Cantik Terlihat Jelek - Bab 763 Cemburu?

Kenbo menatapnya beberapa kali, yang tak terduga, wanita kecil ini merespon lebih cepat dari yang dia bayangkan, memeluknya lagi, “Cemburu kah?”

Fisi mengulurkan tangan dan memeluk pinggang Kenbo, menaruh kepalanya di dadanya, lalu menggeleng-gelengkan kepala, “Tidak, hanya saja, aku mengkhawatirkanmu!”

“Pelan-pelan akan terselesaikan.”

Fisi mendengar suara Kenbo yang terdengar lelah, dia merasa sangat kasihan padanya.

Jelas dia tahu ini adalah pembicaraan yang sedang dia hindari, tetapi dia tidak tahan untuk mengajukan pertanyaan.

Ia tahu beban Keluarga Rimpon terhadap Kenbo seberapa berat.

Memegang erat tangannya, merasa ada banyak yang harus dikatakan, tetapi tidak ada satupun yang keluar dari mulutnya.

Setelah waktu yang cukup lama, Fisi perlahan-lahan mengangkat kepala dari dalam pelukan Kenbo dan kebetulan bertemu dengan mata Kenbo yang memperhatikannya.

Setelah bertahun-tahun, hubungan antara atasan dan bawahan berubah menjadi hubungan kekasih, tiba-tiba menjadi perhatiannya, Fisi merasa sedikit malu.

Karena muncul masalah ini, awalnya dijadwalkan untuk menghadiri pesta malam ini, terpaksa dibatalkan.

Pesawat dipagi hari kedua juga diubah menjadi malam.

Saat mereka sampai dirumah, sudah tengah malam.

Dari kejauhan, Fisi melihat para reporter yang mengepung pintu masuk kecil.

Duduk tegak dan tampak terkejut.

Tempat tinggal mereka, walaupun bisa dibilang bukan rahasia, tetapi Kenbo tidak pernah masuk lewat pintu utama, orang-orang ini dengan jelas memblokir pintu utama.

Sangat jelas, ingin menarik perhatian media lain.

Ia menoleh, melihat Kenbo yang memejamkan mata dan mengantuk, “Kak Kenbo… …”

“Jangan khawatir, pulanglah!”

Mereka melewati jalan kecil khusus yang masuk ke parkiran bawah tanah.

Di depan pintu, Della berjongkok dilantai, kedua tangannya melingkari lutut, saat melihat kedatangan mereka, dia langsung berdiri dan bergegas kearah Kenbo.

“Kakak Kenbo… …”

Suara tercekik itu, seperti tangisan yang cantik, tanpa dominasi dan arogansi masa lalu, benar-benar membuat orang sakit hati.

Ia melewati kedua orang itu, menarik koper, membuka pintu kamar.

Beberapa hari yang lalu, dia meminta Devita menyuruh orang untuk menyapu sekali, jadi, walaupun sudah beberapa bulan tidak ada orang yang tinggal, tetapi tetap bersih dan rapi.

Ia merapikan barang-barang, lalu teringat Kenbo belum makan malam, berjalan sampai ke pintu, ingin bertanya dia ingin makan apa, tapi, dia malah tidak bisa menemukan mereka berdua.

Ia mengerutkan kening, lalu membalikkan badan, berjalan ke balkon dan melihat kebawah, disini dia bisa melihat ke pintu utama, disana sudah ada kerumunan orang, jarak dengannya sangat jauh, cahaya lampu malam sangat redup, jadi, dia hanya bisa melihat lampu yang berkedip satu demi satu.

ia tidak bisa melihat apakah disana ada Della dan Kenbo atau tidak.

Tapi, kilatan cahaya, sudah memberinya jawaban.

Hatinya terasa berat.

“Selama bertahun-tahun, Della mengintai Kenbo, apa kamu pikir Rio tidak bisa melihatnya? Tidak mendengarnya? Tapi kenapa dia mengabaikannya? Dia membiarkan orang lain begitu menyiksa putri satu-satunya, kenapa? Karena, dia yakin, Kenbo pasti akan menjadi menantunya.”

Kata-kata Deco dihari itu terdengar di telinganya.

Sama seperti mendapat pencerahan, membuatnya seketika menyadari sesuatu.

Ini, sudah dimulaikah?

Mulai, perlahan-lahan menjadi menantu Rio? Perlahan-lahan pergi kebelakang panggung?

Jadi, tidak peduli apa akibat yang akan ditimbulkan masalah ini?

Tapi, kenapa dia seperti itu terhadap dirinya sendiri?

Selama bertahun-tahun, tidak peduli sama sekali, kenapa, tiba-tiba berkata menyukainya?

Ia memegang pagar, tubuhnya bergetar.

Pada saat ini, dia seharusnya marah dan menanyainya.

Tapi, pada akhirnya, dia malah membalikkan badan, masuk ke ruangan, mengambil bahan makanan dan memasak.

Sudah bersiap saat dia pulang nanti, memberikannya mie untuk dimakan.

Sup nya mendidih, dia membalikkan badan, membereskan ruangan dari dalam sampai keluar.

Setelah beres-beres, melihat jam, sudah 1 jam lebih.

Ia menelan ludah, membalikkan badan, berdiri di samping balkon, disana, sangat gelap, jelas sudah tidak ada orang lagi.

Reporter sudah tidak ada, Kenbo dan Della pasti juga akan pergi.

Ia mengeluarkan ponsel, berpikir dan menelepon Kenbo, tetapi terdengar suara ponsel dikamar.

Ia teringat, saat naik pesawat, Kenbo menaruh ponsel didalam tas.

Bersandar dipintu kamar, dia menatap kaca yang tembus pandang, melihat poster Kenbo di ruang tamu, lalu menghela nafas.

Membalikkan badan dan pergi ke dapur lagi, supnya sudah jadi.

Ia menjadi linglung, kedua tangannya berada diatas meja kompor dan dia melamun.

Tiba-tiba pinggangnya dipeluk oleh seseorang dari belakangnya.

Seluruh tubuh Fisi gemetar, menaruh sendok sup ditangannya dan menghembuskan nafas dalam-dalam, lalu merasa kakinya menjadi sedikit lemas.

“Kamu… …” dia memegangi dimana posisi hatinya berada.

“Terkejut?” Kenbo melihat kebawah, menatap wajah Fisi yang memucat, memegang pundak dan memutar badannya dan memeluknya.

Tangan besarnya menepuk-nepuk punggung Fisi, “Aku tadi memanggilmu… …”

Kenbo juga tidak tahu bagaimana caranya mengatakan kata-kata yang menghibur, memeluknya seperti ini selama beberapa lama dan tidak melepaskannya, sampai Fisi menyesuaikan diri dan berjuang untuk berdiri.

Lingkaran matanya sedikit memerah, tetapi kalau tidak dilihat dengan jelas maka sudah tidak terlihat.

“Kamu sudah lapar belum? Aku membuatkanmu mie… …” suara Fisi masih sedikit kaku, menatap Kenbo dengan ketakutan yang masih ada, “Kamu lepaskan aku dulu.”

“Tadi menangis?”

Fisi membuka mulut, mengangkat tangannya untuk menyentuh matanya, dia menangis? Iya kah?

Mungkin, iya!

Karena khawatir, juga sedih… …

“Baru saja kena asap, kamu keluar dulu sana!” Fisi berkata sambil menaruh panci baru keatas kompor.

“Sup iga ikan sotong untukmu.” Kata Fisi dengan santai.

Kenbo berdiri disebelah sambil menatap punggungnya.

“Ada hal-hal yang tidak kuberitahukan padamu, untuk kebaikkanmu.”

Mendengar itu, Fisi sedikit terkejut.

Selama bertahun-tahun mengikuti Kenbo, dia tahu jelas, bahwa meskipun dia mengalami kesulitan dan masalah, dia selalu menyembunyikan didalam hati, sangat jarang mengungkapkannya kepada siapapun.

Dibandingkan dengan Carles saat masih kecil, seperti Kenbo yang sekarang, lebih pendiam dan suram.

Biasanya kata-katanya seperti emas, tetapi dia sangat jarang berbicara.

Jadi, dia benar-benar tidak terpikirkan, dia akan menjelaskan, meskipun itu hanya satu kalimat yang sederhana.

Menutup mulutnya, menegakkan punggung dan mengangguk, dia bilang untuk kebaikkannya, dia bersedia untuk mempercayainya!

“Aku mempercayaimu… …”

Sebelum Fisi bisa berbicara, Kenbo menariknya kedalam pelukannya, menundukkan kepalanya dan kepalanya menutupi bibirnya yang lembut.

Fisi menutup mata, alisnya sedikit mengernyit, bibir Kenbo terbuka sedikit.

Mendongak, dia bisa merasakan semangat dan kecerobohannya, dia juga memeluknya yang memberikan kenyamanan untuknya.

Novel Terkait

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu