Cantik Terlihat Jelek - Bab 266 Hamil

Mikasa melemparkan tasnya ke lantai dan duduk di atas bangku untuk ganti sepatu dan berkata dengan perlahan : "Dia di gudang"

"Gudang? Mikasa, kenapa kamu begitu dengan adikmu?"

Mikasa baru saja mau berkata, suara marahan kakek sudah berdering, "Benar-benar terlalu kelewatan, kakak itu seperti ibu, tetapi tindakanmu ini seperti apa?"

Iya, Levi boleh melakukan apa saja terhadap kakaknya sesuka hatinya, Mikasa hanya ingin memberikan Levi sedikit pengajaran makanya dia mengurung Levi di gudang, berpikir tentang masalah Levi lakukan terhadap ayah, Mikasa sangat ingin memukul Levi.

"Apa yang dia perbuat, kalian boleh tanya ke dia sendiri" Setelah itu, Mikasa langsung mematikan telepon.

Mikasa benar-benar tidak mengerti keluarga ini adalah manusia apa.

Hanya saja, Mikasa baru keluar dari kamar mandi, paman kedua meneleponnya lagi, "Halo....."

"Mikasa, tadi kakek ada di sini, paman kedua tidak bisa berkata banyak, kakek sudah tua, sehingga dia tidak mengerti, kami tahu personalitas kamu, kami tahu kamu pasti tidak akan melakukan hal seperti itu, Levi dari kecil sudah memang nakal dan tidak mau menurut, paman kedua percaya kamu dari dalam hati"

Percaya Mikasa? Bukan percaya uang?

Mikasa hanya menjawab iya.

"Kalau begitu, awal bulan depan, Jessy menikah, kamu dan Gary harus datang ya"

menikah? Gary? Mikasa menarik sebuah nafas dan mulai meragu.

"Mikasa, kalau kamu tidak datang, berarti kamu memandang rendah paman, memandang rendah Jessy" Melihat Mikasa ragu, paman kedua langsung menambah lagi.

"Baik, aku tahu"

Mikasa mematikan telepon dan baring di atas sofa, kepalanya terasa sakit.

Tiba-tiba, "Mikasa......."

Suya berteriak dengan suara besar dari kamar mandi.

Secara refleks Mikasa langsung berdiri dan lari ke kamar mandi, kemudian Mikasa mengetuk pintu, "Suya, kenapa?"

Tidak ada reaksi, Mikasa mencoba untuk membuka pintu, "Suya apakah kamu mendengar aku?"

Pada saat Mikasa mau menabrak pintu, pintu pun terbuka dari dalam.

Suya melihat ke Mikasa dengan wajah yang sudah dibasahi air mata, hidungnya juga sudah memerah, Suya menangis sampai riasannya menjadi berantakan.

Mikasa ingin bertanya Suya kenapa, tetapi tatapan Mikasa tertuju ke barang warna putih yang sedang Suya pegang.

"Ini adalah?"

Suya menyerahkan barang tersebut kepada Mikasa, kemudian Suya pun mulai menangis, tiba-tiba Mikasa menjadi bingung.

"Pengetes kehamilan"

Mikasa mengerutkan alisnya, dia mengambil alat tersebut dan melihat hasilnya menunjukkan dua garis warna merah, satu garis warnanya tidak terlihat begitu dalam.

"Ini berarti apa? Hamil atau tidak?"

Pada saat melewati sebuah apotek tadi, Suya berkata dia mau membeli sedikit barang, Mikasa juga tidak bertanya banyak, dia hanya melihat Suya membawa sebuah kantong keluar, kemudian langsung pergi ke kamar mandi setelah sampai di rumah.

Tetapi, Suya benar-benar buru-buru, tadi pagi dia baru berkata masih ada beberapa hari.

Kecepatan ini,,,,,,,

Suya memeluk leher Mikasa dan mencium pipinya selama beberapa kali.

Jawabannya sudah jelas, Mikasa mengulurkan tangannya untuk memeluk Suya, "Hasilnya kamu hamil kan?"

Suya mengangguk.

Setelah satu jam.

Mereka berdua akhirnya sudah lebih tenang.

Suya dan Mikasa duduk di atas sofa dan mulai berpikir bagaimana selanjutnya?

Mikasa menyuruh Suya memberi tahu masalah ini kepada Eren, bisa jadi Eren bersikap lebih baik kepada Suya karena dia telah mengandung anaknya.

Tetapi Suya bersikap keras kepala bahwa dia tidak mau menggunakan anak untuk mengikat Eren selamanya.

"Tidak boleh, melihat dari sikap dia terhadapku sekarang, kalau dia tahu aku hamil, dia pasti akan menyuruh aku aborsi. Aku pikir, aku akan berusaha lebih sering bersamanya sebelum perutkmu membesar, kalau dia tetap tidak bisa menerima aku, aku akan menyerah saja, lalu aku akan membesarkan anakku sendiri"

Mendengar kata-kata Suya, Mikasa merasa wanita ini sudah gila.

"Kamu seorang wanita mau membesarkan anakmu sendiri, Suya, apakah kamu gila?"

Suya menatap ke Mikasa dan memegang tangannya, kemudian menggambar kata cinta di tangan Mikasa, "Mikasa, kalau kamu mengandung anak Gary, tetapi dia sudah tidak mencintaimu, apakah kamu akan membawa anak itu dan menikah lagi?"

Tiba-tiba Mikasa pun menjadi diam, kalau tidak ada anak, bisa jadi dia akan sembarang mencari satu orang dan menikah lagi.

Tetapi, kalau sudah mengandung anak Gary, Mikasa.... seharusnya tidak akan menikah lagi.

Melihat Mikasa tidak berbicara, Suya sudah tahu pilihan Mikasa itu sama dengan dirinya.

Gary pulang pada saat hampir jam makan malam, waktu itu Mikasa dan Suya sedang melipat baju di kamar, melihat Gary masuk, Mikasa merasa sedikit kaget, "Kamu tidak lembur hari ini?"

Gary melihat ke Mikasa kemudian melihat ke Suya dengan wajah yang ingin berbicara tetapi tidak bisa.

Melihat ekspresi Gary, Suya berpikir sepertinya Gary ada sesuatu mau berkata dengan Mikasa, akhirnya Suya mencari sebuah alasan dan keluar dari kamar, bahkan Suya juga membantu mereka menutup pintu kamar.

"Kenapa? Begitu misterius"

Gary memeluk Mikasa dari belakang, "Tidak apa-apa. aku hanya kangen kamu tiba-tiba, sangat kangen"

Mikasa merasa sebuah cinta besar terbang melewati hadapannya, dia meletakkan kepalanya di pelukan Gary dengan malu, "Bukannya kita baru berpisah?"

Tiba-tiba, Mikasa teringat sesuatu, sehingga dia berputar balik badannya dan melihat ke Gary, "Apakah saudarimu itu sudah ada informasi?"

Sudut mulut Gary terangkat, dia mencium dahi Mikasa, "Apakah kamu tahu pada saat seperti ini berbicara tentang ini sangat merusak suasana?"

Mikasa melamun sejenak, setelah itu dia menjilat bibirnya dan memandang ke lantai, "Kalau begitu aku tarik kembali kata-kataku"

"Meskipun aku tidak tahu dia dimana sekarang, tetapi yang bisa dipastikan adalah orang yang kamu lihat kemarin itu benar-benar adalah dia"

"Apa? Benar adalah dia, berarti kakinya......"

"Dia pura-pura" Gary berkata.

"Mengapa?"

"Apakah kamu bodoh? Tentu saja demi mencari perhatian suamimu" Suya mendorong pintu masuk.

Mikasa melihat ke Suya kemudian melihat ke pintu kamar dengan alis mengerut, "Kamu tidak pergi tadi? Kamu mendengar percakapan kita?"

Suya melihat ke arah lain dan mengeluarkan sebuah batuk kecil, "Itu, aku hanya penasaran kalian mau berbuat apa?"

Secara refleks, Mikasa melihat ke Gary, Gary menyentuh dahinya sendiri dan berdiri, "Kalian berbicara saja, aku pergi ke luar"

Melihat bayangan belakan Gary, Mikasa mencubit paha Suya dan meliriknya.

Suya menarik sebuah nafas dan berkata dengan serius, "Aku hanya kangen kamu tiba-tiba, woh, hati wanitaku ini jatuh ke lantai sampai hancur"

Mikasa menutupi wajahnya, "Kamu... kamu tidak tahu malu, menguping orang berbicara"

"Cukup ya? Aku tidak mendengar apa-apa juga? Aku masih mengira aku bisa melihat penampilan luar biasa? Benar-benar sayang sekali"

Melihat wajah Suya yang sedih, Mikasa selama waktu bertahun-tahun ini, dirinya benar-benar dipengaruhi oleh Suya.

Suya melihat ke Mikasa dari atas sampai bawah, sebenarnya penampilan Mikasa benar-benar sangat cantik, pada saat pandangan pertama, kamu akan merasa biasa saja, tetapi seiring waktu berjalan, Mikasa benar-benar terlihat sangat cantik, Gary benar-benar pintar memilih istri.

"Oh ya, kamu tadi bilang saudari dia berpura-pura, apa maksud itu?"

Mikasa melihat ke Suya, kemudian melihat ke pintu kamar secara refleks, ini adalah masalah pribadi orang lain, Mikasa berpikir apakah dia mau memberi tahu Suya.

"Cepat katakan, apa yang terjadi, dengan aku juga sudah ada rahasia ya?"

Novel Terkait

Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu