merasa, mereka juga tidak akan peduli bagaimana Hutu memikirkannya......

Tapi, Raven adalah anak keluarga Ningga, poin ini, tidak akan bisa berubah, dan mengenai, hatinya tidak lagi mau mempedulikan mereka, tapi berdiri di posisi sebagai istrinya, dia tidak bisa tidak mempedulikan pandangan orang keluarga Ningga.

Jalan yang tersisa masih panjang sekali, dia tidak ingin Raven terjepit di antara dia dan keluarganya, kiri kanan serba salah.

Setelah dua tahun.

Tahun keempat, Hutu 22 tahun, Raven 27 tahun.

Mereka tidak putus, juga tidak membenci satu sama lain, malah setelah bersama beberapa tahun ini, membuat kontak batin mereka sudah meningkat, satu tatapan, satu kata, bisa mengerti satu sama lain.

Hutu secara resmi menjadi bunga di fakultas komputer.

Orang yang mengejarnya tak terhingga, tapi tidak pernah seseorang pun mendapatkan senyuman.

Bunga fakultas yang dingin, terkenal karena begitu.

Dan juga kemampuannya bagus sekali, semester genap tahun ketiga sudah tidak sedikit perusahaan aplikasi, menunjukkan sikap ingin bekerja sama.

Raven, tetap bekerja di tempat semula, sudah menjadi karyawan pusat kantor, kakek Ningga menginvestasikan 20 triliun, membeli saham perusahaan mereka, grup Ningga menjadi pemegang saham terbesar di perusahaan Raven.

Tidak sedikit orang yang tau tentang masalah ini mengerti, kakek Ningga sedang membuka jalan untuk masa depan Raven.

Juga karena ini, status Raven tidak sama seperti dulu, tidak sedikit orang yang diluar sana, terlebih beramai-ramai ingin menikahkan anak perempuannya dengannya.

Masalah ini, Ravem tidak pernah memberitahu Hutu, setitikpun tidak pernah diungkit.

Tapi Hutu sudah berubah sangat banyak, designer ui sendiri sekeluarga dengan aplikasi komputer.

Kerja paruh waktu beberapa tahun ini, membuat Raven tidak sedikit mengenal orang di perusahaan Raven.

Terhadap masalah ini, hatinya sedikit banyak juga sudah mengerti.

Dua tahun ini, kakek tidak mencari masalah dengannya, sekalipun tidak pernah, meskipun dia tidak pintar, tapi dia sangat mengerti, Raven harusnya melakukan tidak sedikit hal didalam ini.

Dibandingkan dengan 2 tahun lalu, Hutu sudah dewasa lebih banyak, lebih merasa dirinya memang sudah membebankan Raven.

"Paman keci, aku dengar, kakek mengaturkan siang nanti, kamu berkencan buta dengan nona muda Keluarga Jin, benarkan?"

Hutu sambil membersihkan mangkuk dan sumpit, sambil melihat Raven yang sedang menggantikannya memperbaiki komputer, bertanya dengan santai.

Raven tidak menjawabnya, saat memasukkan huruf terakhir, dia meletakkan komputer.

Berdiri, berjalan kemari, mengambil mangkuk di tangan Hutu, "Untuk apa mengatakan ini? Kamu bukannya tidak tau sikapku."

Maksudnya, dia mau melakukan bagaimana ya bagaimana saja, dia tidak bisa mengurusi begitu banyal.

Sambil mengatakannya, dan juga memiringkan badan, dengan pelan membelai wajah Hutu, "Sembarangan berpikir lagi? Kemarin bagaimana berjanji padaku?"

Hutu tersenyum, sebenarnya masalah seperti ini, sudah bukan pertama kalinya, dua tahun ini, meskipun kakek tidak mencari masalahnya, tapi, tidak pernah berhenti mengaturkan perjodohan untuk Raven.

Jelas tau mereka berdua terus tinggal bersama, kakek bisa-bisanya menyuruh wanita datang kemari.

Dia mengerti, maksud kakek, tidak akan mengakui statusnya.

Keluarga Ningga tidak mengakui, dia pun tidak akan terang-terangan selamanya.

Untuk Raven, untuk orang lain, dia hanya orang yang tidak akan melihat lampu.

Sedangkan kakek Ningga lebih sulit ditebak, dia tidak akan ribut, terlebih tidak akan mengumumkan hubungan dia dengan Raven.

Karena, Hutu mencintai Raven, beberapa tahun ini adalah bukti terbaik.

Jadi, cinta menjadi panah bermata dua.

Dia mau bersama, maka harus mengambil pisau menusuk dirinya dengan kejam.

Dan juga harus memberitahu Raven, dirinya tidak ingin mempublikasikan hubungan mereka.

Jadi, dua tahun ini bersama Raven, jangankan orang luar, hanya beberapa teman asrama saja, dia juga tidak berani mengatakan sedikitpun.

Bukannya tidak mau, hanya saja, dia sangat mengerti, sangat tau batasan, kakek baru bertambah sabar terhadapnya.

Kalau tidak, dia mengerti sekali, tidak peduli bagaimana Raven melindunginya, dia takut hari-harinya tidak akan begitu mudah.

"Paman Muda, kalau tidak, kamu pergi saja!"

Hutu merebut kembali mangkuk dari tangan Raven, meletakkannya di dalam wastafel cuci piring, suara keramik yang bertabrakan sangat memekik telinga, perkataannya, malah sangat menusuk hati.

Raven melihatnya, lama sekali tidak berbicara.

Selanjutnya membuang kain lap di tangannya, memutar badannya pergi ke ruang kerja, tidak lama, terdengar suara barang dilempar dari ruangan kerja.

Badan Hutu membeku, bersama Raven begitu lama, dia tidak pernah emosi.

Dia memutari badannya, melihat ke jendela, air matanya mengalir deras.

Hatinya mengerti, perkataan seperti ini, melukai hatinya, bagaimana mungkin tidak melukai Raven.

Tapi, bisa bagaimana lagi?

Novel Terkait

Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu