Cantik Terlihat Jelek - Bab 541 Pertolongan

Ayah menarik nafas, lalu menghela lagi nafas rendahnya, menarik dia ke daerah pintu, baru membuka mulut :

“Orangnya sekarang masuk ICU, sedang menjalankan operasi otak, kata dokter, kalau malam ini dia sudah sadar berarti tidak masalah.....”

Kata-kata seterusnya, ayah hanya menggelengkan kepalanya, tidak melanjut lagi.

Kedua kaki Hutu menjadi lemas, dan terjatuh ke lantai.

Kalau malam ini sadar berarti tidak masalah, kalau tidak sadar ?

Seandainya tidak bisa sadar ? Bagaimana ?

Tuan Ningga melihat reaksinya begitu besar, terbengong sejenak, dia mengerut alis, menahan tubuhnya, lalu menoleh ke belakang dan berteriak pada kerumunan orang, “Shang......”

Shang keluar dari kerumunan orang, melihat keberadaan Hutu , dia juga mengerutkan alis mata, “Bukannya aku sudah suruh jangan datang ?Kenapa kamu masih datang ?”

Seluruh tubuh Hutu gemetaran dengan parah, dia hanya tersedu-sedu, tidak dapat berbicara.

Dia tidak dapat membayangkan seandainya terjadi sesuatu dengan Raven, dia harus bagaimana ?

“Shang, kamu ke hotel terdekat, bawa adikmu ke sana, sudah tengah malam, seorang gadis berkeliaran sana sini, bagaimana kalau terjadi sesuatu ?”

Shang mengangguk, mengulurkan tangannya untuk menarik lengan Hutu , “Ayo, aku bawa kamu keluar.”

Hutu menyapu tangannya, berbalik kepala dan menoleh tulisan ICU, “Aku tidak mau.”

Kondisi paman muda masih belum pasti, dia mana bisa pergi ? Tidak bisa.

Tuan Ningga menatapnya, badannya kaku sejenak, tatapan kasih sayang langsung berubah dingin, “Banyak orang di sini, kamu satu orang tidak berefek.”

Nada bicaranya mulai berat.

Shang membungkuk badan dan menasihatinya, “Ikut abang dulu, kalau paman muda sudah ada kabar, aku langsung beritahu kamu, boleh ?”

“Aku tidak mau, paman muda karena aku......”

“Pa.” Hutu masih belum selesai berbicara, tiba-tiba Tuan Ningga menghampiri, dan langsung menampar ke wajahnya, “Masih tidak cukup kacau ? Kamu bising apa lagi !”

Sejak kecil hingga saat ini, meskipun Tuan Ningga tidak terlalu perhatian dengannya, akan tetapi, juga tidak pernah menamparnya.

Wajahnya kesakitan, tetapi Hutu tetap tidak peduli, seluruh pemikirannya adalah seandainya Raven tidak bisa sadar, dia harus bagaimana ?

Dia menatap ke ayahnya, memohon kepadanya :”Pa, boleh izin aku tunggu di sini ? Aku tidak melakukan apapun, izinkan aku di sini, Pa.....”

Selesai berbicara, dia membungkuk kedua kakinya, hampir melutut kepada ayahnya.

Shang yang berdiri di samping buru-buru menahannya, dia menghela nafas, mulutnya mulai menegur, “Apalah kamu, buat apa juga tambah kacau.”

Namun tatapannya mulai berat.

“Bawa dia keluar, jangan tambah kacau di sini.” Tuan Ningga tetap nekat, melirik ke arah Hutu .

Dalam tatapannya membawa peringatan.

Tatapan semua orang melirik ke sini, dan melirik kembali, tidak ada yang berbicara.

Hutu ditarik oleh Shang secara paksa sampai ke luar rumah sakit.

“Kamu gila ya, begitu ramai, apa yang bisa dikatakan, apa yang tidak bisa, kamu masih belum mengerti ?”

Setelah keluar, Shang menjerit kepada Hutu dengan emosi.

Hutu menatap Shang, wajahnya dikarenakan tamparan itu, masih terasa sakit, “Abang, kamu dan ayah, sudah tahu ya, paman muda dikarenakan aku......”

“Itu kecelakaan, kecelakaan lalu lintas, kamu tidak boleh menyalahkan diri sendiri dengan tuduhan yang tidak wajar seperti ini ?” Shang langsung memotong pembicaraan Hutu .

“Tetapi seandainya, aku tidak meminta dia...... temani aku ke kampus, dia tidak akan terjadi kecelakaan.” Suara Hutu semakin kecil, rasa sedih dan bersalah menyesak nafasnya.

Dia membungkuk pinggang, menghembus nafas dengan sekuatnya, namun tetap tidak bisa menahan hatinya yang sakit terkelupas.

paman muda, tolonglah, baik-baik saja !

Setelah itu, dia tetap di tarik oleh Shang secara paksa, dan masuk ke hotel di depan rumah sakit, dan juga dijaganya, tidak membiarkan dia keluar dari kamarnya.

Hutu melihat ke luar jendela, menatap gedung besar di depannya dengan tatapan bengong.

Tidak diketahui sudah berapa lamanya waktu berlalu, ponsel Shang berdering, Hutu langsung menyerbu ke arahnya, tidak peduli perutnya yang kesakitan karena terbentur dengan sudut meja, dia merebut ponselnya, menekan tombol terima panggilan.

Terdengar suara Sako Ningga yang berbicara, “Orangnya sudah sadar, kasih tahu Tutu, jaga baik-baik, jangan buat dia kacau di sini.”

Hutu langsung terduduk di atas lantai, tangannya bertahan di dahinya, menangis dan tersenyum, terima kasih, paman muda.

Shang sedikit melutut di depannya, tangannya mengelus di atas kepalanya, “Sudah bisa tenang kan ? Cepat tidur !”

Dia tidak membersihkan wajah, hanya berbalik badan, langsung naik ke atas kasur, dan menyelinap ke dalam selimut.

Dalam pandangan Shang, adiknya Hutu masih anak kecil, jadi, pada saat ini, dia merasa bahwa, Hutu hanya lelah menangis, lelah bertingkah, sehingga ketika mendengar kabar baik ini, bisa langsung tertidur.

Jadi, dia juga tidak banyak berpikir, dan berbaring di atas satu sisi kasur.

Sejak sore ini menerima telepon dari ayah, seluruh saraf otaknya menjadi tegang, sehingga pada saat lega, dia terasa kelelahan.

Akan tetapi, ketika dia bangun, Hutu yang baring di sampingnya sudah hilang.

Hutu khawatir kalau ayahnya hanya ingin menenangkan dirinya, sehingga dia ingin memastikan secara langsung.

Ketika sampai di rumah sakit, dikarenakan waktunya yang terlalu malam, petugas tidak mengizinkan dia menjenguk pasien lagi.

Setelah dia membujuk petugasnya beberapa saat, petugas itu baru memberitahukan, orangnya memang sudah sadar, dan sudah dipindahkan ke kamar pasien biasa.

Menyuruh dia datang lagi di besoknya saja.

Hutu sekalian menanyakan nomor kamarnya, ketika mengetahui kamarnya berada di lantai dua, sebuah pemikiran, sudah terbentuk di dalam otaknya.

Hari ini dia harus pastikan dengan mata sendiri.

Dia memutar sampai belakang rumah sakit, dikarenakan kecelakaan secara tiba-tiba, kondisinya juga parah, sehingga, hanya bisa melakukan pertolongan di rumah sakit terdekat.

Rumah sakit ini termasuk kawasan rumah tua, gedung tinggi dibangun berdampingan dengan gedung yang rendah, seandainya dia bisa naik ke gedung kecil itu, seharusnya sudah bisa melihat Raven.

Oleh sebab itu, dia memanjat dinding.

Dia memberitahukan diri sendiri, asalnya bisa melihat sekilas, dan yakin Raven sudah benar-benar sadar, dia akan pergi.

“Pa, mereka sudah pergi, kamu juga pulang saja.”

Sako berkata pada Kakek Ningga dengan nada sopan.

Kakek Ningga tidak menjawabnya, hanya menoleh ke arah Raven, dengan suara yang sedikit gemetar, “Kalau kamu terjadi sesuatu, bagaimana ibumu bertahan hidup lagi ?”

Raven memejamkan matanya, dan buka lagi, ekspresinya sangat datar, seolah-olah bukan dirinya yang terjadi kecelakaan.

“Merepotkan kalian, pulang saja dulu, aku sudah tidak masalah.”

Melihat kakek Ningga masih tidak menggerakkan badan, dia hanya bisa bertahan badannya dan duduk, lalu menekan sekali lagi :”Aku benar-benar tidak masalah.”

“Dokter suruh kamu baring, kamu jangan duduk lagi.”

Kakek Ningga melihat dia sedang berusaha duduk, buru-buru berdiri, dan menasihatinya.

Raven menatapnya, akhirnya dia tidak bertahan nekatnya lagi, dan mulai baring kembali, tiba-tiba, dia kepikiran sesuatu, melirik kanan kiri dan bertanya, “Abang, kamu tahu di mana ponselku ?”

Novel Terkait

Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu