Cantik Terlihat Jelek - Bab 618 Berdarah, Apakah Ini Ambeien?

Aderlan meletakkan satu tangannya ke dalam saku celana, dia menjawab dengan santai, “Jangan bicara dulu, dia juga bisa disebut sebagai sebagian dari karyawan Grup Mo, sekarang terjadi masalah pada anaknya, datang menjenguk juga hal yang wajar, lagi pula, kamu sudah mengambil banyak gaji dimuka, aku juga harus datang datang untum memastikan, bukan?

Bagian terakhir, Rozi merasa dia hanya berbasa-basi saja.

Bagaimana keluarga Mo bisa mempedulikan uang sekecil ini, dan nyali dari mana hingga dia berani berbohong.

Mengenai bagian awal dari apa yang dia katakan, Rozi tau, Tuman bekerja di salah satu perusahaan yang berada di bawah naungan Grup Mo.

Hanya saja, Aderlan baru saja kembali, lagian, dengan usianya yang sekarang ini, bagaimana dia bisa tau mengenai masalah Tuman ?

Jantung Rozi berdegup dengan kencang, melalui kaca di dalam lift, dia memandangi Aderlan, dia mengenakan bomber jaket putih, celana panjang hitam, dia terlihat sangat muda.

Dia dan cara bicaranya yang tenang dan kepribadiannya, sama sekali tidak cocok.

Jangan-jangan, dia sudah mencari tau mengenai Tuman ?

Atau bahkan, dia mencari tau sendiri?

Dengan itu, dia menarik nafas, untungnya dia sudah menyuruh orang untuk melakukan reparasi lebih awal.

Di dalam ruangan ICU, Tuman sedang menepuk punggung Dodo, bibinya berdiri di samping, dua hari ini, kondisi gadis kecil ini kurang baik, dia terkadang demam, terkadang sesak nafas.

Rozi mengetuk pintu kaca, memberi isyarat pada Tuman untuk keluar.

“ Tuan Keempat, kenapa Anda berada disini?”

Saat melihat Aderlan, dia sangat terkejut, dia bahkan seperti tidak tau harus melakukan apa.

Rozi memberikan kartu yang ada di tangannya kepada Tuman, “ Tuan Keempat telah mendengar kondisi Dodo, dia datang untuk memberikan uang!”

Tuman melihat kartu itu, dia tidak bereaksi apa-apa, setelah beberapa saat, dia baru menatap Aderlan, air mata memenuhi matanya, dia tidak mengatakan apapun dan langsung berlutut di depan Aderlan,

“ Tuan Keempat, kebaikan Anda, Saya pasti....”

“Jangan berlutut padaku, jika kamu mau berlutut, kamu bisa....”

“ Bang Tu, kamu cepat berdiri, kamu seperti ini sudah mengagetkan banyak orang, aku hanya pergi menemani Tuan Mo latihan, lalu menceritakan tentang masalah Dodo, jadi, dia mengulurkan tangan.”

Dia takut jika Aderlan mengatakan masalah mengenai gaji yang dibayarkan dimuka, jadi dia dengan segera memotong perkataan Aderlan.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Rozi, Aderlan menatap Rozi dengan penuh arti, Rozi hanya mengedipkan matanya.

“Cepat proses operasi anak!”

Aderlan menangkap kodenya, dia melihat ke dalam sembari mengatakan, alisnya juga dikerutkan, “Kalau begitu Saya pergi dulu.”

Tuman ingin mengatakan sesuatu lagi, Rozi segera menyodorkan kartu ke tangannya, “Kamu pergi urus prosedur rumah sakit terlebih dahulu, aku akan mengantarkan Tuan Keempat.”

Saat tiba di pintu lift, Aderlan melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap Rozi dari atas ke bawah, “Sangat setia kawan!”

Dia tertawa sedikit, “ Tuan Keempat juga tidak buruk!”

Mungkin karena masalah ini, kedua orang ini lebih mengenal satu sama lain lagi.

Jelas Rozi sering mengubah cara pandangnya terhadap Aderlan, biasanya dia juga tidak begitu membenci Aderlan, meskipun mereka tidak bisa menjadi pasangan suami istri, menjadi teman, juga bukan hal yang terlalu buruk.

Dalam setengah bulan ini, Aderlan sering memanggilnya pergi ke klub untuk latihan.

Dalam beberapa kurun waktu ini, Dodo menjalani operasi, operasi sangat sukses, kini dia sudah dipindahkan dari ruang ICU ke ruang rawat biasa.

Hanya saja jantung dan paru-parunya masih belum berfungsi normal, masih perlu dirawat untuk beberapa waktu.

Hari ini, seperti biasa, dia menemani Aderlan untuk latihan, setelah mereka latihan beberapa waktu, terlihat bercak darah di lantai, awalnya Rozi juga tidak sadar.

Saat Aderlan berhenti dan menunjuk bagian bokong Rozi, “Kamu...terluka?”

Kata “tidak”belum sempat diucapkan oleh Rozi, dia baru sadar apa yang telah terjadi.

Dia membungkukkan pinggangnya, dan secara sadar menutup bagian bokongnya, setelah dia gagap untuk beberapa saat, baru mengatakan, “Ambeien, mungkin sudah pecah.”

Setelah mengatakan itu, dia sengaja meringis kesakitan.

Aderlan tiba-tiba membalikkan badan, lalu berjalan ke belakangnya, “Darah yang keluar cukup banyak, lepas bajumu, biar aku lihat-lihat.”

Lepas baju lihat...lihat lihat?

Kenapa seintens ini, bahkan jika dia pria, ini juga ambeien? Dia masih mau lihat?

Rozi terdiam di tempat, dia mendongkak dan melihat Aderlan, lalu tertawa kecil, “Tidak tidak tidak, aku akan pulang dan merawatnya.”

Setelah mengatakan itu, dia berjalan mundur lalu melambaikan tangannya sembari kabur dari sana.

Saat sampai di rumah, Rozi melihat celana dalamnya yang sudah kotor, lalu teringat kata-kata Aderlan yang menyuruhnya untuk melepas baju, wajahnya langsung memerah.

Bagaimana pun dia juga masih seorang gadis, sebesar apapun hatinya, dia juga masih bisa merasa malu.

“Ding dong”, ponselnya berdering menandakan adanya pesan masuk.

Dia mengangkat ponselnya, dan melihat, diluar dugaan, ternyata Aderlan.

“Ambeien parah, harus pergi periksa ke dokter.”

Rozi menghela nafas, dan membalas pesan, “Tidak parah.”

Saat dia hendak mengirimkan pesan itu, dia berpikir, kemudian menghapus isi pesan itu dan mengetik ulang, “Sudah pecah, mungkin beberapa hari ini tidak bisa menemanimu latihan.”

Setelah mengirimkan pesan, dia meletakkan ponselnya di sisi lain, dia mengambil baju dengan wajah yang memerah dan pergi mandi.

Setelah dia membereskan semuanya, dia melakukan panggilan video kepada Tuman, nanum tidak diangkat, lalu dia menelepon rekan kerja yang pergi menjenguk Dodo hari ini.

Dan baru diketahui, bahwa keadaan Dodo sore ini memburuk, katanya terjadi infeksi di bagian paru-paru, sehingga dia muntah darah.

Dia dengan tergesa-gesa memakai make up, dan mengambil sebuah topi, lalu dengan cepat turun ke bawah.

“ Bang Tu, ada apa? Bukannya kemarin baik-baik saja?”

Dia melihat Tuman yang berjongkok di depan ruangan UGD, dan bertanya.

Tuman memegangi kepalanya dengan kedua tangannya, setelah beberapa saat baru berdiri, namun matanya terlihat muram.

“Dokter sudah mengeluarkan pemberitahuan kondisi kritis.”

Setelah dia mengatakan beberapa kata itu, dia bersandar di pintu, wajahnya sangat pucat, awalnya badan Tuman terlihat lebih berisi, sekarang ini, dia sudah sangat kurus.

Rozi terhuyung mundur, dia sekarang ikut bersandar di dinding.

“Kita masuk dan katakan di dalam.”

Setelah pintu ruang UGD terbuka, dokter hanya mengatakan beberapa patah kata sambil menggelengkan kepala, dia menghela nafas dan kemudian pergi.

Tuman langsung berlutut di atas lantai, di terus megetokkan kepalanya ke lantai.

Suara ketukan demi ketukan terus saja terdengar, membuat hati Rozi ikut bergetar dengan suara ketukan itu.

Dia melangkah maju dan memeluk kaki dokter, “Dokter, tolong Anda lakukan cara lain, anak itu masih sangat kecil.”

Dokter hanya diam di tempat, badannya sedikit membungkuk, dan melepaskan tangan Rozi, “Anak itu masih terlalu kecil, kami sudah berusaha keras dalam operasi ini.”

Tangan Rozi jatuh.

Saat ini, ada orang yang mendekatinya, “Mungkin, kamu bisa pergi mencari orang ini, jika kamu bisa mengundangnya, mungkin masih ada harapan.”

Rozi segera berdiri, dan melihat orang itu, dia mengenakan pakaian OB.

“ Rendez Pei, dia ahli dalam bidang ini, namun, orang biasa tidak bisa mengundangnya.”

Novel Terkait

King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu