Cantik Terlihat Jelek - Bab 562 Fakta Dibalik Kematian Sang Bayi

Tangan paman muda yang mengambil bantal terlihat membeku, ia dan Ibu Ningga saling bertatapan dengan alis berkerut cemas.

“Ibu, apa yang sebenarny ingin kau katakan?”

Hutu menundukkan kepala, berusaha menutupi rasa gugup didalam hatinya.

Indra keenamnya berkata padanya, sudah waktunya ia mengetahui semua hal ini.

Ternyata……

“Gadis, kamu bukanlah anak kandung ayah ibumu, kamu tahu?”

Gelas ditangan Ibu Ningga seketika terjatuh keatas lantai, mengeluarkan suara yang menusuk telinga, “Bu, apa yang kamu bicarakan?”

Berkata sambil berjalan maju menarik Hutu , “ Tutu , kamu pergi membantu tante memasak sana, apa masih ada yang perlu dibantu.”

Ibu Ningga sambil bicara sambil mendorongnya keluar dari pintu kamar.

Hutu malah bersandar pada tembok sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, “Bu, sebenarnya, aku sudah mengetahuinya ssemua.”

Mari tidak membicarakan tentang hal ini terlebih dahulu, nenek terlihat sangat jelas sangat bersikeras, hubungan antara dia dan Raven, masalah ini pun cepat lambat pasti harus terungkap. Karena itu, Hutu berpikir-pikir dan memutuskan untuk membuka mulut.

Wajah Ibu Ningga seketika putih pucat, melihat Hutu dengan tatapan tidak percaya, “Kamu…… apa yang kamu bicarakan? Ka… Kamu mengetahuinya?”

Hutu khawatir dengan kesehatan tubuh sang ibu, memapahnya berjalan kearah kursi yang berada disamping, memberikan segelas air hangat untuknya, kemudian baru membuka mulut, “Aku secara tidak sengaja mendengar pembicaraanmu dan ayah.”

Suaranya tidak menunjukkan sedikitpun emosi berlebihan, kebalikannya malah sangat tenang.

Bahkan, menghela nafas lega, untung saja, dia bukanlah keluarga Ningga.

paman muda melihat dia, “ Tutu , nenekmu tadi hanya sedikit kebingungan saja, anak ini jangan berpikir sembarangan.”

Sambil berkata sambil membungkuk mendekat kearah nenek, “Bu, cepat jelaskan kepadanya!”

Nenek tidak berbicara apa-apa, hanya melihat kearah Hutu , “Kamu lihat sifatnya, mirip tidak dengan kakak perempuanmu? Terlihat pintar dan manis, tetapi dapat melakukan hal yang tidak terkirakan.”

Hutu terpikirkan tentang hubungan antara ibu kandung dan ayahnya, juga kejadian bunuh diri, ia benar-benar kebingung.

Sesaat dirinya tidak tahu bagaimana menanggapinya?

“Bu!” Ibu Ningga seketika berdiri dan dengan suara keras memanggil nenek, agak sedikit panik.

Nenek tetapi bahkan tidak melihat ibu, juga tidak menjawabnya, tetap melanjutkan kata-katanya:

“Nak, kamu mau tidak mengetahuinya, tentang hal ibumu? Ibu yang melahirkanmu…… dan juga ayahmu, apakah kamu ingin tahu apa pekerjaan ayahmu, orang seperti apa dia?”

Jika sebelumnya Hutu sangat tenang, maka saat ini, ia sudah tidak dapat tenang laagi.

Ia membalikkan kepalanya, melihat nenek, nafasnya terlihat sedikit tergesa-gesa, “Iya, apa pekerjaannya?”

“ Tutu !” Ibu Ningga benar-benar meledakkan emosinya, berdiri dan menampar Hutu dengan keras.

“Apa yang kamu bingungkan, aayahmu adalah Sako, apa yang mau kamu ketahui? Hah?”

Hutu menundukkan kepalanya, tidak berkata-kata.

“Shang, masuklah, bawa adikmu keluar.” Ibu melotot kepadanya, membalikkan kepala, berteriak keluar kamar.

Shang mungkin telah berdiri didepan pintu sejak tadi, karena suara ibunya baru saja keluar, ia langsung mendorong pintu dan masuk.

“Kenapa masih melamun saja, bawa dia keluar.”

Melihat Shang yang membeku menatap Hutu , Ibu Ningga menarik-narik lengannya.

Kedua tangan Shang keluar dari dalam kantongnya, tetapi sama sekali tidak menarik Hutu , malah menopang kedua bahu sang ibu, “Bu, Tutu sudah cukup dewasa, ia mempunyai hak untuk mengetahui hal yang sebenarnya.”

Hutu mengerutkan keningnya sedikit terkejut, perkataan Shang ini sangat jelas, ia selama ini mengetahui ia bukanlah adik kandungnya, hanya adik sepupu.

“Ka…… Kalian……”

Ibu Ningga memegang sisi samping kepalanya, terhuyung-huyung sambil bersandar ketembok, terlihat jelas ia terpukul dengan perkataan mereka.

“Nenek, aku membawa ibuku keluar untuk duduk sebentar.” Shang berbicara sambil memapah Ibu Ningga keluar dari kamar, terlihat jelas ia berencana untuk membawa Hutu keluar.

paman muda melihat kearah Hutu dan menggeleng-gelengkan kepalanya, berdiri disamping sambil tidak bersuara.

“Nek, aku keluar melihat ibuku.”

Hutu mulanya benar-benar ingin mengetahui siapa ayah kandungnya, tetapi, kalimat yang tadi Ibu Ningga teriakan kepadanya membuatnya seketika menyadari, seperti in tidak adil untuk Sako.

Tidak peduli selama ini ia benarpun mau bagaimana.

Tetapi, yang tidak dapat dipungkiri adalah, ia tidak pernah gagal menjalankan perannya sebagai seorang ayah, ia ingat saat masih kecil, guru meminta ayah untuk mengikuti suatu kegiatan, Sako saat itu menurut rumor sedang menanda tangani kontrak.

Tetapi, kemudian, ia tetap hadir.

Meskipun, hal-hal yang membuatnya tergerak seperti ini tidak banyak, akan tetapi, ia tetap berterima kasih kepadanya.

Berterima kasih, disaat ia telah mengetahui bahwa dirinya bukanlah anak kandungnya, masih tetap memutukan untuk menerimanya.

“ Tutu ……”

Nenek mungkin tidak menyangka, ia tiba-tiba memiliki perubahan yang seperti ini, sedikit terkaget.

“Nek, ayahku adalah Sako, dulu sekarang maupun nantinya tetaplah dia ayahku.”

Nada bicaranya sangat pasti.

Benar sekali, apa arti mengetahui tentang pria yang mengetahui ataupun bahkan sama sekali tidak mengetahui keberadaannya diatas bumi ini?

Ia menarik pintu dan yang tidak disangkanya, Sako berdiri didepan pintu, mungkin ia mendengar perkataannya yang baru saja diucapkannya itu, bola matanya terlihat sedikit merah.

Hutu menganggukan kepalanya, “Yah.”

“Ibumu sedang diluar, pergilah melihatnya!”

Hutu menganggukan kepalanya, hanya saja, belum sampai kakinya melangkah keluar, suara nenek sudah terdengar masuk kedalam telinganya.

“Sako, ada beberapa hal jika aku tidak mengatakannya lagi, maka tidak adil untukmu dan anak kedua .”

Satu kalimat, membuat Hutu menarik kembali kakinya yang hendak melangkah keluar.

Ibunya dirumah ini merupakan anak kedua, ibu yang melahirkannya adalah anak pertama.

Ia ingin mendengar, apa arti dari kata-kata tidak adil yang dari dalam mulut nenek?

Membalikan kepalanya, ujung matanya menangkap sorotan mata ayahnya yang disaat itu juga mulai menggelap.

Nenek mengangkat tangannya memberi tanda kepada paman muda, “Kamu pergilah memanggil kakak keduamu kemari, sebelum aku mati, aku harus meluruskan suatu hal, jika tidak, aku tidak dapat menutup mataku dengan tenang!”

Satu kalimat yang terucapkan dengan tenaga penuh, seolah-olah sakitnya seketika membaik.

Ibu mengira ada masalah dengan nenek, kira-kira langsung menerobos masuk, melihat nenek yang baik-baik saja, ia mengerutkan kening, “Bu, kamu memanggilku?”

Melihat nenek yang melihat kearah ayah seperti itu, ibu membuka mulutnya, “Bu, ini adalah Sako , apakah kamu tidak mengenalinya? Mengapa melihatnya seperti itu.”

Nenek mengembalikan pandangannya dan terjatuh kepada Hutu , kemudian kembali kearah ibu, “ anak kedua , ibu telah bersalah kepada kalian suami-istri!”

“Bu, apa yang kamu bicarakan?”

Nenek menutup matanya, air mata mengalir dari ujung matanya.

“Masalah ini, ibu sebenarnya tidak ingin mengatakannya, tetapi, jika ibu tetap menyembunyikan hal ini, ibu takut saat bertemu dengan ayahmu didunia lain nanti, ia tidak akan memaafkan ibu.”

Setelah selesai berbicara, seketika nenek terlihat kosong tanpa nyawa.

Ibu Ningga menolehkan kepalanya, saling berpandangan dengannya dan ayah, beberapa orang ini berjalan mendekat.

“ anak kedua , anakmu dan Sako itu bukanlah meninggal karena keguguran, tetapi karena obat yang diminumkan oleh kakakmu, meninggal karena obat.”

Novel Terkait

Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu