Cantik Terlihat Jelek - Bab 9 Asal Usul yang Tidak Jelas

Bab 9 Asal Usul yang Tidak Jelas

Sherin menoleh dan melihat keluar jendela mobil, berpikir bagaimana sebaiknya menjawab pertanyaan Andrew. Orang-orang yang belalu-lalang terpesona sekaligus iri melihat mobil Andrew.

Sherin mengerutkan dahi, kawasan ini adalah kawasan perumahan elit, orang-orang yang bisa tinggal di sini adalah orang-orang kaya dan terkemuka, tapi, mobil ini bisa membuat mereka terpana….ini….. membuat Sherin menelan air ludah…..

Memang dia pernah mendengar obrolan beberapa suster di rumah sakit saat ibunya masih dirawat di rumah sakit bahwa dokter Andrew adalah anak konglomerat, keluarganya kaya raya, tapi saat itu dia berpikir semua itu hanya gosip saja.

Tidak disangka, semuanya adalah fakta.

“Aku mengasuh anak di rumah ini.” jawab Sherin yang awalnya tidak mau memberitahu, tapi kalau tidak dijawab, keberadaannya di rumah keluarga Devan sepertinya akan menjadi sulit untuk dijelaskan.

“Mengasuh anak?” tanya Andrew sambil mengerutkan dahi, ragu dan berpikir sejenak, lalu bertanya kembali “maksudmu kamu menjadi pengasuh di rumah ini?”

Walaupun Andrew berasal dari keluarga kaya raya, tapi dia dari kecil tidak tertarik dengan jabatan-jabatan tinggi, karena itu dia sangat jarang bersosialisasi di kalangannya, tapi, dia kenal Devan, karena Devan adalah pujaan hati kakak perempuannya. Di kamar kakaknya terpajang banyak sekali foto Devan, belum lagi setiap bertemu dengan dirinya, kakaknya selalu menceritakan hal-hal tentang dirinya, membuatnya sulit untuk tidak mengenal orang ini.

Hanya saja dia tidak menyangka, Sherin bekerja menjadi pengasuh di rumah Devan.

Dia mengambil jeruk lemon yang di atas nampan itu, setelah menghisapnya airnya beberapa kali baru lah dia bisa mengontrol dirinya yang saat itu sangat terkejut.

Dia mengeyampingkan badannya dan memandagi Sherin lalu berkata “Sherin, aku bisa membantumu mencari perkerjaan yang lebih cocok, kamu sangat cerdas….” ucap Andrew, dia pernah melihat kecerdasan Sherin saat ibunya tinggal di rumah sakit.

“Tidak perlu….” jawab Sherin yang langsung meolak penawaran Andrew dan menundukkan kepala karena tidak berani menatapnya.

Andrew duduk diam sesaat di kursi pengemudinya, seakan sedang mencerna apa yang baru ia ketahui.

Setelah beberapa saat, dia melepaskan sabuk pengamannya, dan membelokkan tubuhnya kemudian meletakkan kedua tangannya di pundak Sherin dan berkata “Apa kamu menemui kesulitan? katakan padaku, kamu butuh berapa? aku bisa kasih kamu. Kamu tidak perlu menjadi pengasuh lagi di sini…..”

“Andrew, tolong kamu jangan seperti ini….” jawab Sherin sambil berusaha melepaskan diri dari tangan Andrew yang saat itu emosinya sedikit bergejolak.

Mereka hanya sebatas teman, dia tidak berhak mengatur kehidupannya.

“Em… kamu hati-hati di jalan yah.” ujar Sherin perlahan sambil memegang gagang pintu mobil dan mau keluar dari mobil namun Andrew menahannya.

Terlihat Andrew bergegas turun dari mobil, berjalan ke pintu mobil tempat Sherin duduk dan membukakan wanita itu pintu, ia juga meletakkan satu tangannya di atap mobil dan tangan satunya memegang tangan Sherin, dengan berhati-hati mengiringinya keluar dari mobil.

“Masa haid, jangan telalu banyak bergerak dan minum air dingin, pakai baju tebalan, jangan sampai masuk angin.” pesan Andrew dengan lembut sambil mengerutkan dahinya dan kemudian agak membungkukan badannya untuk merapikan rambut Sherin yang sedikit buyar itu ke belakang telinganya, lalu berkata “Beberapa hari ini, aku akan kembali ke daerah Wol, setelah urusan di sana beres, aku akan kembali lagi ke sini mencarimu, kamu tunggu aku yah.”

Setelah mengatakannya dia pun tersenyum lembut, lalu membalikan badannya dan mengemudikan mobilnya kembali.

Hingga mobil Andrew sudah pergi jauh, masih saja Sherin termenung diam di sana, tidak sadar.

Kejadian siang ini, membuatnya kebingungan.

Sebetulnya, Andrew dari dulu memang perhatian terhadap dirinya, tapi ibu Sherin sepertinya tidak setuju terhadap laki-laki itu. Setiap kali Andrew mendekatinya, ibunya sengaja menyuruhnya mengerjakan sesuatu untuk memisahkan mereka.

Makanya, laki-laki itu seperti ini terhadapnya, bukan untuk pertama kali.

Devan yang berdiri di depan jendela kamar, melihat semua gerak-gerik mereka di luar sana, pandangan matanya menjadi sedikit suram.

Sherin yang baru saja masuk ke dalam rumah, dihampiri pembantu lainnya dan berkata “Sherin, bos menunggumu di ruang baca.”

Mendengar ini, seakan angin dingin musim gugur berhembus, membuat sekujur tubuhnya menjadi gemetaran, Sherin menganggukkan kepalanya, meski hatinya agak sedikit bingung, dia tahu benar bahwa laki-laki itu tidak akan melepaskan dia begitu saja.

Di dalam ruang baca, laki-laki itu sedang membaca setumpuk dokumen dengan agak sedikit bersandar ke meja jatinya. Ketika mendengar suara pintu terbuka, ia pun mengangkat kepalanya melihat serta menyampingkan dokumen yang dibaca tadi, lalu dengan gaya bossy-nya memandangi Sherin.

“Apa hubunganmu dengan laki-laki tadi?” tanya Devan dengan suara yang serak dan sedikit kecewa.

Baru saja Dylan memberikan info tentang Andrew ke Devan, tidak disangka dia ternyata adalah putra ketiga dari keluarga Siloam.

Keluarga Siloam memiliki beberapa rumah sakit elit, ribuan rumah sakit elit keluarga ini tersebar di seluruh dunia. Semua dokter di rumah sakit tersebut adalah dokter-dokter ternama di dunia. Jika tidak kaya, seharusnya tidak akan bisa berobat di sana. Obat-obat yang mereka gunakan di rumah-rumah sakit tersebut juga diproduksi oleh mereka sendiri, karena bidang yang mereka geluti ini terbilang khusus, di dunia bisnis, semua orang yang berselisih dengan mereka pun sedikit banyak harus mengalah.

Hanya saja, benar-benar di luar dugaan, putra ketiga keluarga ini bisa menyukai wanita yang menjadi pengasuh di rumahnya.

Devan tidak bisa menahan diri untuk menyoroti wanita di hadapannya dari atas ke bawah. Mungkin wanita di hadapannya ini termasuk wanita yang enak dilihat dan semakin dilihat semakin manis, yang jelas wanita ini sekarang lebih enak dipandang daripada saat dia baru datang.

Meski begitu, tingkat kecantikannya juga hanya sampai level “enak dilihat”, jadi tetap saja tidak mengerti kenapa laki-laki seperti Andrew bisa menyukainya.

Hati Sherin menjadi sedikit gelisah, merapatkan mulutnya, menghembuskan nafas sebentar dan menjawab “Ini adalah masalah pribadiku.”

“Menurutmu apa aku bisa membiarkan orang yang tidak jelas asal usulnya menjaga anakku?”

Asal usul yang tidak jelas? heh….. bukannya semua sudah dicek sebelumnya? bukannya sebelumnya sudah diizinkan? sekarang masih bilang asal usul tidak jelas? kenapa begitu? hanya karena dia kenal dengan seseorang yang kaya raya?

“Di matamu, apa definisi asal usul yang jelas? apakah yang kamu liat, atau yang kamu dengar? Interaksi di antara sesama manusia itu, bukan hanya bergantung dengan apa yang kamu katakan, kamu rasa tidak jelas, yah itu menjadi tidak jelas, tapi semua itu harus dirasakan dengan hati. Selama aku bekerja di rumah ini, aku dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh mengasuh Simon, dan aku rasa kamu juga tahu itu. Kalau kamu merasa aku tidak cocok dan mau memberhentikan aku, yah tolong berikan aku suatu alasan kenapa.” jawab Sherin.

Sherin mengatakan semua itu sekaligus, lalu membelokkan kepalanya ke samping karena terasa matanya menjadi sedikit basah. Ia merasa marah karena sudah dituduh orang. Berapa tahun ini berapa banyak derita yang dialaminya demi anak ini, ditambah lagi penghinaan dari laki-laki ini, membuat emosinya meledak seketika.

Devan memandangi wanita di hadapannya dengan sorotan mata yang tenang, tidak bersuara, juga tidak melakukan apapun, raut wajahnya terlihat seakan dia mau tertawa tapi tidak bisa tertawa.

Sherin yang terus dipandangi oleh Devan merasa sedikit gugup. Memikirkan apa yang sudah ia katakan tadi, langsung membuatnya merasa menyesal, kenapa dia bisa lupa kalau laki-laki di hadapannya bukan pemaaf.

“Bos, kalau tidak ada apa-apa lagi, aku kembali ke kamarku dulu.” ucap Sherin yang lalu membalikan badan mau melarikan diri.

“Pergi lah, keluarga ini tidak akan membiarkan orang yang tidak jelas asal-usulnya tinggal di rumah ini…” jawab Devan dengan muka tak berekspresi, pandangan mata yang kosong memandangi wanita yang bermulut tajam itu. Seumur hidupnya, belum pernah ada wanita yang berani beradu mulut dengan dirinya, wanita ini memecahkan rekor hidupnya lagi.

Novel Terkait

Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu