Cantik Terlihat Jelek - Bab 581 Menikah

Dia di asrama melamun sampai malam, dia mengirimkan pesan kepada Raven, bilang kalau malam ini dia ada urusan di sekolah, tidak bisa pulang.

Dia ingin berpikir sebentar, harus bagaimana agar tidak mencelakai Raven.

Sebenarnya, dia bisa melakukan apa selain menghindar?

Merapikan asramanya dengan sederhana, dia tidak makan malam, berbaring di tempat tidurnya, otaknya dipenuhi dengan perkataan kakek Ningga, ini adalah pertama kalinya dia sadar, sepertinya otaknya polos sekali, memikirkan masalah terlalu sederhana.

Dan juga mengenai menyebabkan Raven sampai tahap ini.

Dalam keburaman, dia langsung tertidur, pada saat sudah bangun, dia sudah di rumah Raven.

Melihat dekorasi familiar di sekitarnya, dia dengan cepat menegakkan badannya, lalu mendengar suara orang teleponan diluar.

Mendengar seksama, itu adalah suara Raven.

Berjalan keluar dengan kaki ayam, Raven mendengar suara pintu terbuka, berputar melihatnya, berkata sepatah kata, lalu menutup teleponnya.

Hutu berdiri didepan pintu, melihat Raven menutup panggilannya, lalu berjalan kesana.

Hutu masih belum berbicara, Raven membelai rambutnya, sedikit tak bernafas menarik nafas, "Kalau memang memutuskan untuk bersama, bertemu masalah apapun, maka harus dihadapi bersama."

Hutu mengangkat kepalanya, melihat Raven, "Paman Muda, kamu tau kakek......"

Raven menunjuk belakangnya, memotong perkataannya, "Pergi mandi dulu, nanti keluar sarapan baru dibicarakan."

Setelah satu jam.

"Paman Muda, apakah hidupku sedikit terlalu polos? Masalah yang kalian pikirkan, yang kalian lakukan, aku hampir tidak pernah terpikir selamanya.

Dia memeluk kedua lututnya, duduk di atas sofa, sangat sedih.

"Aku membuat hidupku berantakan, juga mengganggu hidupmu."

Raven duduk di hadapannya, sedikit mendekat, matanya melihat Hutu , "Kenapa, sekarang ingin pergi melarikan diri? Sudah terlambat......"

Suaranya, tidak tinggi juga tidak rendah, sangat memikat, membuat hati Hutu yang berantakan menjadi lebih baik.

"Paan kecil, aku tidak ingin berpisah denganmu, tapi mereka semua bilang kalau aku akan mencelakaimu."

Suara Hutu , sudah terdengar suara hidung.

Mendengar dia berkata seperti itu, Raven menaikkan alisnya, dia tidak pandai menghibur, apakagi, dimatanya, Hutu yang saat ini masih anak-anak, dia lebih tidak bisa mencari cara untuk menghiburnya.

"Mereka mengatakan apa?"

Hutu ragu sebentar, lalu berkata, "Kakek bilang, kamu mempermainkanku satu dua tahun, nantinya akan bosan, saat itu, tanpa mereka memaksa, kamu juga akan putus denganku."

Begitu kata-katanya terlontarkan, Hutu dengan hati-hati mengangkat kepalanya, melihat Raven, matanya tanpa sadar sudah banyak air mata.

"Apa kamu akan begitu?" Suaranya lembut.

"Ah?"

"Apakah kamu akan bosan? Satu tahun, dua tahun?"

Raven mengambil air di atas meja, memberikannya kepada Hutu .

Hutu menerimanya, menggigit bibirnya, kepalanya menggeleng bagaikan ombak, "Tentunya aku tidak akan, Paman Muda, mungkin dimata kalian aku masih anak kecil, sebenarnya aku bukan, sungguh, aku menyukaimu, setahun, dua tahun, 10 tahun, aku juga tidak akan bosan, hanya saja......"

Hutu ingin mengatakan, hanya saja tidak tau, kamu akan berubah tidak?

Tapi dipikir-pikir, merasa kalau mengatakan seperti itu akan membuat Raven sedih.

Tapi hatinya mengerti, perkataan kakek itu, baginya ada seberapa besar pengaruh, dia memang tidak begitu percaya diri terhadap dirinya, dunia luar begitu besar, dia sungguh jenis orang sederhana sekali sampai tidak bisa lebih sederhana lagi.

Tapi, Raven malah berprestasi sekali, tampan, pintar, kemampuannya tidak bisa dipungkiri.

Dibandingkan, dia benar-benar tidak ada kelebihan.

Sebelumnya, tidak tau juga tidak takut, hanya merasa meskipun berbeda sekali, asalkan Raven suka saja.

Sekarang dia juga sedikit salut dengan kebodohannya.

"Pergi ganti baju."

Raven berdiri, kedua tangannya di dalam saku, melihat Hutu .

"Pergi kemana?"

"Pergi ke Biro urusan sipil, lalu pergi ke tempat kerja kamu." Suaranya biasa tidak terkejut, sambil berkata sambil melepaskan kancing bajunya.

Hutu malah tercengang karena kata "biro urusan sipil" ini.

Pergi ke biro urusan sipil, kalau bukan untuk bercerai, maka untuk menikah.

Bercerai, mereka tidak mungkin, jadi.......

Dia langsung berdiri, karena berdiri terlalu cepat, penglihatannya menghitam, hampir saja tidak pingsan.

Raven menangkapnya, bibirnya tersenyum, "Apa yang kamu senangkan?"

"Paman.....Paman Muda, kamu mau meni, menikah denganku?"

"Kalau kertas itu bisa membuatmu lebih percaya diri terhadapku, aku tidak benci untuk melakukannya."

Kedua tangan Hutu menutupi wajahnya, ingin menangis juga tertawa.

Dia tidak bertanya Raven, kenapa apa yang dia pikirkan, Raven tau semuanya?

Hanya tau, hatinya saat ini, bunga-bunga bermekaran.

"Paman Muda......" Dia masuk ke dalam pelukan Raven, mengulurukan kedua lengannya, memeluknya dengan kuat.

Sesampainya di biro urusan sipil, melihat Raven mengeluarkan dua buku kependudukan itu, Hutu baru tau, tidak tau kapa Raven memindahkan villa di kota A itu menjadi atas namanya, kependudukannya, sudah berpindah di villa ini.

Jadi, saat ini, secara hukum dia tidak ada hubungan dengan Raven.

"Kalau kamu tidak bisa yakin, boleh tunggu lagi, aku terserah kamu......"

Sebelum menandatangani, Raven menariknya kesamping, menanyainya dengan serius.

Hutu menghempaskan tangannya, langsung berlari ke jendela, menandatangani namanya sendiri, dia tidak ingin menunggu, tidak peduli seperti ini, kakek Ningga tau nanti, akan bagaimana melawannya, saat ini, dia ingin menjadi suami istri dengan Raven.

Meskipun sehari, dua hari, juga sudah cukup.

"Paman Muda, ini!"

Dia memberikan pulpen di tangannya kepada Raven, matanya sangat berharap.

Raven tersenyum, melihatnya lama sekali, menerima pulpen, menandatangani nama Raven.

Keluar dari biro urusan sipil, Hutu melihat dua buku merah itu, dia terdiam lama sekali.

Perputaran masalah ini membuatnya sangat terkejut.

Dia, sudah menikah dengan Raven.

Mulai hari ini, dia adalah, nyonya Ningga.

Memutarkan kepalanya, melihat Raven yang sedang menyetir, dari tadi sampai sekarang, dia hanya tenang saja, tidak tampak begitu banyak pasang surut sedih ataupun senang.

Tapi Hutu tau, Raven adalah orang yang lebih banyak melakukan daripada berbicara.

"Paman Muda, kalau nantinya, kamu menyesal, tidak menginginkanku lagi, kamu beritahu aku, aku pasti akan melepaskanmu dengan mudah."

Bisa menjadi nyonya Ningga, sehari, satu jam, dia juga sudah bersyukur.

"Ciittttt....." Rem mendadak, ban mobil bergesekan dengan tanah, membuat suara bergesekan yang memekik.

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu