Cantik Terlihat Jelek - Bab 142 Tidak Cocok Untuk Anak-Anak

“Makan sesuatu dulu untuk menambah stamina. ”

Tifa baru saja meminum seteguk susu, mendengar kata-kata Devan, dia tersedak dan batuk mengeluarkan suara “uhuk....uhuk”.

Dia memutarkan kepala, mengerutkan alisnya, “Kakak, apakah kamu tidak tahu, ada beberapa hal yang tidak cocok untuk didengar anak-anak?”

Clover mengangkat tangannya, mencubit di bagian pinggang Devan, dan wajahnya menjadi lebih merah lagi.

Devan mengangkat alisnya, di wajahnya tidak merasa ada yang salah, dan dia memelototi Tifa, “Kamu? Ketika kamu bersama Dylan, Kenapa kamu tidak merasa malu?”

Satu kata membuat Tifa tiba-tiba tidak dapat berkata, menundukkan kepala dan makan.

“Suamiku, apakah kamu menemukan, wajah putra kita penuh dengan kebahagiaan.” Helena menggoyangkan lengan suaminya bertanya.

Ayah Devan mengangguk, pandangan tidak melihat fokus ke depan, dan tidak menjawab Helena.

Setelah terjadi banyak hal kemudian, Clover barulah menyadari, meskipun Devan tidak terlalu memberi wajah pada adik ini, tetapi dalam hatinya sangat memanjakannya, dan juga Tifa, meskipun Devan selalu bersikap biasa padanya, tetapi tetap tidak mempengaruhi perasaannya terhadap Devan.

“Jika kepala tidak lurus, kaki akan ikut berjalan miring.” Felice melihat keduanya, berkata dengan dingin, berdiri dan keluar.

“Adikku, Tuan Yu itu orangnya lumayan baik, kalau ada kesempatan kamu boleh mempertimbangkan?”

Langkah yang menuju keluar tiba-tiab berhenti, kemudian mempercepat menuju keluar rumah.

“Mama, ayo kita pulang ke rumah.” Momo dengan marah berlari keluar dari kamar, tangannya membawa tas pink kecilnya.

Clover tidak mengerti, berdiri lalu sepertinya terpikir sesuatu, wajahnya bingung, “Kenapa?”

“Aku sudah melihatnya, kamu bahkan tidak dapat berjalan, kalau kita terus tinggal disini, aku merasa kita akan kehilangan nyawa.” Selesai berkata, maju berdiri di depan Clover, menatap fokus pada Devan.

Clover merasa malu, tiba-tiba juga tidak tahu bagaimana menjelaskannya dengan Momo, wajahnya berubah menjadi udang rebus, mengangkat kepala melihat ke Devan dan memelototinya.

“ Momo, kakak membawamu untuk bermain di luar, oke?” Simon sudah agak besar, beberapa hal, sedikit atau banyak dia bisa mengerti, dia meletakkan tablet di tangannya, maju berjongkok di depan Momo.

Momo melihatnya, sedikit tersentuh, tetapi dia berpikir dan menggelengkan kepalanya, dia tidak boleh pergi, bagaimana kalau ibu dibully lagi pada saat dia pergi?

“Kita pergi bermain sebentar, setelah kembali kaki ibu akan pulih.”

“Benarkah?”

“Benar, Momo, kamu mendengarkan kata-kata kakakmu, ibu sedang bermain permainan dengan Ayah, jadi..... Setelah kamu bermain beberapa saat dan kembali, permainan kami selesai, aku akan pulih.” Clover segera menambahkan.

Setelah Momo dibawa keluar oleh Simon, Tifa yang di sebelah memandang rendah pada Devan. “Hei, kakak, kamu sudah haus selama berapa tahun, kamu setidaknya juga harus lebih sayangi kakak ipar, kamu lihat......”

“Tifa, jangan salahkan kakakmu.” Clover dengan malu menghentikan perkataan Tifa, mendengar panggilan kakak ipar darinya membuat wajahnya semakin memerah.

“Jangan salahkan kakakku? Jadi apakah karena kamu kehausan? Jadi......” Tifa berkata sampai sini, mulutnya tiba-tiba disumbat setengah biji telur oleh Devan, jadi hanya dapat teriak “ah...ahh...ah....”

Helena duduk di sofa, menonton interaksi beberapa orang, tertawa dan mencondongkan tubuh ke depan, Ayah Devan sudah memasuki ruang belajar. Clover menikmati sarapan dan malu sampai kepalanya sudah hampir masuk ke dalam mangkuk. Namun, ada kehangatan dalam hatinya, suasana hangat seperti ini bukannya yang selalu dia dambakan?

Momo kembali dua jam kemudian, ketika masuk rumah melihat Devan merangkul pinggang Clover duduk di sofa, jarang-jarang dia tidak memberi respon, hanya memutarkan kepala melihat Simon dan tersenyum padanya, kemudian melihat Simon mengelus kepalanya.

Kemudian dia baru tahu, ternyata Simon menggunakan sudut pandang anak-anak, memberitahu Momo bahwa hidup Devan tidak mudah beberapa tahun ini.

Tetapi, dia masih juga belum mau memanggil Devan papa.

Pada malam hari.

“Kamu benar-benar tidak ingin kembali kota bersamaku?” Devan berdiri bersandar di kusen pintu toilet dengan kedua lengan memeluk dadanya.

Clover sedang mengoles produk perawatan dan mengangguk, “Ya, tunggu lagi beberapa hari.”

Dalam beberapa hari ini, dia akan menandatangani kontrak dengan perusahaan film dan televisi. Kalau sukses menandatanganinya, CX akan memiliki posisi baru dalam bidang ini, jadi dia tidak ingin pergi.

Devan agak kecewa, tetapi dia tahu bahwa Clover sangat menyukai pekerjaannya. Dia menghormatinya, meskipun keluarga Ningga tidak perlu membiarkannya bekerja begitu keras.

“Aku akan membuatnya mendapatkan hukuman yang pantas.” Dia tiba-tiba berkata.

Tangan Clover tiba-tiba berhenti, mengangkat tangannya melepaskan bando di kepalanya, sisir bahan kayu di rambutnya, menyisir beberapa kali, membalikkan badan dan melihat Devan, “Aku ingin melakukannya sendiri.”

Dia ingin melakukannya sendiri, ini adalah Gabriel yang berhutang padanya.

Kehidupan dia hampir saja hancur karena dia, kalau membalas dendam dengan menggunakan tangan orang lain, perasaan dendam yang terpendam di dalam hatinya tidak akan berkurang.

Dia begitu peduli dengan Devan, maka dia juga akan membiarkannya merasakan rasa kehilangan.

Devan menundukkan kepalanya dan menatap Clover, “Dia terlalu licik, aku takut kamu akan dapat masalah, atau.....”

Jari Clover menyentuh bibirnya yang tipis, menggelengkan kepalanya, tersenyum, dan ada nekad kuat di matanya. “Tidak peduli seberapa licik, kamu tetap ada di belakangku, apa yang harus aku takutkan?” Dia berpikir dan berhenti sejenak, kemudian berkata: "Setelah kamu kembali, kamu berpura-pura tidak terjadi apapun, oke? Sisanya, biarkan aku yang melakukannya.”

Luka yang dia berikan padanya, bukan hanya dengan membunuhnya bisa membuat dia terasa lega.

Dalam empat tahun ini, rasa sakit kehilangan orang yang dia cintai, bagaimanapun dia harus membiarkannya merasakan ini, dan dia harus mencari tahu tentang hubungan antara ayah Gabriel dan ibunya.

“Tetapi.....” Devan tetap khawatir, meskipun Clover mengetahui, dalam dua tahun ini sangat jelas memiliki perubahan, tetapi orang kalau berbaik hati, akan menjadi kelemahan terbesar seseorang.

“Bagaimana? Dia menyebabkanku mendapat begitu banyak penderitaan, kamu seharusnya biarkan diriku yang balas dendam, agar aku dapat mengurangi kebencian dalam hatiku? Lagipula, kamu harus menurut denganku, ok?” Nada suaranya sedikit manja, membuat Devan sama sekali tidak dapat menolak, dia berpikir lalu maju kedepan, memeluk pinggang Clover dari belakang, “Boleh saja kalau kamu ingin aku menurut denganmu, apa ada imbalannya?”

Tubuh Clover menjadi tegang, “Devan, apakah kamu sudah berusia 30 di tahun ini?”

Devan tidak mengerti maksud dari pertanyaannya ini, dia menjawab dengan serius, “31.”

“Ohh, kalau begitu benar, apakah kamu pernah membaca buku, seseorang mengatakan, biasanya pria setelah usia tiga puluh tahun, harus lebih mengontrol dirinya di bidang tertentu.”

Seseorang pria awalnya tertegun, dan kemudian bereaksi, “Pria yang kamu katakan adalah pria biasa, mana ada hubungannya denganku?” Kata-kata belum selesai dikatakan, jari-jari ramping telah menyelinap ke dalam pakaian.

Novel Terkait

CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu