Cantik Terlihat Jelek - Bab 490 Contoh Terbaik

Semua orang melihat ke arah suara itu berasal, yang berkata adalah ayah Wen Jing yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Abang" Kali ini yang bersuara adalah Wen Jing.

Weni merasa suasana menjadi sangat kacau, Wen Jing memanggil Altius abang?

Weni menoleh ke Altius, "Kamu mengenal mereka?"

Altius melihat tiga orang yang berada di sisi, setelah meragu sejenak, Altius baru menjawab : "Orang tua aku dan adikku" Altius tertawa dengan ringan sebelum menambah, "Tetapi aku tidak tahu abang kamu adalah Bima"

"Altius, ini adalah?" Wanita yang duduk di samping Wen Jing berdiri dan bertanya sambil menatap ke Weni.

Pada saat ini, Kiki turun dari pangkuan ayah Bima dan berlari kepada Weni, "Mama....."

Weni awalnya berpikir kedatangan Altius bisa membuat keberadaan dirinya tidak begitu canggung, tetapi dia sama sekali tidak menyangka akan menjadi begini.

Weni melihat ekspresi ayah Wen Jing jelas tenggelam.

"Sudah, jangan berdiri di sana terus, duduk di sini, Weni, mengapa kami tidak mendengar kamu berkata kamu mengenal abang Wen Jing?"

Bima menarik Weni duduk di atas kursi.

Weni melihat ekspresi Altius tidak terlihat bagus.

Weni menundukkan kepalanya, setelah berpikir dia berkata: "Dia adalah rekan kerja keponakannya Hutu, kami pernah bertemu sekali dan makan bareng sekali..... kemarin kami juga pernah bertemu dengan paman dan tante, tadi... tadi kami bertemu lagi di depan hotel, jadi... jadi kami pun masuk bareng"

Weni memegang celananya dengan erat, telapak tangannya sudah dibasahi oleh keringat.

Weni merasa ayah Altius tidak akan menyukai jika dia berpacaran dengan Altius, panggilan Ibu dari Kiki tadi sudah menjelaskan sangat banyak hal.

Apakah kisah ini akan berakhir sebelum mulai?

Weni menundukkan kepalanya dan minum air.

Kemudian Weni mendengar wanita duduk di depannya berkata, "Kalau begitu benar-benar sangat kebetulan, Altius, cepat duduk ke sini, ayah kamu berkata kamu tidak bisa datang karena ada urusan, Mama mengira kamu benar-benar tidak mau datang"

"Tidak perlu, aku duduk sini saja!" Sambil berkata, Altius pun duduk di kursi samping Weni.

Setelah itu, Altius mengisi kecap dan cuka mangkuk Weni dengan penuh sebelum bertanya, "Mau aku tuangkan air untuk kamu?"

Sikap dan kegiatan Altius membuat ekspresi semua orang berubah.

Reaksi Wen Jing paling besar, dia menumpahkan jus di depannya dan membasahi setengah badannya.

"Saya... saya pergi ke kamar mandi sebentar, maaf ya"

Weni adalah tipe orang yang agak lambat berekasi, tetapi pada saat ini dia juga menyadari ada sesuatu yang salah.

Altius adalah abang Wen Jing, tetapi marga mereka berbeda........

"Aku pergi melihatnya sebentar" Bima berdiri dan mengikutinya.

"Aku tidak tahu Wen Jing adalah adik kamu, maaf ya" Setelah berpikir, Weni memilih untuk menjelaskan kepada Altius.

Pada saat ini, lauk pun telah siap dimasak.

"Tidak apa-apa, mereka memang harus tahu mau cepat atau lambat" Nada suara Altius tetap sangat lembut, tetapi setelah mendengar, Weni malah merasa dia sedang menahan emosinya.

Setelah itu Wen Jing pun kembali dengan wajah pucat, Bima mengikuti di belakangnya dengan ekspresi tidak senang.

"Ayah, aku dan Weni igin pacaran"

Setelah Bima dan Wen Jing duduk, Altius tiba-tiba berdiri dan bersuara.

Weni yang sedang minum air langsung tersedak dan batuk tanpa berhenti, tanpa peduli banyak, Weni langsung menarik tangan Altius dan meminta dia untuk duduk.

Ekspresi ayah Altius menjadi sangat gelap, sementara ibu Altius hanya minum teh dengan kepala menunduk, tetapi bisa dilihat dia juga merasa sangat tidak senang.

"Hari ini utamain masalah adikmu dulu, masalah kalian lain hari baru bahas"

Setelah beberapa saat, ayah Altius pun bersuara.

Weni tidak berkata apa-apa, pada saat it Bima menuangkan air ke gelasnya lagi, Weni menjilat bibirnya dan menarik nafas.

"Masalah membahagiakan ditambah masalah membahagiakan, bukannya lebih baik kalau begitu?"

"Kamu........"

"Paman, Altius hanya bercanda, hari ini baru saja termasuk kedua kali kami bertemu" Weni memotong kata-kata ayah Altius.

Ayah Altius menatap ke Weni dan sama sekali tidak mencoba untuk menyembunyikan rasa tidak suka di matanya.

Perasaan penghinaan ini membuat hati Weni dingin lagi secara perlahan.

Weni pernah berpikir, seberapa banyak orang yang tidak menyukai seorang wanita janda yang memiliki anak, tetapi Weni tidak menyangka ayah Altius bersikap begitu terus terang.

Tetapi, setelah berpikir, Weni merasa sikap mereka itu normal juga, Altius yang begitu berprestasi menikahi seorang wanita yang pernah melahirkan anak, benar-benar sangat merugikan.

"Aku tidak bercanda!" Altius menarik tangan Weni dan menatap ke mata Weni.

Tiba-tiba, satu bayangan tubuh yang tinggi memasuki posisi antara Weni dan Altius kemudian memisahkan tangan kedua orang yang saling berpegangan.

"Weni, kita ganti tempat saja, Kiki lebih lengket kepada kamu"

Melihat ke mata Bima, Weni menyadari ada kemarahan di tatapannya, dia melamun sejenak sebelum sibuk berdiri.

Kelakuan Bima ini pun berhasil membuat suasana ruangan menjadi agak lega.

Semua orang pun mulai membahas tentang masalah bisnis.

Tetapi yang jelas adalah, tidak ada yang membahas tentang masalah Bima dan Wen Jing.

Pertemuan malahan lebih mirip seperti sedang berbisnis.

Suasana yang aneh ini membuat Weni merasa sangat sesak.

Setelah lauk sudah dihidangkan semua, Weni berpikir, seharusnya acara ini sudah mau berakhir kan?

Pada saat ini, ayah Altius tiba-tiba berdiri dan berkata kepada Altius: "Kamu ikuti aku keluar sebentar"

Di lobi.

"Kamu sedang sembarang bertingkah apa? Kamu mau membuat adikmu tidak bisa menikah?" Ayah Altius memarahi anaknya.

Sementara Altius hanya tertawa, "Ayah, sepertinya kamu salah paham, aku baru merupakan anak kandung kamu, apakah ayah tidak merisau kalau aku tidak bisa menikah?"

Ayah Altius memejamkan matanya dan menunjuk ke Altius, kemudian dia menunjuk ke arah ruangan makan tadi.

"Kenapa, kamu benar-benar mau menjadi ayah tiri anak itu?" Suara ayah Altius pun menjadi semakin kuat, walaupun jarak mereka jauh dan bahkan dihalangi oleh sebuah pintu yang tebal, orang-orang di dalam ruangan tetap mendengar percakapan mereka.

Tangan Weni yang sedang mengambil tulang ikan untuk Kiki bergetar beberapa saat.

"Apakah tidak boleh? Ayah sendiri adalah contoh yang sangat bagus untuk bidang inI" Suara Altius menjadi agak tenggelam, kata-kata dia membuat semua orang merasa sangat kaget.

Wajah Ibu Wen jing dan Wen Jing juga langsung menjadi sangat pucat.

"Pak!" Suara tamparan pun terdengar.

Novel Terkait

Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu