Cantik Terlihat Jelek - Bab 426 Ayah Dan Anak Bertemu Untuk Pertama Kalinya

Mia bukan tuhan, dia tidak bisa membalas dendam dengan budi, dia juga tidak bisa melupakan luka yang keluarga Mohan membawa kepada dia dan keluarganya pada tahun itu.

Mia menerima Mohan karena pertama dia adalah papanya Rena, kedua, meskipun Mohan sangat jahat, setelah berpikir dengan teliti, sebenarnya dia juga tidak pernah melakukan hal yang melukai Mia, selain mulutnya agak jahat.

Tetapi kalau keluarga Mohan berbeda, hal yang mereka lakukan kepada Mia pada tahun itu, kalau Mia merupakan orang yang memiliki daya tahan mental yang lemah, bisa jadi dia akan membunuh dirinya.

Selingkuh, sembarang bertingkah, licik, salah satu dari ini saja bisa membuat Mia tidak bisa menjalani kehidupan dengan lancar selamanya.

Mohan mengelus kepala Mia, "Maaf"

Mia tidak berbicara, "Minta mereka lain kali jangan menghabiskan uang untuk Rena lagi, Rena masih kecil, dia tidak mengerti, bisa jadi dia sembarang buang barang itu begitu saja"

Sekarang giliran Mohan yang tidak berbicara.

Kedua orang ini duduk di dalam mobil beberapa saat.

Mia menyarakan, "Turun dan jalan-jalan sebentar?"

Desa ini sudah dikembangkan menjadi tempat wisata oleh pemerintah, di depan sana memiliki sebuah danau kecil, air di dalam danau itu sangat jernih.

Mia memegang lengan Mohan sambil berjalan, mereka bertingkah seperti semua pasangan yang berkunjung ke sini, berbicara sambil tertawa di bawah suasana yang santai.

Untungnya tempat ini berjarak sedikit jauh dari rumah Mia, berdasarkan kebiasaan orang tua Mia tidur awal, mereka tidak berkemungkinan bisa datang ke sini.

"Mia"

Tiba-tiba, Mia mendengar ada seseorang memanggilnya, Mia menoleh ke belakang dan melihat seorang wanita yang berdiri di jarak tidak jauh darinya.

Anak Bibi Liu yang bernama Sani Liu? Dia sedang hamil, di sampingnya berdiri seorang pria yang berpenampilan bijaksana, setelah kejadian kemarin, Mia sudah lama tidak berjumpa dengannya.

Sani mengenal Mohan.

Karena sudah tidak sempat menghindar, Mia menggeserkan rambutnya ke belakang telinga dengan canggung sebelum menunjuk ke Sani, "Mohan, dia adalah..........."

"Direktur Mo, sudah lama tidak berjumpa"

Mohan mengangguk kepadanya, "Iya, sudah lama tidak berjumpa"

Mia merasa sedikit kaget, "Kalian.... saling kenal?"

Sani menarik Mia, "Pernah sekali, aku mengumumkan berita dia berkencan dengan seorang aktris, aku mengira dia tidak mau lagi, jadi aku merasa agak marah dan menulis beritanya dengan cara melebih-lebihkan, setelah itu dia hampir membuat aku dipecat" Berkata sampai sini, Sani senyum kepada MIa sebelum lanjut berkata, "Karena sedang emosi, aku berkata siapa menyuruh kamu tidak mau Mia lagi, kemudian aku pun naik posisi dan naik gaji"

Mia menoleh ke Mohan sambil menjilat bibirnya, "Ternyata aku bisa memberikan efek seperti ini"

Sani menepuk lengan Mia, "Berarti dia itu jelas peduli dengan kamu, setelah itu aku pun pergi mencari tahu dan ternyata ada banyak berita itu Mohan sendiri yang sengaja menyuruh orang untuk merekam dan mengumumkan, tetapi aku merasa kalian masih bersama, hehe, tidak menyangka, aku tidak salah menebak"

"Sani, mama sudah menelpon kita, apakah........." Pria yang berdiri di belakang Sani tiba-tiba berkata.

"mamamu atau ibu mertuamu?"

"mamaku"

Mia menarik nafas sebelum berbisik di telinga Sani, setelah itu, mata Sani membesar, dia menunjuk ke Mia dan Mohan sebelum memasang ekspresi mengerti, "Baik, aku akan menjaga rahasia ini dengan baik, lagian aku kan menghutang budi kepadanya?"

Mohan melingkari pinggang Mia, "Ayo kita pergi makan dulu"

Setelah berpamitan, Mia baru teringat bahwa dia lupa bertanya Sani dengan masalah dia hamil.

Kedua orang itu pun mencari sebuah toko kecil yang biasa, setelah memesan beberapa lauk kesukaan Mohan, Mia memesan sayur dingin.

Tetapi ketika sumpit Mia mengulur ke sayur dingin tersebut, Mohan malah menahan sumpitnya sambil menggelengkan kepala.

"Kenapa?"

"Bukannya kamu akan datang bulan dalam dua hari ini? Kurangi makan yang dingin" Setelah berkata, Mohan menggeserkan sayur ke samping dan menuangkan semangkuk sup hangat untuk Mia.

Mia melamun sejenak dan wajahnya pun memerah, dia menundukkan kepalanya dan tidak berkata lagi.

Mohan adalah orang yang begitu sibuk, tetapi dia mengingat masalah ini di dalam hatinya, kalau mau bilang tidak terharu itu tentu saja pembohongan.

Setelah makan, Mia membantu Mohan mencari sebuah hotel, meskipun tidak termasuk mewah, tetapi hotel tersebut sangat bersih dan sunyi.

Mia menemani Mohan di hotel beberapa saat, Mohan sedang menelpon, Mia sedang menyandar di atas tempat tidur bermain permainan.

Setelah beberapa saat, Mohan mematikan telpon dengan suasana hati baik, dia berbaring di samping Mia dan merebut ponsel Mia.

"Hei, aku sudah mau melewati level ini, biarkan aku selesai dulu"

"Tempat kamu ini harus menambah sebuah senjata baru lagi, kamu lihat, kalau begitu kecepatannya akan menambah"

Mia melihat ke Mohan dengan ekspresi tidak percaya, Mohan bisa melewati tingkat permainan yang Mia tidak bisa melewatinya dengan mudah, menatap Mohan dengan ekspresi kagum, Mia berkata, "Mohan, ternyata kamu juga bermain game ya?"

Mohan mencium pipi Mia, "Kadang tekanan bekerja terlalu berat, aku akan main game"

Melihat pria di sampingnya, Mia baru menyadari ternyata pengertian dia terhadap Mohan benar-benar terlalu sedikit, sebenarnya Mohan juga merupakan pria sederhana yang biasa, dia bisa bermain game, bisa merasa sakit, bisa merasa kesepian, bisa jatuh cinta, dia bertingkah seperti semua pria yang seusia dengannya.

Tetapi di dalam mata semua orang, Mohan adalah dewa tampan yang bisa melakukan apa pun, hal ini membuat orang jarang menggunakan pemikiran normal untuk melihat Mohan.

Mungkin Mohan adalah contoh terbaik untuk kata mutiara posisi tinggi tidak bisa memenangkan kesepian.

Mia menghampiri Mohan dan memeluk dia, "Mohan, kalau lain kali kamu merasa stress dan terlalu capek, ingat kamu masih memiliki aku"

Setelah melamun sejenak, Mohan menoleh ke Mia yang berada di sisinya dan melihat rasa sakit hati yang berada di tatapan Mia.

Tanpa berbicara, Mohan duduk dan setengah menyandar di tempat tidur dengan Mia berbaring di pelukannya, "Mia, aku sangat beruntung bisa bertemu dengan kamu"

Mia hanya tersenyum dan tidak berbicara, Mia sendiri juga merasa dia sangat beruntung bisa tertemu dengan Mohan.

Pada saat hampir jam 9, Mia pun bersiap-siap pulang ke rumah.

Seperti seorang anak kecil, Mohan memeluk Mia dan berkata, "Aku sendirian di sini, nanti malam aku akan merasa kesepian"

Mia mengelus kepala Mohan dengan senyuman, "Kalau begitu pergi ke rumahku saja, apakah kamu berani?"

"Apakah kamu berani juga?"

Mia hanya tersenyum dan tidak berkata, mereka berdua sangat jelas kondisi seperti ini tidak akan bisa terjadi.

Besok paginya adalah hari pertama tahun baru, bersama orang tua, Mia pergi ke rumah saudaranya untuk memberikan salam tahun baru, setelah itu Mia pun memberi tahu orang tuanya bahwa dia mau membawa Rena pergi jalan-jalan.

"Rena, mama akan membawa kamu menjumpai seseorang"

"Siapa?"

"papa"

Rena melepas tangan Mia dan menggelengkan kepalanya.

"Kenapa?" Mia bertanya.

"mama, mamanya temanku berkata kalau orang pergi ke surga berarti dia sudah mati, aku tidak mau mama mati" Berkata sampai sini, Rena pun mulai menangis.

Anak yang masih berusia sekecil ini tidak bisa memikirkan hal yang terlalu rumit.

"papa tidak mati, dia datang menjenguk Rena, tetapi papa sedang menjalani sebuah tugas rahasia sekarang, jadi kamu tidak boleh memberi tahu orang lain bahwa kamu bertemu dengan papa, termasuk kakek dan nenek, mengerti? Setelah papa menjalani tugasnya, kita baru memberi tahu kakek dan nenek, boleh?" Mia selalu ingin membawa Rena bertemu dengan Mohan.

Rena sibuk menyeka air matanya, "mama, apakah kata-kata mama benar?"

Mia mengangguk.

Mohan merasa sangat kaget dengan kedatangan mendadak Rena, bahkan dia sedikit tidak tahu harus bagaimana, ini adalah pertama kali Mia melihat Mohan begitu panik.

Novel Terkait

Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu