Cantik Terlihat Jelek - Bab 505 Pergi Ke Rumahnya

Raven melepaskan kertas di atas lukanya yang merupakan sebuah bekas menggigit yang lumayan dalam.

Hari ini Raven berjanjian dengan temannya untuk minum teh di sini, dia melihat Hutu ketika dia mau pergi ke kamar mandi, melihat Hutu berjalan menuju ke hutan bambu, Raven pun mengikuti di belakangnya.

Siapa tahu Hutu malah mau pergi merusak masalah orang lain dengan bodoh.

"Apakah kamu mau pergi suntik anti rabies?" Melihat Raven tidak berbicara, Hutu pun berkata lagi.

Kemudian, Hutu melihat bahu Raven bergetar dengan jelas.

"Aku antar kamu pulang saja!" Raven membuang tisu tersebut ke dalam tong sampah sebelum menoleh ke Hutu.

Hutu ingin berkata nanti dia pulang bersama Nini saja, tetapi berpikir harus menjadi lampu, Hutu memutuskan untuk menuruti Raven saja.

Alasan paling utama adalah setelah melihat adegan tadi, Hutu merasa dia harus menenangkan dirinya dulu.

"Baik, terima kasih paman"

Duduk di tempat punumpang, Hutu mengingatkan Raven :

"Paman, tolong antar aku ke sekolah"

Raven yang baru saja menyalakan mobil dan sedang berputar balik langsung menginjak gas ketika dia mendengar kata-kata Hutu,

"Ke sekolah buat apa?"

Melihat ekspresi Raven berubah, Hutu menjawab, "Setelah kelas 12, aku tinggal di asrama sekolah"

"Tinggal di asrama sekolah?" Raven melamun sejenak sebelum berputar arah mobilnya dan mulai mengendarai dengan kecepatan tidak termasuk cepat.

"Sudah kelas 12, bolak balik sangat makan waktu, jadi aku berpikir lebih baik kalau tinggal di asrama saja" Hutu mengatakan pembohongan yang sama.

Pada saat itu, kebetulan mereka sedang berada di lampu lalu lintas, Hutu melihat pegangan Raven yang berada di atas alat setir mengerat kemudian melega.

Suasana menjadi agak tertekan, Hutu menurunkan jendela dan menarik nafas.

Restoran terletak tidak jauh dari sekolah Hutu, hanya butuh perjalan belasan menit.

"Terima kasih paman" Sambil berkata, Hutu pun bergegas turun dari mobil.

Bersama dengan Raven membuat Hutu merasa dirinya sangat sesak, dia menghela nafas berat dan berlari ke gerbang sekolah.

Hanya saja....

Gerbang sekolah sudah tertutup.

Pada saat melihat ke jam Hutu baru teringat gerbang sekolah biasanya tutup pada jam 9, sekarang sudah jam 9.40.

Hutu mengerutkan alisnya sambil menggigit jarinya, dia berjalan sana sini berpikir harus bagaimana.

Pada saat itu, sebuah cahaya memancar dari belakang.

Hutu menoleh ke belakang dan menyadari mobil Raven masih berada di tempat tadi.

Raven yang berada di dalam bertatapan dengan Hutu sebelum turun dari mobil.

Cuaca sekarang sudah memasuk musim dingin, Raven memakai kemeja putih dengan kardingan abu-abu ringan, salah satu tangannya berada di dalam saku celana, satu tangannya lagi memegang jas yang dia lepasa sebelumnya.

"Paman, gerbang sudah ditutup" Pada saat Raven menghampirinya, Hutu bergegas menyimpan kembali tatapannya dan menundukkan kepalanya.

Raven berkata iya sebelum memberikan jas di tangannya kepada Hutu, "Pakai dulu jas ini"

Setelah itu, Raven melihat ke dalam sekolah dan menyipitkan matanya, "Kalau begitu aku antar kamu pulang rumah!"

"Jangan!" Hutu menolak secara refleks.

Setelah keadian itu, Hutu merasa di dalam hatinya ada ikatan, bahkan dia sudah tidak bisa menghadapi orang tuanya dengan terus terang.

Hutu menatap ke Raven dengan tatapan berisi meminta tolong.

Setelah menatap ke wajah Hutu, alis Raven yang mengerat pun menjadi agak lega: "Kalau begitu malam ini pergi ke rumahku saja!"

Sepanjang jalan tidak ada yang berkata, mobil mengendarai menuju ke pusat kota.

Setelah beberapa saat, Hutu baru menyadari mobil bukan sedang menuju ke arah rumah Raven.

Hutu pun bersuara : "Apakah kamu salah jalan?"

Pada saat itu, Raven berbelok ke arah kanan, mobil sedang menuju ke sebuah perumahan yang sangat mewah, setelah itu memasuki ruang parkir bawah tanah, sampai mobil sudah siap diparkir Raven baru berkata, "Sini juga ada rumahku, turun saja!"

Raven membawa Hutu naik ke lantai atas, Raven membeli rumah ini pada saat dia mendapat pendapatan pertama, waktu itu ibunya sakit, Ning ian ingin mengganti tempat tinggalnya agar suasana hatinya lebih baik, tetapi ibunya tidak ingin berpindah.

Jadi, dari siap renovasi sampai sekarang, Raven sangat jarang tinggal di sini.

Raven mengeluarkan sepasang sandal wanita yang agak kecil dan memberikannya kepada Hutu, " Di dalam memiliki alat cuci yang lengkap"

Menatap ke sandal yang berwarna itu, Hutu mengangkat kepalanya dan melihat ke Raven yang sedang melepaskan kancing kemeja, karena mengetahui rahasia Raven, Hutu merasa agak senang, dia menjilat bibirnya sambil melepaskan tali sepatu.

Pamannya, kalau sudah memiliki pacar, tempat ini akan merupakan tempat dia menyembunyikan wanita cantik.

"Kalau bertemu dengan kondisi seperti ini, ingat harus menghindar, kalau kamu menghamipiri ke sana, kemungkinan kamu akan dicelakai"

Suara yang datar dan dingin berdering dari atas kepala Hutu.

Hutu menatap ke Raven dan melamun sejenak, setelah beberapa saat dia baru mengerti maksud Raven.

"... aku... aku mendengar suara, aku mengira ada yang terluka, aku tidak tahu mereka.... mereka, mereka sedang melakukan..."

Hutu tiba-tiba berhenti berkata dan melihat ke arah lain sebelum menarik nafas dalam, dia merasa agak frustrasi dengan kecerdasan dirinya yang rendah, buat apa menjelaskan kepadanya?

Mungkin karena telah mengetahui dirinya bukan anak kandung keluarganya, sekarang menghadapi Raven membuat Hutu memiliki perasaan Raven adalah pria keluarga lain, bukan pamannya lagi, dari dalam hati Hutu merasa hal ini agak canggung.

Di luar terdengar suara angin yang bertiup kuat, sementara di ruang tamu sangat sunyi.

Menatap ke "anak kecil' yang sepertinya mengerti dan sepertinya tidak, untuk pertama kali di hidupnya Raven merasa tidak tahu harus melakukan apa dan bagaimana menjelaskan kepada Hutu.

Setelah hening beberapa saat, akhirnya Raven mengganti topik, "Mengapa bisa tiba-tiba tinggal di asrama? Apakah ada sesuatu yang terjadi?"

Hutu merasa agak kaget dengan pertanyaan Raven.

Hutu mengangakat kepalanya dan melihat ke Raven, cahaya lampu membungkusi tubuhnya yang tinggi dan gagah, tatapan Raven tinggi seperti pemandangan dari gunung yang jauh dan hening.

Hutu menggerakan kakinya dengan panik dan menjilat bibirnya yang kering sambil menggelengkan kepalanya,"Aku hanya tidak ingin langsung bekerja dan menikah setelah tamat SMA" Hutu menggunakan kata-kata Raven kemarin sebagai alasan kembalikan kepada Raven.

Raven menatap ke Hutu dengan senyuman ringan, setelah beberapa saat dia berkata, "Selanjutnya mungkin aku masih harus tinggal di daerah Ciput selama setengah tahun lebih, kalau kamu butuh bantuan dalam mengerjakan pr, beri tahu kepada aku saja!"

Hutu melamun sejenak, dia tidak menyangka Raven masih mau membantunya.

Teringat dengan kejadian kemarin yang tidak menyenangkan, Hutu berkata : "Bukannya paman merasa otakku rusak?"

Raven melihat ke Hutu sebelum berjalan ke ruang makan, kemudian dia mengambil sebotol air dingin dari kulkas beserta sebotol air yang tidak dingin, akhirnya Hutu memberikan air tersebut kepada Hutu.

Secara refleks Hutu ingin mengambil air yang dingin, tetapi Raven menghindarnya, "Anak gadis jangan sering minum yang dingin"

Raven berdiri dengan santai, cahaya lampu kaca memancar ke tubuh Raven yang tinggi, tempat antara alisnya dan sudut bibirnya.

Dia benar-benar terlihat sangat ganteng dari sudut apa pun.

Sampai merasa Raven sudah melihat kepadanya, Hutu baru menundukkan kepalanya dengan panik.

Setelah beberapa saat, Hutu mendengar suara Raven.

Novel Terkait

Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu