Cantik Terlihat Jelek - Bab 684 Melewati Pernikahan Mimi

Pintu yang di belakang Mimi, seiring dengan suara “Cit”, pintu tersebut terbuka.

Mimi membalikkan badan, melihat Rambo yang mengenakan pakaian pengantin, menyingkirkan tisu yang di matanya, tersenyum paksa sambil berkata:

“Sayang, sudah selesai berdandan, kamu lihat, apakah aku terlihat cantik?” Mimi bermanja-manja tanpa perasaan terkejut, tetapi air matanya terus mengalir ke bawah.

Rambo dan Mimi, pertemanan selama beberapa tahun ini, bagaimana mungkin Rambo tidak mengetahui suasana hatinya saat ini.

Menundukkan kepala, melihat layar ponsel yang di atas meja masih menyala, Rambo mengambil selembar tisu untuk menyeka air mata yang di wajah Mimi.

Mendengus tanpa mengeluarkan suara, kemudian berkata:

“Sayang, hari ini kamu sangat cantik!”

“Huh!” Suara tertawa menyindir yang berasal dari sisi lain.

“Dia adalah orang yang seperti apa, apakah kamu masih belum mengerti? Menikah bersamanya, apakah kamu tidak memiliki perasaan? atau kedua mata kamu sudah buta?”

Rambo dan Mimi saling bertatapan mata, “Sayang, siapakah psikopat ini?”

“Tidak kenal, sepertinya psikopat yang kabur dari rumah sakit jiwa.”

Selesai berkata, kemudian memutuskan panggilan tersebut.

“Dia mengatakan bahwa aku adalah orang yang seperti apa? Apa maksudnya? Aku adalah orang yang seperti apa, hanya terlihat tidak seganteng dia? Masih belum mengerti, lucu sekali!”

Rambo mengeluh, kesan Rambo terhadap Aderlan selama ini, tidak baik.

Mimi menelan air ludah, tidak berani menjawab, tampaknya, Mimi harus meluangkan waktu untuk berbicara dengan Aderlan. Bagaimanapun, masalah Rambo dan Cempluk, Aderlan pasti mengetahuinya.

Sedangkan di sini, melihat panggilannya telah diputuskan, Aderlan langsung menendang pagar yang di hadapannya.

Velve membalikkan badannya, kemudian jalan ke hadapan Aderlan, menarik lengan baju Aderlan, “Aderlan, kamu harus tenang.”

“Bagaimana bisa tenang? Pria tersebut… ... Pria tersebut pernah meniduri wanita lain, Mimi sudah mengetahui, masih menikah dengannya… …”

Aderlan yang seperti ini, membuat Velve merasa asing, Velve meratapi Aderlan, mengerutkan alisnya, berkata dengan nada halus:

“Aku melihat pria tersebut, sangat perhatian kepada Mimi.”

Aderlan meratapi kakaknya sendiri, “Kamu ini, melihat siapa saja orang yang bukan orang baik?”

Pada saat berbicara, Aderlan merebut kunci mobil yang di tangan Velve, “Kakak, pinjam mobilmu dulu, kamu sendiri pulang naik taksi .”

Velve tertegun, setelah berpikir, kemudian, buru-buru mengejarnya, emosi Aderlan yang tidak stabil, dalam kondisi yang seperti ini menyetir mobil, Velve sangat khawatir. .

“Aderlan, dengarkan aku, Mimi bukan seseorang yang impulsif, Mimi membuat keputusan yang seperti ini, pasti sudah memikir dengan matang.”

Aderlan merapatkan kedua bibirnya, posisi tangannya memegang setir, karena terlalu kuat, ujung jari berubah menjadi biru pucat.

Kaki mendorong ke bawah, mobil, mengeluarkan suara mendesis.

Kekuatan yang mendorong punggung ke belakang, membuat Velve tanpa sadar menggenggam sabuk pengaman.

“Aderlan, keamanan nomor satu.”

Perjalanan dari bandara sampai hotel, awalnya perjalanan yang membutuhkan waktu kurang lebih empat puluh menit, tetapi hanya dua puluh menit saja, mereka sudah tiba.

Pada saat turun dari mobil, wajah Velve terlihat pucat, Aderlan menarik rem tangan, tidak melepaskan kunci mobil, langsung turun dari mobil, berlari masuk ke dalam hotel.

Velve menarik nafas yang dalam, Velve ingin memberitahukan Aderlan, sepertinya bukan disini, tetapi rasa sakit yang timbul dari perut membuat kedua mata Velve memerah, maka dari itu, tidak bisa berbicara.

Mengeluarkan ponsel, tangannya bergemetaran, menelpon ke nomor telepon Stepen.

Aderlan masuk ke dalam hotel, bergegas menuju ke meja resepsionis, “Yang menikah hari ini, di lantai berapa?”

Resepsionis tertegun, kemudian bertanya kepada rekan kerjanya, mereka berdua mengelengkan kepala, “Tuan, hari ini, tidak ada yang menikah.”

“Tidak ada yang menikah? Pria bernama Rambo, wanita bernama Mimi, bukan di hotel ini?”

Mereka berdua menggelengkan kepala.

Aderlan berdiri ditempat, kemudian, melangkah mundur kebelakang, berlari keluar, tetapi mobil yang berhenti di depan mobil, hanya melihat mobil, tetapi tidak ada orang di dalam.

Aderlan mengeluarkan ponsel, kemudian menelepon Velve,

Tetapi menunjukkan, tidak ada yang menjawab

Pada saat ini, Asisten keluar dari sebuah mobil taksi, bergegas berlari kesana, terengah-engah dan berkata: “Presdir Aderlan, bukan hotel ini, tetapi pusat yang ada di daerah simpang, aku menelepon anda, tetapi anda tidak menjawabnya.”

Aderlan mengerutkan alisnya, baru saja mau pergi, asisten lanjut berkata, “Presdir Aderlan, Nona Velve, sepertinya ada sesuatu yang terjadi, tadi pada saat aku tiba, melihat Stepen menggendong Nona Velve keluar dari mobil, sebaiknya anda menelpon untuk memastikan dulu.”

Langkah kaki, tiba-tiba berhenti, Aderlan mengeluarkan ponsel, kemudian menelepon Stepen.

Setelah berdering dalam waktu cukup lama, baru mengangkat panggilan tersebut, Aderlan belum sempat berbicara, Stepen langsung berkata: “Aderlan, kakakmu, ada tanda-tanda keguguran, sekarang berada di rumah sakit.”

“Keguguran?”

Aderlan berjalan dengan langkah lamban dan terhuyung huyung, menghentikan sebuah taksi, bergegas pergi ke rumah sakit.

Terkadang, takdir, nasib, mungkin semuanya sudah ditentukan yang maha kuasa.

Karena Velve terlalu mengkhawatirkan Aderlan, sehingga tidak mengetahui bahwa dia sendiri sudah hamil.

Kecepatan Aderlan membawa mobil terlalu laju, menyebabkan Velve terlalu gugup, hampir keguguran.

Aderlan tiba di rumah sakit, mengkhawatirkan Velve, bahkan melewati pernikahan Mimi.

Ketika Velve didorong keluar dari ruang gawat darurat, sudah malam hari, wajahnya terlihat pucat, ketika Velve melihat Aderlan, mengerutkan alisnya, “Aderlan, mengapa kamu disini? Kamu… ...salah hotel.”

Aderlan menggerakkan jakunnya, sedikit menundukkan kepalanya, “Tahu.”

“Jadi… ... bagaimana?”

Stepen melangkah maju depan, berdiri di antara mereka berdua, menggenggam tangan Velve, “Apakah bisa mengurus dirimu sendiri dulu?”

Nada suara Stepen terdengar marah, Aderlan mengetahui bahwa Stepen karena ketakutan, sehingga Aderlan tidak mempermasalahkan juga.

Melangkah mundur ke samping, menggelengkan kepala kepada Velve.

Merasa sangat depresi.

“Aku berpikir bahwa, dia akan datang untuk menculik pengantin!”

Setelah acara pesta pernikahan, Rambo sedang melihat Mimi menghapus make up, berkata dengan nada bercanda.

Mimi membalikkan kepalanya dan melihat ke arah Rambo, “Kamu ingin menjadi terkenal?”

“Ingin, dapat memperebutankan istri dengan Aderlan, itu merupakan sebuah kebanggaan!”

Rambo sambil berkata, sambil berdiri, mengambil pijamas yang di atas kasur, kemudian menutupi bahu Mimi.

Mengetahui bahwa Rambo berkata seperti ini, sebenarnya sedang membela dirinya sendiri. Bagaimanapun, hari ini, apabila Aderlan benar-benar peduli terhadap Mimi, seharusnya Aderlan akan datang.

Emosi yang di dalam hatinya mulai meluap, tidak tahu apakah itu adalah kecewa, atau perasaan bahagia.

Akan tetapi, bagaimanapun itu, akhirnya merasa lega.

Mimi pernah memikirkannya, apabila Aderlan datang untuk merebut pengantin, apa yang harus dia lakukan?

Mimi harus menikah dengan Rambo, tetapi tidak ingin menyakiti Aderlan.

Untung saja, untung saja… …

Pada saat ini, pandangan Mimi tertuju pada sebuah kotak cantik yang di atas meja, membuka kotak tersebut, kemudian, Mimi mengerutkan alisnya.

Novel Terkait

Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu