Cantik Terlihat Jelek - Bab 24 Depan Ada Serigala, Belakang Ada Harimau

Bab 24 Depan Ada Serigala, Belakang Ada Harimau

Dua hari selanjutnya kerjaan Sherin sama seperti hari pertama kerja. Perlombaan modeling itu masih berlanjut. Setiap hari sebelum naik ke atas panggung Sherin hanya perlu meriasi mereka, saat berganti babak, dia hanya perlu merapikan make-up mereka.

Juga tidak terbilang susah, malah sebaliknya melihat wajah yang berbeda-beda itu menjadi berpenampilan berbeda lagi setelah dirias olehnya membuat hatinya merasa sangat puas dengan hasil pekerjaanya.

Dia berpikir, mungkin ini lah alasan kenapa orang walaupun kekurangan uang tapi masih saja memilih pekerjaan yang berarti, dan juga tidak terlalu perduli dengan berapa gaji yang diterima, sebab bisa mendapat pengakuan dari orang, bisa dibutuhkan orang lain seperti ini hasil yang didapatkan biasanya bisa lebih memuaskan diri kita daripada harta benda.

Berpikir sampai di sini, dia pun teringat dengan Andrew. Latar belakang keluarganya begitu bagus, tapi dia tetap saja berusaha keras dalam pekerjaannya, pasti dia punya pemikiran yang sama seperti ini. Sejak saat itu, dia tidak pernah kontak lagi dengan laki-laki itu, Andrew pernah menelponnya beberapa kali, dia tidak menerimanya, mengirim pesan, dia juga tidak membalas. Dia juga sudah lama tahu bahwa dia sudah tidak marah lagi.

Tapi, setelah melewati malam itu bersama Devan, dia merasa dia dan laki-laki itu benar-benar tidak mungkin lagi. Dia yang begitu hangat, begitu baik pantas untuk mendapatkan wanita yang lebih baik lagi.

“Sherin, setelah ini masih ada 3 babak pertandingan lagi, kemudian, malaman bisa ada orang penting yang bisa datang, semangat yah.” pesan manager Lupus. Dia adalah sosok orang bertanggung-jawab. Sempat meremehkan Sherin saat baru bertemu dengannya, juga tidak tahu apakah karena melihat keahliannya, atau bagaimana, yang pasti, Sherin merasa bahwa perlakuan manager itu terhadapnya sepertinya semakin baik saja.

Sherin menganggukkan kepala dan menjawab “Baik, Pak.” Sherin tidak terlalu memahami aturan dalam dunia kerja, tapi, dia berwatak: asal orang itu tidak keterlaluan terhadapnya, dia pun biasanya masih sangat enak diajak bicara.

“Dengar-dengar, Devan sebentar lagi akan datang.” ujar salah satu gadis bontet yang biasa bergosip itu, pun memperbincangkan hal ini sesaat setelah manager pergi.

“Masa seh, apa benar Devan mau datang?”

“Itu sudah pasti, ini adalah perusahaan calon istrinya, kali ini mengadakan perlombaan yang begitu besar, dia tidak mungkin tidak memberi muka donk?” ujar gadis bontet itu sambil meminum dua teguk air, berjalan mundur dan sekalian duduk di kursi rias.

“Dan berdasarkan yang aku tahu perusahaan ini sebenarnya adalah punya Devan, Gabriel hanya mewakilinya untuk mengelolah.” lanjut gadis itu.

Sherin yang sedang membereskan meja rias itu, mendengar gadis bontet itu mengatakan hal ini, seketika itu tubuhnya pun tersentak kaget alhasil kuas alis dan bedak di tangannya pun terjatuh ke atas kursi.

Yang benar saja? Ini adalah perusahaan Gabriel, dan Devan juga adalah pemilik di belakang layar?

Dia sedikit memuncungkan mulutnya, sebenarnya ini jodoh seperti apa seh?

Mau melarikan diri pun tidak bisa.

Setengah hari itu, karena hal ini Sherin pun ada sedikit sulit berkonsentrasi.

Hingga suara manager Lupus yang tajam itu terdengar.

“Semuanya ayo siap-siap, sebentar lagi, kalian beberapa make-up artist naik ke panggung untuk sesi berterima kasih, kalian adalah orang-orang yang berjasa besar kali ini.”

Pekerja lainnya pun setuju, dan mulai bersahut-sahutan.

Namun Sherin secara reflek mau melarikan diri, dia masih belum siap lahir dan batin untuk berhadapan dengan Gabriel.

Bagaimana tidak tidur dengan calon suami orang, walaupun itu bukan kemauannya, tapi hati ini masih saja merasa takut.

Dia memegang perutnya “Pak, perutku tidak enak, aku tidak ikutan deh.” ujar Sherin, usai mengatakan ini dia pun berpura-pura merebah di atas meja rias.

Manager itu memandanginya, mengecilkan matanya, berjalan ke arahnya, tangannya diletakkan di atas pundak Sherin dan menyapa “Sherin, kamu tidak apa-apa kan?” saat berbicara, tangannya pun bergerak merosot dari pundak Sherin ke belakang punggungnya.

Sherin tiba-tiba sadar, mengerutkan dahi, tangan laki-laki ini….. apa dia sedang melecehkan dirinya? Langsung berdiri, matanya menjadi kusut, membalikkan badan dengan kuat untuk menghempaskan tangan itu yang masih saja mengelusnya dari atas ke bawah itu, dan berkata “Pak, aku keluar dulu mau menghirup udara segar.”

“Kamu benar tidak apa-apa? apa perlu aku tolong?” tanya manager itu, manager itu pun langsung campur tangan mau menolong Sherin, tapi ujung matanya melirik ke depan dada Sherin.

“Tidak perlu tidak perlu.” jawab Sherin. Sherin juga bukan orang yang bodoh, sorotan mata laki-laki itu, sekali lihat pun sudah bisa tahu, hanya saja, hatinya ada sedikit penat, di sini wanita mana yang tidak lebih cantik darinya, bentuk badan yang cantik dari dirinya juga bertaburan, kenapa bisa dia memilihnya, hatinya seketika ada sedikit tidak puas.

Setelah menjawab, dia menganggukkan kepala, dan dengan cepat keluar dari ruangan itu.

“Sherin, kamu harus hati-hati, dia itu adalah serigala berkulit domba.” ujar salah seorang wanita saat Sherin baru saja keluar tidak lama.

Sherin menoleh, dan melihat ternyata Felice, meja kerja wanita ini bersebelahan dengan Sherin, dari penampilannya terlihat berumur antara 36-37 tahun, dengar-dengar dalam dunia make-up namanya terkenal dan top, perusahaan Simba ini membayar harga tinggi untuk mengoreknya dari perusahaan lain, tapi, wanita ini juga tidak terlalu menyombongkan diri, dulu manager pernah memberinya ruangan khusus sendiri, tapi ditolaknya.

Berdasarkan yang ia dengar, wanita itu di sini sangat berpendirian, dia menerima orderan juga berdasarkan kemauannya, dalam satu bulan hanya bekerja berapa kali saja, kali ini dia datang juga karena model artis itu, katanya mereka ada hubungan pribadi.

Beberapa hari ini, walaupun dia dan wanita itu jarang bercakap-cakap, tapi, dibanding wanita-wanita lainnya yang suka bergosip, Sherin masih lebih menyukai wanita ini.

“Felice.”

Felice menepuk-nepuk pundak Sherin dan berkata “Sherin, teknikmu bagus, ditambah bakatmu, banyak-banyak belajar, hari esokmu pasti cemerlang.”

“Terima kasih dukunganmu Felice, aku pasti akan berusaha.” jawab Sherin, Felice tersenyum, lalu sepertinya dengan tidak sengaja mengatakan: “Wanita sebelumnya, juga sangat berbakat, tapi sayang dinodai oleh serigala itu.”

Langkah kaki Sherin pun terhenti saat itu, menghirup nafas, serigala itu, sangat jelas, dia tahu siapa yang sedang disebut oleh wanita itu.

“Bukan bilangnya, putus dengan pacarnya dan memotong nadinya?”

Felice saat itu juga langsung mengerutkan kening, menoleh dan melihatnya sebentar lalu berkata “Kalau tidak dinodai, bagaimana bisa putus.”

Sherin langsung saja terpanah kaget, dia berdiri di tempat. Meskipun beberapa tahun ini, hidup bersama ibunya tidak sedikit diremehkan orang, dan juga tidak sedikit masalah yang harus dihadapai, tapi….

Bagaimana pun, dalam kehidupannya dia masih bisa melihat sinar terang, tidak ada sisi kegelapan seperti ini.

Baru pertama kali dia merasa bahwa kehidupannya tidak terbilang kacau.

Dia bergegas berjalan beberapa langkah, dan berpapasan dengan Felice lalu bertanya “Apa tidak ada orang yang bisa menghukumnya? Wanita itu, kenapa tidak lapor polisi?”

Felice menghelakan nafas Hmph yang nyaris tak terdengar.

“Dia itu adalah anak dari tante nona Gabriel, keluarga kerajaan, kaya, mereka memberikan 100 juta ke wanita itu, semua urusan beres.” jawab Felice, yang saat ini dari matanya itu terlihat perasaan merendahkan dan tak berdaya yang tidak dimengerti Sherin.

Selanjutnya, menepuk-nepuk pundaknya, kemudian suara langkah kaki Felice semakin mengecil dan semakin menjauh.

Kulit kepala Sherin pun terasa mati rasa, situasi seperti apa ini?

Manager itu adalah kakak sepupu Gabriel?

Dan juga orang yang sangat menyeramkan?

Saat ini, dia baru menyadari tanpa sadar dia sudah berjalan sampai ke hall depan, dia memiringkan kepalanya melihat ke dalam dari celah pintu, di atas panggung telihat Gabriel yang sedang merangkul lengan Devan, berdiri.

Dahinya pun mengerut menjadi satu.

Mau bagaimana ini? di depan ada serigala, di belakang ada harimau…..

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu