Cantik Terlihat Jelek - Bab 694 Aderlan Menyembunyikan Kebohongan Yang Sangat Besar

Mengambil topi yang ada di atas meja, mengenakan masker, memandang Frater dan mengangguk, "Nantinya, tolong kamu bantu dia!"

Selesai mengatakannya, ia mengenakan kacamata hitam, dengan seram di tubuhnya ia berjalan keluar.

"Pergi pergi, nada bicara seperti apa, kamu kira memberikan perintah setelah kematian ?"

Aderlan tidak menanggapinya, ia hanya mengangkat lengannya dan melambai kearah belakang.

Berdiri di luar jendela, dia memandanginya melalui tirai dan ia tergila-gila.

Melihatnya melepaskan sepatu hak tingginya, meletakkan kakinya di atas tong sampah dan di mulutnya terjepit sebuah pensil, seolah dia sedang memikirkan sesuatu.

Tindakan yang tomboi itu, membuat Aderlan memingat pertama kali bertemu dengannya.

Dengan adegan yang seperti ini juga.

Tetapi pada saat itu, ia penuh dengan rasa jijik.

Pada saat ini, justru penuh dengan suka dan tidak ingin menyerah.

Dia ragu-ragu untuk waktu yang lama dan akhirnya memutuskan untuk mendorong pintu dan masuk, dia ingin berbicara sebentar dengannya, bahkan jika bertengkar juga tidak apa.

Hanya saja, ketika kakinya masih belum masuk.

"Ding ..."

Ponselnya berdering, Aderlan menunduk dan melihatnya sekilas dan kemudian, ia mundur dengan cepat ke sisi lain kantor dan baru mengangkat telpon, "Halo Baiklah, apakah sudah diantar semua?,Ya, aku tahu."

Mimi melepas earphone di telinganya. Ketika dia bekerja, dia memiliki sebuah kebiasaan yaitu takut pada keributan.

Ia memutar kepalanya, dia melihat ke pintu. Apakah itu hanya ilusinya?

Dia jelas-jelas merasa bahwa ada seseorang yang telah mendorong pintu.

Ia mengerutkan kening dan kemudian dia melamun sejenak, sampai Rambo mengirimkan pesan suara,

"Ada apa? Bukankah kita sudah membuat janji untuk pulang bersama? Aku sudah lama menunggumu di gerbang perusahaanmu, menelponmu juga tidak diangkat. Apa yang kamu lakukan? Cepatlah bersiap dan turun. Makanan ibu sudah hampir siap dan sedang menunggu kita saja."

Mimi tertegun dan kemudian mengerutkan kening. Hari ini, ibu Rambo mengatakan bahwa dia ingin merayakan pergantian pekerjaan Mimi yang baru dengan makan malam bersama di malam hari. Dia baru saja menerima proyek ini dan sedikit bersemangat.

Ditambah lagi dia sedang menggunakan headphone, jadi, tidak mendengar panggilan telepon Rambo, sambil berpikir, ia cepat-cepat meletakkan kedua kakinya dan membungkuk untuk mengenakan sepatu.

Kemudian, ia dengan cepat merapikan barang-barang yang ada di atas meja.

Dia bangkit dan berjalan keluar.

Ketika dia keluar, dia melihat sebuah bayangan gelap melintas di sudut. Dia menyipitkan mata dan ingin melihatnya. Namun kemudian dia berpikir bahwa waktu sudah terlambat dan dia juga menjadi malas untuk pergi melihatnya.

Dia berbalik dan langsung berlari ke bawah.

Berdiri di dekat jendela, mengawasinya turun ke bawah, mengawasinya masuk ke mobilnya, menyaksikan mereka berbicara dan tertawa.

Aderlan memejamkan matanya dan merasakan bahwa ia sulit untuk bernapas dan hatinya seperti tersumbat.

Ia memutar tubuhnya menghadap ke tempat sampah yang ada di belakang dan muntah.

"Aderlan ..." Frater bergegas kesana.

Kemudian ia memberikannya tisu dan kemudian memberikannya air.

Setelah sebuah kesakitan, Aderlan menegakkan tubuhnya dan menatap Frater, wajahnya sedikit pucat.

"Aku harap kamu tidak mengatakan apa yang tidak seharusnya dikatakan."

Mata Frater berair dan dia jelas baru saja menangis, dia hanya sedikit membungkuk dan menatap Aderlan,

"Jadi, mendirikan XC, jadi, melakukan ini hanya untuk membuka jalan baginya? Dasar kamu orang gila, sudah jaman apa ini, kamu masih mempunyai niat untuk melakukan hal seperti ini."

Seluruh tubuh Frater bergetar dan memegang lengannya. Dia menarik tinta putih,

"Jika tadi ibuku tidak meneleponku, apakah kamu berencana untuk menyembunyikannya dariku selamanya? Aku akan membawamu ke bandara sekarang dan kamu akan pergi ke luar negeri ..."

Aderlan tersenyum, ia menatapnya sekilas, tetapi tidak menanggapinya.

"Membohongi kakak keduamu dan berkata bahwa kau merasa tertekan karena wanita itu dan membuat kakak keduamu mempercayainya. Kamu pindah rumah karena rumah keluarga Mo telah digadaikan sejak lama dan masih mengatakan bahwa kamu tidak bisa mencium bau dan merasa ingin muntah? Sialan apakah kau berpikir kau sangat hebat? Dan masih menyembunyukannya dariku..."

Sambil berkata, mata Frater memerah lagi.

Ia menarik tangan Aderlan dan sama sekali tidak melepaskannya.

Memegangnya sampai ke garasi bawah tanah, dia mendorongnya masuk ke kursi penumpang penumpang.

"Ikuti mobil itu."

Hanya saja, Frater tidak menyangka, dia baru saja naik mobil, Aderlan sudah langsung menunjuk ke mobil putih yang ada tepat di seberang dan berkata.

Dia mengikuti arah jarinya dan melihat ke arah mobi tersebutl. "Siapa yang ada di dalamnya?"

"Ikuti dia! Hati-hati jangan sampai dia tahu.”

Melihat ekspresinya yang serius, Frater berpikir bahwa itu adalah seseorang yang penting.

Dia tidak berbicara, hanya menginjak pedal gas dan mengikutinya.

Hanya saja, ketika dia menyaksikan Mimi dan Rambo keluar dari mobil dan melihat mereka tertawa.

Dia mengambil napas dalam-dalam, memejamkan matanya ke arah Aderlan, "Sudah jaman apa ini, masih memikirkan hal ini?"

Dia berteriak padanya.

Menghadapi kehebohan Frater, Aderlan justru mengabaikan dan hanya menatap keluarga Wang.

Mimi duduk di bangku ganti sepatu, pikirannya penuh dengan orang yang tercermin di cermin ketika dia baru saja memperbaiki riasannya.

Dia berada belakang mobilnya dan mengikuti mereka sepanjang jalan.

Awalnya, dia mengira itu ilusinya sendiri. Di tengah, dia melihat jalan dan juga melihat kebelkang beberapa kali melalui kaca spion.

Akhirnya dia yakin, bahwa mobil yang ada di belakang adalah Aderlan, dia sedang mengikutinya.

Meskipun dia tidak tahu mengapa dia seperti ini, perasaan di hatinya justru sulit untuk di jelaskan.

Rambo memutar kepalannya dan menemukan dia yang duduk disana dengan diam, ia mengerutkan kening, "Apa yang sedang kamu pikirkan? Ibu sudah memanggilmu dua kali.”

Mimi tersadar kemudian ia mengangguk, "Oh, masalah kerjaan."

Dia berbohong dan dia makan dengan pikiran yang kemana-mana.

Sudah baik-baik saja, untuk apa Aderlan mengikutinya? Bukankah dia mengatakan bahwa dia membencinya?

Dia mengakui bahwa Aderlan dapat mempengaruhi suasana hatinya.

Setelah makan malam, dia membantu ibu Rambo membersihkan piring dan sumpit. Rambo ingin membantu, namun dia sudah membujuknya untuk pergi.

Karena ayah Rambo suka merawat bunga dan tanaman, jadi, setelah pembongkaran, ketika mereka membeli rumah, mereka memilih sebuah rumah.

Yang memiliki taman kecil di depan.

Wastafel di dapur menghadap ke taman kecil. Ayah Rambo dan istrinya berdua sedang membicarakan tentang mengganti pot bunga.

Rambo duduk di satu sisi, membaca buku dan sinar matahari sangat tepat dan pemanpakan itu membuatnya merasa hangat.

Dia mendongak dan mengambil napas dalam-dalam, berusaha menyingkirkan ketidakbahagiaan di hatinya, tetapi di sudut matanya, dia melihat mobil putih di luar taman dan mangkuk di tangannya tergelincir ke dalam kolam dan membuat suara "bang" .

"Kenapa?" Rambo menoleh dan bertanya padanya.

"Tanganku tergelincit." Dia merespons.

Namun, perasaannya tidak bisa tenang lagi.

Sambil menahan perasaannya, Mimi dengan cepat membersihkan mangkuk tersebut, kemudian ia mendongak, namun mobil tersebut telah menghilang.

Namun, hanya muncul sekali saja seperti ini, justru membuat Mimi tidak bisa tidur semalaman.

Aderlan mengikutinya, dia benar-benar sangat tidak mendunganya, lagipula, dia menghilang untuk waktu yang lama dari dunianya.

Yang mengejutkannya adalah pada hari berikutnya, setelah fajar, dunia ini sudah mulai berputar.

"Apakah kamu sudah mendengarnya? Perusahaan Mo telah jatuh!”

"Ya Tuhan, jika seperti itu, menurutmu akankah perusahaan kita terlibat?"

"Seharusnya tidak. Lagipula, kita dan Perusahaan Mo hanya menandatangani kontrak, Jika perusahaan itu bangkrut, kontrak itu akan menjadi tidak valid. Tidak akan ada masalah."

"Aku tidak bisa mempercayainya. Bagaimana bisa bangkrut? Itu industri yang bergitu besar."

"Aku dengar dari orang-orang di dalam bahwa sebenarnya sejak awal sudah ada masalah, tetapi selalu dirahasiakan."

“……”

Mimi sedang sarapan. Tadi malam, ayah Wang dan ibunya menyuruh mereka tinggal untuk mengobrol, mereka mengobrol sampai malam dan akhirnya mereka tinggal di rumah Wang, yang jaraknya agak jauh dari perusahaan. Akibatnya ia datang terlambat di pagi hari dan membawa sarapan ke perusahaan.

Dia menggigit setengah dari telur teh, ia tidak mempedulikan tatapan orang-orang yang ada disekitar dan kemudian memasukkan sisanya ke dalam lagi. Kuning telur kering tersangkut di tenggorokannya, membuat wajahnya merah dan seluruh tubuhnya bergetar. Kakinya menekuk, dia jatuh ke tanah, membuka mulutnya dan membenturkan dadanya.

Sangat sakit?

Jadi itu bukan fantasi?

Perusahaan Mo sudah jatuh! Perusahaan Mo jatuh

Novel Terkait

The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu