Cantik Terlihat Jelek - Bab 584 Rumor Beredar

Raven sudah berumur 27 tahun, diumur seperti ini, di dalam masyarakat, meskipun belum menikah, tapi sudah mempunyai perjanjian pernikahan, orang lajang sepertinya di mata orang luar, pastinya tidak normal.

Dan juga, akhir-akhir ini kakek Ningga mengaturkan waktu perjodohan untuknya, jarak waktunya semakin pendek.

Dunia luar terhadap rumor Raven yang masih "lajang" sampai sekarang semakin tidak enak didengar.

Ada yang bilang seleranya tinggi, ada yang bilang ketertarikan berubah, yang paling kelewatan, tidak sedikit orang menebak, sisinya itu ada masalah.

Rumor seperti ini, tidak sedikit orang yang mengenalinya, juga tau kalau Raven adalah Paman Mudanya, bahkan pernah berhadapan bertanya padanya.

Setiap kali seperti ini, dia hanya bisa menangis sambil tertawa.

Saat itu Mai juga sudah mengatakan kalau dia akan melukai Raven, dia tidak bisa membayangkan, saat ini, sepertinya sudah mengerti.

Setelah selesai mencuci piring, dia pergi ke ruang kerja.

Asap rokok yang menyengat, membuat Hutu mengerutkan keningnya.

Setidaknya dia pernah melihat Raven merorkok, juga tidak akan melewati 3 kali.

"Paman Muda......" Suaranya sedikit tersendat.

Raven mencium badannya, mematikan asap rokok di tangannya, memasukkan langsung ke dalam gelas, membuka jendela, baru berjalan kemari. Saat melihat matanya merah, dia menggenggam lengan Hutu, keluar dari ruang kerja.

Pergi ke toilet di kamar, mengambil handuk, membasahkan dengan air, membersihkan wajahnya.

"Aku sudah sering sekali mengatakan, apakah kita bisa langgeng atau tidak, semuanya ditentukan oleh kamu sendiri, bukan olehku, hanya membutuhkan kamu percaya diri, aku, tidak akan melepaskan tanganku."

Raven bukan orang yang pintar membujuk wanita, tapi setiap kali dia berkata, Hutu akan langsung tersentuh sekali.

Dia masuk ke dalam pelukan Raven, "Paman Muda, sebenarnya sungguh tidak ingin kamu berbuat seperti itu, tapi, aku tidak tau harus bagaimana? Aku tidak ingin orang lain membicarakanmu, tapi aku juga tidak ingin berpisah denganmu."

Masalah seperti ini, mengganggu Hutu selama 2 tahun, juga ditahan olehnya sendiri selama 2 tahun.

Raven sangat mengerti, ada beberapa hal, kalau Hutu sendiri tidak bisa jalan keluar darisana, siapapun yang membujuknya juga tidak akan ada gunanya.

Dia tidak ingin menghadapi keluarga Ningga, tidak ingin mempublikasi hubungan mereka berdua, dia memilih cara yang paling bodoh, juga yang menurutnya paling aman.

Menghindar!

Raven pernah mencoba merubah pemikirannya, tapi dia malah terkejut sekali sampai bersembunyi di sekolah, setengah bulan tidak pulang kerumah.

Sejak saat itu, Raven memutuskan semuanya mengikuti keinginan Hutu .

"Besok kembali ke kota Bunga saja, kakek dan nenek sudah menelepon beberapa kali."

Raven memutuskan untuk mengalihkan perhatiannya, kalau tidak, malam ini, takutnya Hutu tidak bisa tidur lagi.

Hutu mengangguk dulu, lalu dengan kuat menggeleng, melepaskan Raven, mengerutkan kening, "Paman Muda, kalau kakek dan nenek bertanya tentang anak, mau bagaimana menjawab?"

"Maka kita lahirkan saja satu."

Nada bicara seorang pria lembut sekali, mengangkat tangannya, memcubit pelan pipi Hutu .

Melihat wajah wanita ini semerah apel.

Nini bilang, Raven pasti tidak normal, kalau tidak mana mungkin sudah bersama selama ini, Hutu masih perawan.

Setiap kali dikatai seperti itu, dia akan melawan.

Raven normal atau tidak, dia lebih tau dari siapapun.

Sering sekali tengah malam, keluar jogging, ataupun mandi air dingin, dia sudah bukan anak kecil yang tidak tau apa-apa, mana mungkin tidak tau apa maksudnya itu.

"Paman Muda......"

"Ehn!"

"Perkataanmu sungguh?"

Meskipun nantinya benar-benar harus berpisah, dia juga tidak ada penyesalan.

Raven saat membilas handuk, mendengar dia berkata seperti itu, tercengang dulu, lalu tertawa pelan, "Tidak, aku tidak ingin mengantarmu ke rumah sakit lagi saat tengah malam."

Hutu mengempiskan bibirnya, wajahnya lebih merah lagi, "Kalau begitu kamu tadi bilang mau lahirkan satu?"

Kalau tidak begitu, bagaimana mau melahirkan?

Begitu kalimat ini terlontarkan, Hutu terkejut sekali, meskipun sudah tersenyum lagi, wajahnya masih menangis, menyuruhnya pergi kencan dengan orang lain, sekarang sudah memikirkan melahirkan anak untuknya.

Sebenarnya, satu tahun akhir ini, dia bukannya tidak pernah mencoba mempunyai gerakan intim dengan Raven, hanya saja setiap kali sampai saat penting, dia ketakutan sampai badannya bergemetaran, kalau tidak kabur, maka pura-pura kasihan meminta diampuni, pernah paling berlebihannya, dia pingsan.

Selalu mencoba beberapa kali, tidak peduli bagaimana dia memberi kode, Raven akan berusaha mengganti topik.

Nini bilang, dia ini sedang malu.

Raven menjemur handuk, menariknya, berjalan ke ruang tamu, menghidupkan televisi, "Sini, aku temani kamu menonton."

Hutu mengerti sekali, dia sedang mengalihkan perhatiannya.

Setengah berbaring di dalam pelukan Raven, televisi sedang menyiarkan variety show yang biasa dia suka nonton.

Tapi, otak Hutu dipenuhi dengan masalah melahirkan anak!

"Paman.....Paman Muda." Dia menarik tangan Raven, menggores pelan beberapa kata di atas ditelapaknya.

Dia merasa lidahnya sudah mau membeku.

"Kamu tau ini sedang berbuat apa, apakah kamu mengerti?"

Hutu dengan wajah dan telinga merah, mengangguk, "Ehn, mengerti."

Raven mengangkat alisnya sedikit, dengan pelan tertawa dan juga sedikit ketidakberdayaan dan kesabaran, " Tutu ......." Suaranya menjadi lebih serak.

"Paman Muda, aku benar-benar tidak akan pingsan lagi, aku berjanji, kata Nni, aku karena tidak ada rasa aman, dan juga karena kamu masih belum milikku."

Belum milikku?

Bibir Raven terangkat, matanya membentuk sabit, melihat Hutu yang berkata dengan serius, dia dalam sekejap ingin tertawa sampai menangis.

Berdehem pelan, menundukkan badannya, berbisik beberapa kata di telinga Hutu .

Wajah Hutu, merah sampai daun telinganya.

Mungkin sungguh karena hubungan badan dan hati mereka bersatu, sejak hari itu Hutu merasa perasaannya terhadap Raven menjadi lebih tenang.

Meskipun, juga sedikit takut kehilangan tapi ingin mendapatkan, tapi jelas sekali jauh lebih baik.

Sedangkan dia setelah dua hari ini, masuk ke perusahaan Raven, untuk magang.

Di dalam perusahaannya, tidak sedikit orang mengenalnya, karena dua tahun ini, dia sering kemari menunggu Raven, juga dibawa Raven untuk menghadiri acara perkumpulan.

Hanya saja, yang tau hubungan asli mereka berdua, hanya Altius seorang.

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu