Cantik Terlihat Jelek - Bab 604 Anaknya Telah Keguguran

Raven langsung menerima telepon dari Clover setelah turun dari lantai atas.

“Halo, paman muda, tolong datang jemput aku ya, aku di….” Clover menyebutkan sebuah nama alamat.

Raven mengerut alis, setelah merenung sejenak, dia tetap membawa mobilnya dan berangkat pergi.

Setelah Raven pergi meninggalkan rumah, Hutu langsung berdiri dan mandi dengan sederhana, setelah itu di luar pintu ada yang mengantarkan makanannya.

Hutu mengira bahwa Raven yang memesan makanan ini, sehingga dia tidak banyak berpikir dan mulai memakannya.

Perut Hutu menjadi tidak enak setelah selesai makan, dia kembali ke kamarnya untuk istirahat sejenak, dan akhirnya mulai ketiduran lagi.

Sekitar jam dua belas siang, Hutu baru bangun dari tidurnya, namun Raven tetap saja belum pulang.

Hutu mengambil ponsel, dia baru menyadari pesan yang dikirim oleh Raven, Raven mengatakan bahwa siang ini dirinya ada keperluan, sehingga tidak bisa makan di rumah lagi, Hutu menahan rasa kesaktian di bagian perutnya dan berjalan ke dapur, dan juga memasak sedikit mie untuk dirinya.

Sebenarnya Hutu tidak terlalu berselera, namun setelah kepikiran dengan anak kandungannya, dia tetap memaksa dirinya untuk makan.

Setelah selesai makan dan membereskan dapurnya, langsung terdengar suara ketukan pintu yang berasal dari luar.

“Siapa ya ?”

“ Tutu, aku….Mimi.”

Hutu terbengong sejenak, pagi tadi Mimi ada mengirimkan pesan dan mengatakan bahwa akan datang mencarinya.

Setelah membuka pintu, reaksi wajah Mimi sangat pucat, dia tidak berdandan, kantung matanya sangat jelas, kelihatannya sudah begadang beberapa hari.

Setelah membiarkan Mimi masuk ke dalam rumah, Hutu menuangkan segelas air untuknya.

“Kalau begitu tidak tega, kenapa mesti cerai ?”

Mimi terbengong dan termenung di tempat, sejenak kemudian, dia mengangkat kepala dan menatap Hutu, “ Tutu, aku tidak apa-apa.”

“Kamu sudah makan siang ? Kalau belum, aku memasak mie.”

Mimi menyandar di atas sofa dan menggeleng kepala sendiri, “Belum lapar, tidak mau makan, aku tidak tempat kepergian, aku hanya ingin menenangkan diri di tempatmu, kamu sibuk saja !”

Hutu melihat keadaannya yang sangat tidak stabil, sehingga lanjut mengobrol sejenak dengan dirinya, namun kelihatannya Mimi sama sekali tidak ada selera untuk berbicara.

Hutu menuangkan segelas susu dan memaksa Mimi untuk meminumnya, lalu dia melanjutkan kesibukan sendiri.

Setelah kembali ke kamar, Hutu bersiap-siap untuk mencuci baju bayi yang baru dibeli pada sebelumnya.

Ponsel Hutu berdering secara terus menerus.

Dia membuka ponsel, banyak sekali pesan yang belum dibaca, beberapa pesan ini berasal dari berbagai orang, semuanya berasal dari rekan kerjanya yang dulu dan sekarang.

“ Tutu, orang di foto ini benaran kamu ya ? Kamu mengandung anak Raven ? Dia bukannya paman muda kamu ya ? Aku tidak ada maksud lain, aku hanya ingin mengingatkan kamu, sembunyikan diri dulu untuk dua hari ini, berita ini telah tersebar luas, bahasa gosipnya sangat tidak enak didengar, aku tahu bagaimana kepribadian kamu, tetapi tetap harus hati-hati ya !’

Pada saat isi pesan pertama masuk ke dalam matanya, Hutu mundur dan jatuh terduduk ke atas kasur.

Dia bernafas terengah-engah.

Pesan kedua dan pesan seterusnya…

Isi semua pesan hampir sama dengan isi pesan pertamanya.

Hutu mengelus kepala yang terasa pusing, dia menahan kedua lengan sendiri dan merenung sejenak, akhirnya dia berdiri dan menelepon ke Raven untuk menanyakan keadaannya.

Akan tetapi, setelah berkali-kali meneleponnya, ponsel Raven tetap dalam keadaan tidak aktif.

Hutu merasa khawatir dan tidak terlalu konsentrasi dalam sepanjang sore ini, namun dikarenakan Mimi berada di rumahnya, Hutu tidak ingin membuat Mimi mengkhawatirkan dirinya lagi, sehingga hanya bisa memaksakan diri untuk tersenyum padanya.

Pada malam hari, Hutu dan Mimi hanya makan malam sederhana.

Kondisi emosional Mimi sangat tidak stabil, setelah selesai makan, dia langsung masuk ke dalam kamarnya.

Hutu tetap terus menelepon Raven, namun keadaan ponselnya tetap tidak aktif, dan akhirnya dia terduduk sendiri di atas sofa dan mulai terasa panik.

Hutu membuka laptop dan menelusuri berita di internet, namun mungkin dikarenakan Raven sengaja menekan beritanya, sehingga berita mereka masih belum tersebar luas.

Awalnya Hutu mengira bahwa dirinya telah melakukan persiapan matang demi anaknya.

Namun ketika masalah benar-benar terjadi, dia malah merasa panik dan ketakutan.

Akan tetapi, rasa seperti ini tidak dapat dibandingkan dengan rasa ketakutan ketika dia menerima pesan pada sepuluh menit kemudian.

“Bubur pagi tadi, kamu ada makan ? Enak ?”

Pesan tersebut berasal dari nomor asing, namun bubur yang dikatakannya memang ada.

Hutu mengerut alis, dia tidak mengerti apa maksudnya, ketika dia ingin membalas pesannya, ponsel di tangannya mulai menyala lagi.

“Ponsel Raven tidak dapat dihubungi, malam juga tidak akan pulang, seharusnya kamu sudah tahu dengan alasannya, seandainya masalah tersebar luas pada besok pagi, dia akan terjatuh ke alam neraka yang tidak dapat tertolong lagi, tidak ada yang mau mendengarkan penjelasan kalian, dalam pandangan orang luar, kalian memang memiliki hubungan inses.”

Kedua tangan Hutu yang memegang ponsel terus bergemetar, dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya, lalu melepaskannya dan menutupinya lagi.

Hutu berdiri dan ingin diskusi dengan Mimi, namun setelah membuka pintu kamar, ternyata Mimi telah ketiduran.

Hutu memundurkan langkahnya dan duduk kembali ke atas sofa.

Ponsel Raven tetap saja dalam keadaan tidak aktif.

Hutu tidak tahu apakah Raven telah terjadi sesuatu, atau bagaimana keadaannya ?

Rasa kepanikan membuat Hutu kehilangan kemampuan dalam menghadapi masalah.

Apabila dia memejamkan mata, di dalam pemikirannya akan muncul berbagai adegan yang tidak harus terjadi, semua adegan ini bagaikan rekaman yang terus berputar di dalam pemikirannya.

“Ting Tong.”

Sebuah pesan masuk lagi ke dalam ponselnya.

“Lupa bilang, anak, sudah selesai membereskannya juga.”

Seluruh saraf otak Hutu menjadi putus dalam seketika, ponselnya juga langsung terjatuh dari tangannya, dia kepikiran bubur yang pernah dibahas dalam pesan pertama, baru mengingat kembali kesakitan pada perutnya di pagi tadi.

Setelah memejamkan matanya, air mata langsung menetes keluar.

Mereka bahkan melakukan hal yang begitu kejam, apa yang dapat dilakukannya lagi ?

Selain merasa marah, kesal, dan putus asa, Hutu tidak bisa mendapatkan gambaran lainnya lagi.

Hutu mengambil ponsel dan mengirim pesan untuk Raven, “Paman muda, mereka tidak dapat menerimaku, juga tidak dapat menerima kehadiran anak ini, anak kita telah keguguran, aku ingin pergi, aku tidak tega denganmu, pada kehidupan selanjutnya, semoga aku masih bisa menjadi kekasih kamu lagi, dalam sisa hidup ini, kamu harus menjaga kesehatan diri, harus menemukan seseorang yang mencintaimu lagi, dan hidup baik-baik.”

Selesai pesannya terkirim, Hutu berdiri dan beranjak ke dapur dengan tampang putus asa, lalu mengambil sebuah pisau buah-buahan.

Mungkin kepergian anaknya membuat dia terasa sakit hati, mungkin juga dia tidak tega untuk meninggalkan Raven, mungkin juga karena kekejaman keluarga Ningga membuat dia terasa putus asa, sehingga pada saat pisau tajam tersebut mengiris pada pergelangan tangannya, dia bahkan tidak merasakan rasa kesakitan apapun, fisik dan batinnya sepertinya telah mati rasa.

Seiring dengan kesadarannya yang mulai memudar, genangan darah di lantai juga semakin banyak, di dalam pemikiran Hutu pada saat ini, hanya tersisa adegan masa lalu tentang dirinya dan Raven.

Hutu tidak ingin meninggalkannya dengan cara seperti ini, dia tidak ingin membiarkan Raven merasakan kesedihan karena kehilangan dirinya.

Akan tetapi, Hutu juga mengerti, orang keluarga Ningga bahkan tega membunuh anaknya, tandanya mereka memang tidak akan bisa menerima dirinya lagi.

Sementara dirinya juga tidak tega untuk meninggalkan Raven, kecuali mati.

Keluarga Ningga.

“Kamu bilang apa ? Bunuh diri ?”

Ponsel kakek Ningga langsung terjatuh ke lantai, reaksi wajahnya juga berubah drastis.

Novel Terkait

Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu