Cantik Terlihat Jelek - Bab 66 Pria Misterius Yang pergi Melihat Ibu

Bab 66 Pria Misterius Yang pergi Melihat Ibu

"Bisakah kamu membawaku ke stasiun kereta api?"

"Aku akan membawamu pulang."

"Aku tidak akan kembali ke Daerah Ciput. Aku ingin melihat ibuku."

"Tapi …...."

"Yuta, Bisakah kamu membiarkan aku menenangkan diri sejenak?"

Yuta mengangguk.

Duduk di dalam kereta api, dia ragu untuk turun ketika dia mendengar bahwa perhentian berikutnya adalah Daerah Wol, tapi akhirnya dia turun juga.

Dia ingin melihat ibunya dan mengatakan kepadanya bahwa lelaki itu sedang mencarinya.

Dia tiba-tiba berpikir, jika suatu hari pria itu tahu kematian ibunya, tidak tahu apa reaksinya?

Berjalan ke kuburan, agak jauh kedalam, dia melihat buket bunga segar di depan batu nisan. Dia terkejut. Jelas bahwa seseorang telah mengunjungi ibunya.

Siapa?

Ibu dimakamkan di sini, kecuali paman yang bertetangga dengan mereka, tidak ada lagi yang tahu, tetapi, melihat dari karangan bunga, dikemas dengan mewah, paman yang sangat pelit itu, sepertinya tidak mungkin membelinya.

"Paman, bisakah kamu menunjukkan video pengawasan cctv kepada aku di sini? aku ingin melihat siapa yang datang untuk melihat ibuku." Di kantor penjaga kuburan, Sherin selalu bertanya kepada paman penjaga.

"Nona, cctv pemantauan disini kebetulan rusak tempo hari. Dikatakan bahwa akan ada seseorang yang dikirim kesini untuk memperbaikinya. Tapi sampai sekarang orang itu belum datang!"

Sherin mengangguk. "Lalu, Paman, apakah kamu melihat orang yang baru saja mengunjungi tempat itu? Siapa orang itu?"

Paman melihat ke atas tangga mengikuti arah yang ditunjuk oleh jarinya. Cuaca hari ini tidak terlalu baik, juga bukan hari libur. Tidak banyak pengunjung, jadi dia ada sedikit gambaran.

"Seorang pria berusia sekitar 50 tahunan, tinggi, kurus, dan gagah."

Seorang pria yang berusia lima puluhan? Meskipun paman yang bertetangga dengannya juga tinggi, tapi tidak terlalu kurus, tua, sedikit gemuk.

Bukan dia. Siapa lagi? Kenapa dia bisa tahu kuburan ibunya ada di sini.

Setelah mengucapkan berterima kasih, Sherin kembali ke kuburan ibunya dan duduk di depan batu nisan ibunya. Dia punya banyak pertanyaan di benaknya, tetapi pada akhirnya dia tidak bisa mengatakan sepatah kata pun.

Bingung dalam waktu yang cukup lama, Sherin malah rebahan dan tertidur di kursi batu dalam keadaan linglung.

Sampai telepon ponselnya berdering.

Dia mengerutkan kening, mengeluarkan ponselnya dan melihatnya. Itu adalah Devan.

"Halo."

"Kamu dimana?" Ada nada kemarahan di suara itu.

"Ada Apa ?" Dia menegakkan tubuh dan menggosok matanya.

"Aku bilang aku akan datang di malam hari. Mengapa kamu tidak berbicara denganku kalau kamu pergi?"

Sherin menyipitkan matanya dan menarik napas. Dia sepertinya mengatakan itu di pagi hari, tetapi Sherin baru saja melupakannya. Ha-ha, dia terpikir sejenak kemudian dia berkata, "Maaf, aku lupa."

"Dimana kamu sekarang?" Tanpa diduga, pria di ujung telepon seluler itu tidak marah, tetapi bertanya dengan penuh kesabaran.

"Di Daerah Wol ."

"Apa yang kamu lakukan disana?"

"Datang melihat ibuku."

Devan rupanya terkejut. "Kirim lokasi kamu dan aku akan menjemputmu."

Sherin ingin mengatakan tidak usah, tetapi teleponnya telah ditutup.

Ke Wechat Devan, mengirim dan berbagi lokasinya.

Melihat itu, dia jadi ragu-ragu, akhirnya dia meninggalkan kuburan, naik bus yang terakhir, pergi ke kota, tempat dia dulu tinggal.

Dalam beberapa tahun terakhir, dia dan ibunya pindah banyak tempat. Ibunya tidak bisa tidur nyenyak. Kadang rumah yang mereka tempati terlalu dekat dengan jalan raya. Dia tidak menyukai tempat tersebut. Belakangan, dia mencoba mencari di banyak tempat untuk menemukan tempat tinggal yang cocok,akhirnya menemukan rumah yang berhalaman luas dan mempunyai beberapa pintu masuk ini.

Mereka jarang bergaul dengan tetangga mereka, mereka bisa akrab dengan paman sebelah rumahnya karena ibunya suka bunga, dan paman itu pintar menanam bunga dan tanaman.

Setelah sekian lama, Sherin menjadi lebih akrab dengan mereka.

Setelah ibunya meninggal di rumah sakit, dia hanya memberi tahu paman itu saja.

Hari ini, dia datang ke sini untuk bertanya apakah pria yang mengirim bunga ke makam ibunya hari ini mungkin dikenal oleh paman itu.

Dia mendekati halaman rumah yang dikenalinya, tetapi tidak menduga kalau halaman itu kosong dan dia ingat ketika dia pergi beberapa bulan kemudian,halaman itu masih harum penuh dengan bunga, sekarang hanya menyisakan beberapa pot kosong.

"Kakak, kamu sudah kembali?" Sherin berbalik, melihat seorang gadis berseragam sekolah, memegang minuman dan menatapnya. Sherin tersenyum. Ada empat keluarga di komplek kecil ini. Gadis kecil ini dan orang tuanya tinggal di sini juga.

"Oh, kamu sudah pulang sekolah ya. Yah, aku di sini untuk bertanya kepada paman yang tinggal di sini sebelumnya. Apakah kamu tahu ke mana dia pergi?"

Siswa itu menyesap minumannya dan mengerutkan kening. "Kakak, setelah kamu pergi, dia pergi beberapa hari kemudian. Kami tidak tahu kemana dia pergi." Setelah itu, dia ambil kunci dari dalam tas dan membuka pintu.”

"Oh, ya, kakak, paman itu meninggalkanmu sepucuk surat, tunggu, katanya, jika suatu hari, kamu akan kembali, meminta aku memberikannya padamu." Gadis kecil itu sambil berkata sambil membungkuk di depan laci mejanya, dia mengeluarkan sebuah amplop dan menyerahkannya kepada Sherin.

Sherin tersenyum padanya, berterima kasih padanya, berbalik dan meninggalkan halaman rumah itu.

Ketika dia keluar, dia tanpa sadar mengencangkan genggaman amplop di tangannya dan menyeka bibirnya. Dia hanya ingin cepat membuka segelnya. Tapi baru disobek setengah, ponsel di tasnya berdering.

Sherin mengeluarkan ponselnya.

"Belok kiri, 300 meter di kanan."

Sherin pikir dia sedang bercanda. Lagi pula, Daerah Pelangi juga jauh dari sini. Dia baru saja keluar dari jalan dan memutar kepalanya ke kanan. Dia benar-benar melihat Devan berdiri dekat sana dengan tangan di sakunya.

Melihatnya keluar, dia datang ke arahnya. "Bukankah tadi bilang mau melihat ibumu? Bagaimana kamu kok bisa sampai di pusat kota ini?”

Beberapa hal, Sherin tidak tahu bagaimana menjelaskan kepadanya, jadi dia sengaja hanya tertawa dan berkata, "Di sini, sebelum ibuku meninggal, tempat kami tinggal bersama. Ketika sudah tiba di sini, saya ingin melihat-lihat, mengapa kamu bisa begitu cepat sampai sini? "

Devan hanya bilang "Hmm", tidak menjawab, dan tidak banyak bertanya lagi.

Setelah berjalan beberapa ratus meter, Sherin melihat mobil yang dikenalnya.

"Kamu kepingin makan apa? Aku bawa kamu makan sesuatu, lalu kembali.”

"Apa saja boleh "

"Baik!"

"Bagaimana kalau kita pergi dan makan hot pot? Yang pedas itu? "Ketika dia melihat alis Devan naik turun, dia tidak bisa menahan tawanya. Bangsawan seperti dia, dia tidak akan mempercayainya kalau dia benar-benar akan setuju makan itu.

Hanya saja...

Ketika mobil berhenti di pintu masuk restoran hot pot Pedas Level, Sherin tahu dia telah meremehkan pria itu.

Melihat wajah Sherin yang bengong, Devan membungkuk dan membantu melepaskan sabuk pengamannya. Aroma tubuh yang harum menerpa wajahnya. Sherin tidak bisa menahan diri dan menelan air liurnya, dia melihat mulut Devan bergerak naik.

Mendorong pintu dan keluar dari mobil, Devan merentangkan lengannya yang panjang, lalu menggenggam tangannya, jantung terasa berdebar tidak karuan.

Devan begitu gagahnya, bahkan saat ini, dia hanya mengenakan mantel hitam . Temperamen bawaannya sudah cukup untuk membuat orang memandangnya dua kali.

Sherin menunduk melihat dirinya sendiri, jaket hitam, celana jeans, sepatu bot yang berat ….....

Mata orang yang lewat menoleh ke arah mereka, dan terdengarlah segala macam bisikan.

"Wah, apakah matahari terbit dari Barat hari ini? Tuan muda Devan benar-benar mengunjungi restoran kami." Sebelum mereka masuk kedalam restoran, sudah ada suara riuh dari dalam.

Novel Terkait

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu