Cantik Terlihat Jelek - Bab 582 Berwajah Merah

Badan Hutu karena terbiasa, maju kedepan terdiam sebentar, dia memutar kepala melihat Raven, wajah Raven kusut sekali, jelas sekali tidak senang.

"Kamu berpikir sepanjang jalan, hanya memikirkan ini?"

Nada bicara Raven sangat menakutkan, Hutu mengeluarkan lidahnya, memeluk lengan Raven, dengan bercanda berkata: "Paman Muda, aku hanya takut nantinya kamu malu untuk mengatakannya."

Bagaimana juga, kamu berprestasi sekali, bagaimana kalau nantinya bertemu orang yang lebih cocok denganmu?

Hutu tidak mengatakan kalimat ini.

Raven melihatnya, membuka mulutnya, ingin mengatakan sesuatu, di belakang mobil, terdengar suara klakson, dia dengan pelan menghela nafas, menginjak gas, menjalankan mobilnya lagi.

Kehidupan setelah pernikahan, diluar dugaan Hutu , tidak ada perubahan apapun.

Raven mencarikan sebuah pekerjaan paruh waktu untuknya, sebuah perusahaan design kecil didekatnya, menjadi asisten design 一ui, paginya, Raven membawanya keluar bersama, malamnya kalau Raven lembur, dia akan pergi ke ruang buku di depan menunggunya untuk pulang bersama.

Hari-hari mereka lebih tenang dari yang dia pikirkan, malah membuat Hutu sangat menghargainya.

Asalkan bisa bersama Raven, dia tidak ingin berpisah sedetikpun dengannya.

Sekejap saja, sudah sampai bulan 8 akhir, sebelum mulai sekolah.

Hari Sabtu ini, Hutu dibangunkan oleh suara ketukan pintu.

Meskipun mereka berdua sudah sah, tapi Raven masih kukuh, umurnya masih muda, ada beberapa hal, tidak perlu buru-buru.

Jadi mereka berdua tetap tidur pisah kamar.

"Paman Muda, masuk saja!"

Dia mengucek matanya, duduk berdiri, tali piyamanya jatuh ke lengannya, rambut sepanjang bahu, tergerai berantakan di tulang selangkanya, dada yang penuh, seperti tampak seperti tidak.

Raven berdiri didepan pintu, meliriknya, tatapannya langsung berbalik dengan cepat, "Bangun, aku bawa kamu ke suatu tempat."

Setelah mengatakannya, berbalik dan pergi.

Hutu menaikkan alisnya, apakah tadi dia rabun? Kenapa merasa sepertinya wajah Paman Muda memerah.

Menunduk, melihat dirinya sendiri, wajahnya juga ikut memerah.

Melihat jalanan yang semakin familiar, Hutu membalikkan kepala melihat Raven, "Paman Muda, kamu mau membawaku pergi ke sekolah?"

Ravent tidak menjawabnya, hanya saja memutar setirnya dengan terampil, melewati depan sekolahnya, setelahnya, mobil membelok, masuk ke sebuah komplek yang baru dibangun, komplek ini masih dalam konstruksi penghijauan, orang yang datang malah tidak sedikit, tampaknya tingkat orang yang tinggal disini sudah sangat tinggi.

Mereka berdua memarkirkan mobil di parkiran, Raven mengatakan kepada Hutu , "Turun."

Selanjutnya, lift naik ke atas, berhenti di lantai 12.

Tangan Raven memegang sebuah kunci, membuka pintu.

Saat pintu terbuka, pandangan Hutu berbinar.

Ruang tamu yang terhubung dengan ruang makan dan daput, kebetulan menggunakan warna terang seperti biru muda, pink muda, hijau muda dan yang lainnya, menciptakan harmoni antara dinding dan perabot rumah, pencahayaan tepat membuat hangat dan tidak silau.

Perabot didalamnya, lengkap sekali, tapi jelas sekali, semuanya baru.

"Ini adalah kunci rumah."

Saat mengatakannya, Raven memberikan sebuah kunci untuk Hutu .

Hutu membuka mulut, rumah disini, bisa dikatakan seinci tanah seinci emas, karena dia pernah mendengar Vema menceritakan kalau rumah disini 40 sampai 60 miliar.

Saat itu dia masih berpikir dalam hati, tidur disini, bukankah berarti tidur di atas tanah.

Menelan air liurnya, "Paman Muda, rumah ini punya siapa?"

Raven tidak menjawabnya, menariknya masuk ke dalam kamar, rumah ini ada 3 kamar, 1 ruang belajar, 2 ruangan, 2 toilet, setiap kamarnya ada khas sendiri, gayanya cocok dan bagus.

"Kalau aku tidak lembur, akan mengirimkan pesan untukmu, datang kemari untuk tinggal bersama."

Hutu terdiam sebentar, pelan-pelan bereaksi, "Paman Muda, bukankah tidak terlalu bagus?"

Raven memainkan figura di atas meja, sedikit memutarkan kepala melihat Hutu , dengan santai bertanya: "Apa tidak baik? Apakah pernikahan baru, kamu sudah ingin tinggal pisah?"

Tinggal......pisah?

Wajah Hutu memerah lagi, diam-diam melirik Raven, kebetulan empat mata bertatapan, dia langsung mengalihkan pandangannya, mengangguk, "Ehn, aku tau."

Karena pekerjaan paruh waktu liburan musim panas, bersama designer itu, dia belajar sangat banyak hal, ditambah ini, mendapatkan tidak sedikit arahan Raven, penegetahuannya menjadi bertambah sangat banyak.

Dengan dia yang nilainya pas-pasan di tahun pertama, saat naik tahun kedua, dalam sekejap menjadi lebih menonjol.

Beberapa kali guru memuji pemikirannya yang jauh di depan umum, sangat kreatif.

"Paman Muda, ini adalah design aplikasi yang kubuat untukmu, coba lihat bagaimana?"

Hutu membuka pintu ruang belajar, menjulurkan kepala melihat Raven.

Raven berhenti mengetik di keyboard, melihat dia, berhenti sebentar, melambaikan tangannya, menyuruhnya masuk.

Hutu tau pekerjaan Raven lebih spesial, saat bekerja harus fokus, jadi, saat Raven bekerja, dia tidak pernah mengganggu Raven, dia selalu belajar diluar, menonton televisi.

Melihat Raven melambaikan tangan kearahnya, bibirnya tersenyum, wajahnya girang.

Membuka pintu dan masuk ke dalam, berdiri didepan meja kerja Raven, lalu memindahkan laptop ditangannya kepada Raven, "Kalau ada yang tidak bagus, katakan saja."

Raven menerimanya, jari panjangnya bergerak di atas keyboard, keningnya sebentar berkerut, sebentar kendur, membuat hati Hutu gugup.

"Pemikirkanmu sudah jauh lebih matang, pertimbangan juga tidak sedikit, tampaknya sudah menghabiskan banyak usaha."

Ini pertama kalinya Hutu membuat aplikasi yang di design Raven, dia tidak tau sama sekali.

Tapi, dia memang menggunakan banyak usaha.

Seminggu ini, Raven dinas, diluar kelas, asalkan ada waktu, dia akan mengerjakan ini.

Dibelakang, masih meminta guru memberi pendapat.

"Terimakasih dukungan Paman Muda, jadi.....apakah bisa dipakai?"

"Coba pakai dulu, lihat bagaimana reaksi pengguna."

Hutu menerima laptop yang diberi Raven, tertawa seperti anak kecil yang mendapatkan permen.

"Kalau begitu aku tidak ganggu lagi, kamu kerja dulu."

Membalikkan badannya, dia ingin pergi, tapi lengannya malah menghangat.

Begitu membalikkan kepala, tidak menunggu dia mengerti apa yang terjadi, sebuah tarikan, membuatnya terjatuh ke dalam pelukan Raven.

"Paman Muda......kamu......"

"Bagus sekali, ingin memberikan sedikit hadiah."

Suara yang memikat itu berbunyi ditelinga Hutu, setelahnya, sebuah ciuman jatuh di atas bibirnya.

Tampaknya nafas mereka berdua sedikit lebih buru-buru.

Novel Terkait

The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu