Cantik Terlihat Jelek - Bab 17 Ide Nakal

Bab 17 Ide Nakal

Sherin sangat terkejut, setelah sadar, dia langsung sekuat tenaga mendorong Andrew, mengangkat tangannya, dan menampar laki-laki itu, lalu membalikkan badan dan berlari pergi.

Dia bersembunyi di toilet, bersandar pada dinding dan menyerosotkan dirinya ke bawah hingga dia terduduk di lantai, tangannya masih gemetaran.

Handphone-nya berdering, dia mengambil dan melihat, sesuai tebakannya, itu adalah Andrew, dia menekan tombol untuk menolak telpon itu.

Berdering lagi, tolak lagi…..

Bunyi SMS masuk, dia membukanya, sms dari Andrew.

“Sherin, maaf aku… aku tadi terlalu khilaf.” Sherin sebenarnya tahu bahwa Andrew tadi hanya terangsang olehnya, baru lah bisa melakukan itu. Tapi, dia justru sangat marah karena baru saja sesaat sebelumnya dia merasa dihormati, tapi saat ini perasaan dipermainkan orang itu terasa lagi.

Masa bersekolah dulu, orang-orang mengatakan dalam dirinya terdapat keangkuhan pasti itu karena dia terlihat cantik.

Saat itu dia merasa lucu, jangan-jangan orang yang tidak cantik, harus menempelkan dirinya sendiri ke laki-laki?

Tidak, dalam pandangan Sherin, apakah itu percintaan maupun pernikahan, jika bukan karena keduanya saling mencintai, lebih baik tidak ada dan tidak boleh berhubungan sedikitpun dengan kecantikan luar.

Walaupun terhadap laki-laki seperti Andrew yang bisa membuat segerombol wanita datang menghampirinya, dia juga tidak bisa menerima sembarangan begitu saja.

Toilet ini adalah bagian paling pojok di lorong hotel itu, jadi, pada dasarnya tidak begitu ada orang yang bisa melintas, dia terduduk di lantai sana, dan juga sudah lupa waktu sudah berlalu berapa lama, hingga Simon menelponnya.

“Mama, kamu dimana?” tanya anak itu.

Sherin tiba-tiba menjadi sadar kembali “Kamu sudah selesai?”

“Kamu dimana, aku pergi ke sana mencarimu.” jawabnya.

“Tidak perlu tidak perlu, aku di pintu hall belakang menunggu, aku sekarang ke sana.” jawab Sherin sambil berdiri, kakinya sedikit kesemutan, dia berpegangan pada dinding untuk berdiri, setelah berdiri sesaat dia baru bisa perlahan berjalan menuju hall belakang.

Setelah Dylan menyerahkan Simon ke Sherin, dia pun berpesan ke pak Hasan untuk mengantar mereka pulang dulu.

Setelah kembali ke rumah, Sherin memandikan Simon, dan menemaninya duduk berbincang-bincang di ranjang.

Jadi semuanya seperti biasa saja, tidak ada hal yang tidak normal.

“Mama, aku ingin minum susu.” ujar Simon.

Sherin dengan gaya memanjakannya itu menunjuk-nunjuk dahi Simon sambil berkata “Baik, kamu tunggu di sini, aku pergi ambil.”

Setelah susu diambil, anak itu pun mengatakan bahwa dia tidak ingin minum, dia mau membaca buku.

Sherin tidak berpikir banyak, lalu dia pergi lagi ke ruang baca di samping sana untuk mengambilinya buku, setelah kembali Simon pun memberikan segelas susu tadi ke Sherin sambil berkata “Ma, kamu saja yang minum susunya, aku rasa kamu malam mini belum makan malam kan?” karena baru saja dia mendengar bunyi dari perut Sherin.

Sherin terharu dengan kehangatan hati anak ini, dia pun menerima susu itu, dan meminumnya sampai gelas itu kosong.

Beberapa saat setelah dia minum susu itu, Sherin merasa badannya menjadi menggebu-gebu dan sedikit panas, lalu dia melepaskan rompinya dan lanjut membacakan buku untuk Simon, namun dia merasa dia perhatiannya tidak bisa menjadi satu lagi.

“Ma, kamu tidak apa-apa kan?” tanya Simon yang gelisah melihat Sherin.

Sherin memijat pelipisnya, lalu memaksakan diri untuk tersenyum ke Simon dan berkata “Baik lah, hari ini… baca sampai di sini dulu, mama mau pergi tidur dulu.” sambil mau berdiri namun menemukan bahwa badannya lemas seperti air, tidak bisa berdiri sedikit pun.

Simon memuncungkan mulutnya, wajahnya mengeluarkan senyuman puas.

Lalu keluar, dan menelpon papanya.

“Papa, hari ini tanggal 1, papa akan pulang untuk menemaniku tidur kan yah?” tanyanya dengan suara sengaja dibuat-buat untuk minta dikasihani.

Devan langsung melihat Gabriel yang duduk di sebelahnya, dengan suara yang nyaris tak terdengar sambil menganggukkan kepala berkata “Okay”

Setelah menutup telpon, dia meminta sopir untuk berputar balik, berhenti di pinggir jalan, dan mengatakan ke Gabriel “Aku antar kamu pulang dulu.”

Mendengar ini, raut wajah Gabriel seakan tidak mempercayai apa yang sudah didengarnya dan menjawab “Tapi…… hari ini adalah hari pertunangan kita.”

“Nurut yah, hari ini tanggal 1, setiap bulan tanggal 1, aku sudah berjanji untuk menemani Simon tidur.” Setelah berpikir lagi merasa kata-kata tadi seperti ini tidak terlalu baik lalu menambahkan “Sorry yah, sewaktu memilih tanggal, aku lupa akan hal ini.”

Gabriel menghirup nafas dalam-dalam, seakan mau mengatakan sesuatu, tapi akhirnya juga hanya menganggukkan kepala, wanita ini percaya mereka masih banyak waktu di hari esok karena mereka juga sudah bertunangan.

“Devan, orang yang dipanggil mama oleh Simon, apakah dia itu pengasuh baru di rumahmu itu?” tanya Gabriel saat turun dari mobil yang tidak bisa menahan diri untuk memastikan hal ini.

Devan agak sedikit terdiam, setelah itu baru dengan lembut tersenyum padanya dan menjawab: “Anak kecil tidak tahu apa-apa, sembarangan memanggil, jangan terlalu dimasukkan ke dalam hati, di kemudian hari kamu akan menjadi ibunya.”

Jawaban Devan ini membuat muka Gabriel berseri-seri.

Ketika pulang ke rumah, Simon sedang duduk di sofa, setelah melihatnya masuk, anak itu terlihat sangat senang bukan kepalang, berkata “Papa, aku pikir kamu tidak akan pulang.”

Perkataannya menyentuh kelemahan Devan, jarang sekali dia bisa menggendong Simon dan memangku anak itu di pahanya.

“Papa, ayo minum susu, malam ini, aku melihatmu minum banyak wine.” ujar Simon yang lalu merosot dari lutut Devan turun dari pangkuannya dan mengambil segelas susu yang sudah diletakkan di meja tamu itu, kemudian memberikannya ke Devan.

Devan sangat tidak suka dengan bau susu, kalau biasanya, dia pasti akan menolak, tapi, hari ini hari seperti ini, di dalam hatinya selalu masih saja merasa berhutang kepada anak ini.

Maka, dia pun mengambil segelas susu itu dan meminum habis.

Karena pesta pertunangan ada sedikit lelah, ditambah malam itu juga tidak sedikit wine yang diminumnya, Devan sedikit pun tidak berpikir akan keanehan tingkah laku Simon ini.

Menyuruh Simon ke kamar menunggunya, lalu dia pergi ke kamarnya sendiri, kepanasan dan gerah dalam tubuhnya membuat Devan memilih untuk mandi air dingin di cuaca yang dingin musim semi seperti ini.

Hanya saja, aneh sekali masih saja itu tidak membuatnya merasa sedikit enak.

Dia pergi mengambil air mineral dingin dari kulkas, sambil minum sambil berjalan ke kamar Simon.

Membuka pintu, kamar yang gelap seperti ini sama seperti biasanya, ada sedikit bau susu.

Simon sangat suka minum susu.

Membuka selimut, dan berbaring di dalamnya.

“Em……..” di atas lengannya bertambah satu tangan lagi, sangat jelas, itu bukan tangan Simon.

Kewaspadaan dirinya pun muncul dan langsung mengangkat tangan itu, dia membalikkan badan, turun dari ranjang, menyalakan lampu di samping ranjang.

Kemudian langsung, membuka selimut di sampingnya.

Lalu terlihat lah Sherin yang sedang melengkungkan badannya, berbaring di samping, rambutnya yang panjang itu menutupi setengah wajahnya, beberapa kancing baju tidurnya sudah terbuka, oleh karena itu juga jelas sekali terlihat pakaian… dalam.. di dalamnya.

Devan mengalihkan padangan matanya dari tubuh wanita itu, menghirup nafas dalam-dalam, memaksakan diri untuk menahan gejolak dalam dirinya, dan berkata “Kamu melakukan apa di sini? suaranya karena terlalu menahan diri menjadi agak sedikit serak.

Hanya saja, orang yang terbaring di ranjang itu, selain terus membolak-balikkan badan dan menarik-narik baju di badannya, pada dasarnya tidak menjawab apapun.

Jika saat ini, Devan masih tidak mengerti semua ini, maka selama ini dia sia-sia saja bersosialisasi di luar sana.

Melihat gelas kaca di atas kepala ranjang itu serta mengingat kembali keanehan tingkah laku Simon, dia memejamkan mata, agak sedikit berteriak: “Dasar anak kecil!”

Novel Terkait

Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu