Cantik Terlihat Jelek - Bab 5 Masak Mie

Bab 5 Masak Mie

“Apa kamu bilang….” tanya Devan dengan nada dengan penuh keraguan dan pandangan kedua mata yang tajam memandang Dylan yang saat itu melaporkan sesuatu.

Devan memberi aba-aba untuk diam ke Dylan, dia yang kemudian pun beranjak dan keluar dari ruangan itu. Sulit mengerti apa yang dipikirkan oleh segerombolan wanita-wanita yang mendekati laki-laki seperti ini? tidak berperasaan sedikit pun.

Saat makan malam, Simon dengan alasan tidak enak badan meminta Sherin membawa makan malamnya ke kamar, melihatnya makan dengan lahap dan terburu-buru, Sherin yang berfirasat bahwa anak ini mecari alasan ini hanya karena tidak suka Gabriel, lalu berkata “kamu makan pelan-pelan saja, tidak ada orang yang mau rebutan sama kamu.”

Hari kedua mereka yang seharusnya berencana berlayar dengan kapal pesiar, tapi malam itu kurang lebih jam 9, Devan menerima telpon dan kelihatannya ada hal penting yang terjadi, kemudian dia membawa beberapa orang pulang terlebih dahulu.

Suasana bar yang berisik dan semberawut, bahkan irama musik yang menusuk telinga itu masih bisa terdengar walau ruangan itu tertutup oleh pintu yang tebal dan besar itu.

Ruang VIP

Jari jemari Devan yang langsing itu memegang gelas wine yang diputar-putar olehnya membuat cairan berwarna merah di dalam gelas itu mengikuti gerakan irama tangannya.

“Bawa ke sini orang itu.”

Suara bok…. terdengar seiring dengan wanita yang dibawa masuk ke ruangan itu, terjatuh ke lantai.

Wajah yang cantik, penampilan yang memukau ini sangat tidak serasi dengan di tempat seperti ini, namun semua orang yang datang ke tempat ini tahu bahwa wanita ini hanya menyamar saja.

“Ayo.. ulangi lagi semua yang kamu katakan tadi.” perintah Hansen yang kemudian memandang Devan dan memberi kode mata.

Devan mengambil gelas wine-nya dan menghabiskan wine itu sekali teguk, lalu berkata “kalau kamu berbohong, hati-hati lidahmu.” meski dengan dia berkata dengan nada yang terasa tenang, namun semua orang dalam ruangan itu tahu benar Devan benar-benar bisa melakukan hal tersebut, ini semua hanya masalah dia mau atau tidak bukan karena masalah berani atau tidak.

Wanita itu segera berlutut dan bersujud menjawabnya,”Aku waktu itu dipaksa oleh mereka, mereka…, mereka yang menyuruhku memasukkan obat bius di minumanmu, lalu… lalu mereka mengambil…. spermamu.”

“Siapa mereka?” tanya Devan

“Papa…papamu…” jawab wanita itu dengan suara yang sedikit gemetaran dan sama sekali tidak berani berbohong lagi. Wanita ini sangat menyesal karena sudah minum terlalu banyak hingga mabuk dan mengatakan hal-hal yang tidak seharusya dia katakan.

“Lalu, siapa perempuan itu?” usutnya lagi.

“Aku tidak tahu, benar… tidak tahu, awalnya aku berencana aku saja yang mengandung.., tapi ayahmu melarang dan menolak ideku, kemudian memberiku sejumlah uang untuk pergi ke tempat lain. Sekarang aku sudah kehabisan uang, makanya kembali lagi ke sini…, aku…”

“Bawa dia, sampai kapanpun aku tidak mau bertemu dengan muka ini lagi.” perintah Devan yang mulai marah dan tiba-tiba memotong perkataan wanita itu.

“Bos.. tolong lepaskan aku, aku berjanji tidak akan pernah mengungkit-ungkit hal ini lagi.”mohon wanita itu sambil memegang bagian bawah celana Devan, dengan wajah yang bercucuran air mata terlihat sangat kasihan memohon ke Devan.

Sayangnya….. sudah terlambat.

“Bawa dia pergi.” peritah Devan dengan sedikit keras, namun hatinya merasa lega karena setidaknya ibu Simon bukan wanita murahan seperti itu dan tidak seharusnya wanita seperti itu.

Dylan membereskan cangkir-cangkir di meja bar, dan menepuk pundak Devan lalu berkata “Seharusnya papamu tidak mungkin mau mencelakaimu, bagaimanapun wanita itu adalah ibu dari anakmu, dia tidak mungkin mencari wanita sembarangan. Ditambah lagi, anakmu begitu tampan, aku rasa seharusnya ibunya juga tidak terlalu jelek.”

Devan tidak menjawab apapun, dan merenung dia benar-benar tidak mengerti kenapa dulu papanya merencanakan semua ini, apa tujuan dari semua ini. Kalau tujuannya hanya supaya dia mempunyai anak, ini hanyalah masalah waktu saja, dan tidak perlu sampai menggunakan cara seperti ini, mengigat waktu itu Devan masih sangat muda.

“Kalau menurutku, orang yang paling sial itu, Gabriel. Dia tiba-tiba saja harus menjadi ibu tiri anakmu. Ke depannya kamu harus baik-baik terhadapnya.” jelas Dylan yang kemudian dibalas dengan lototan oleh Devan.

Terpikir akan Gabriel, Devan menambahkan wine lagi dan meminum habis dengan satu teguk. Dia berhutang sangat banyak dengan Gabriel dari kecil sampai besar.

Devan membuka kancing lengan bajunya, dan melihat ke atap sejenak lalu berdiri mengambil jaketnya sambil memandang Dylan dan berpesan “makanya, acara pertunangan bulan depan kamu harus buat semeriah mungkin.”

Dylan menengok Devan dengan lirikan mata seolah bertanya dan tidak mengerti, bukan aku yang mau tunangan, juga bukan aku yang berhutang, kenapa aku yang harus mikir?

Ketika Devan sampai di rumah, dia melihat lampu kamar Simon masih menyala, waktu jam tangannya menunjukkan pukul 1 dini hari, larut malam seperti ini biasanya Simon sudah tertidur, sambil berpikir dia pun membuka pintu kamar itu, dia melihat ibu dan anak itu tertidur di ranjang.

Sherin yang tidurnya tidak pernah pulas semenjak ibunya sakit itu pun mendengar suara pintu, namun karena masih sedikit mengantuk masih belum terlalu sadar dari tidurnya, ketika dia mendengar langkah kaki masuk, seketika itu juga Sherin langsung tersentak duduk.

Devan berdiri di kepala ranjang, memandang Sherin dengan raut mukanya yang suram.

“Tadi aku menemainya ngobrol, karena sedikit mengantuk akhirnya tertidur di sini. Bos kamu baru pulang?” jelas Sherin yang lalu berdiri dan menyelimuti Simon, kemudian menganggukkan kepala ke Devan dan berkata ”Aku kembali ke kamarku!”

Sherin yang mau keluar dari kamar berjalan melewati Devan, bau harum itu tercium bersamaan dengan udara yang masuk ke hidung Devan, membuatnya menelan air ludah karena tiba-tiba merasa kerongkongannya kering.

“Tolong masakkan aku mie, aku belum sempat makan malam tadi. Ditambah minum wine kebanyakan, sekarang perutku terasa tidak enak.” panggil Devan.

Mendengar perintah Devan ini membuat Sherin merasa aneh dan terdiam sejenak karena dari awal sudah diberitahu bahwa tugasnya di rumah ini hanya mengurus Simon saja. Tapi sekarang bos menyuruhnya masak mie, apakah dia boleh menolaknya?

Gimanapun pria dan wanita tengah malam seperti ini berdua saja tidak terlalu pantas, tapi ya sudahlah melihat kondisi sekarang ini juga tidak mungkin membuat Devan berpikir hal-hal lainnya, tapi dia tetap saja tidak mau terlalu banyak berinteraksi dengan laki-laki ini.

Laki-laki itu, meremehkan Sherin.

Sherin, juga tidak mau sampai memiliki perasaan terhadap laki-laki ini.

“Mie semangkuk, 1 juta.” lanjut Devan.

Sherin tidak menjawab sepatah kata pun, menundukkan kepalanya. Memang, punya uang itu enak, dulu kalau saja saat ibuku sakit kita punya uang, aku juga tidak perlu……

Devan mulai sedikit tidak sabaran melihat Sherin yang masih saja ragu.

Wanita ini kerja di sini sudah hampir setengah bulan, tapi sikapnya yang tidak mau peduli dan tawar terhadap laki-laki itu, membuatnya yang biasa diagungkan para wanita ini menjadi tidak terbiasa.

“Siap, bos!” jawab Sherin meski dia masih mengantuk. Dia sama sekali tidak tertarik dengan uang yang disebut Devan tadi, karena sejak ibunya meninggal, dia bisa makan dan berpakaian dengan layak itu saja sudah cukup, tidak ada kebutuhan materi lainnya yang dia inginkan lagi.

Ditambah gajinya di rumah ini juga tidak sedikit, cukup untuk dirinya. Tapi dia tidak akan bersih keras menentang Devan, karena sepatah kata dari laki-laki ini lah yang bisa memutuskan apakah dia bisa terus menjaga Simon atau tidak.

 Tersedia berbagai macam sayuran dan daging di dalam lemari es rumah itu, selama ini pengasuh baru ini juga memperhatikan kebiasaan makanan Devan, dia suka makanan yang sedikit tawar, ditambah tadi baru minum banyak wine, oleh karena itu Sherin menggunakan tiram untuk memasak kuah mie seafood untuk Devan.

Ketika Sherin meletakkan mie yang baru saja selesai dia masak ke atas meja, Devan kebetulan sedang turun tangga dengan mengenakan baju tidur berwarna biru tua berbahan sutera, perpaduan antara warna kulit laki-laki itu dan baju tidurnya, membuat laki-laki itu terlihat sangat mempesona dan tampan, Dia benar-benar menganugerahkan laki-laki ini yang terbaik.

Sherin segera  berhenti memandangi laki-laki tampan ini, ketika ia melihat Devan menegakkan kepalanya. Kemudian tiba-tiba ikat rambutnya yang mungkin menjadi kendor karena tidur tadi seketika itu terlepas saat dia mau melepaskan celemeknya, membuat rambutnya yang panjang itu terurai indah menutupi satu sisi wajahnya, pas sekali pantulan cahaya lampu yang lembut dan hangat itu tepat menyinari sisi lain wajahnya, membuat orang yang melihatnya sedikit kasat mata karena aura yang berbeda dari biasanya terpancar dari wanita sederhana ini.

“Ah..” kata Sherin yang sedikit kaget itu dan berencana pergi secepatnya sebelum Devan sempat melihatnya, tapi pandangan mata Devan memberitahunya bahwa dia sudah melihatnya.

Novel Terkait

Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu