Cantik Terlihat Jelek - Bab 397 Ketakutan

"Mia......" Selanjutnya, dari luar pintu terdengar suara ibu.

Mia terasa sedikit panik, dia tidak berani membayangkan ibu akan bagaimana kalau dia tahu Mohan melakukan hal seperti ini kepadanya?

Melihat ketakutannya, Mohan mencium dahi Mia, "Nanti sore aku baru datang menjenguk kamu"

Mia melihat ke Mohan, tatapannya memancar kata 'tidak butuh', dia menggelengkan kepalanya dengan ekspresi datar.

Setelah Mohan pergi, pintu pun terdorong terbuka lagi.

"Mia?"

Ibu melihat ke dalam ruangan, "Tadi siapa di sini?"

Mia mengerutkan alisnya, "Tidak ada siapa-siapa. Tadi dokter datang, dia baru saja pergi dari sini" Setelah berkata, Mia menoleh ke samping dengan perasaan bersalah.

Ibu menarik kursi dan duduk di samping tempat tidur, "Apa yang terjadi? Kamu satu malam tidak pulang, kenapa besok paginya langsung masuk rumah sakit?"

Mia menggelengkan kepalanya, tidak ingin menjawab.

"Mia....." Ibu sudah sedikit marah.

"Ibu, dia sudah mau menikah, akhirnya aku sudah bisa menyerah" Mia tertawa dengan tidak normal, dia tertawa sampai mulai mengalir air mata, tertawa sampai bergetar, dia menatap ke ibu dengan tatapannya dipenuhi dengan kesedihan: "Ibu, aku bersalah dengan kamu dan ayah, aku jelas tahu keluarga Mohan yang membuat keluarga kita menjadi begitu, tetapi aku tetap tidak bsia mengontrol diriku dan ingin bersama dengannya, aku sangat tidak berguna"

Ibu mengerutkan alisnya, menatap ke Mia yang sangat sedih beberapa saat sebelum berkata dengan perlahan : "Anakku, biarkan takdir berjalan saja"

"Takdir, kalau kami ditakdirkan pun ditakdirkan untuk saling menyakiti" Mia tertawa dengan wajah yang dibasahi air mata, dia menundukkan kepalanya, kemudian berkata dengan santai : "Lupakan saja, ibu, kamu sembarang menikahkan aku dengan satu orang saja, aku sangat lelah!"

"Bukannya menikah dengan orang salah lebih melelahkan? Kalau kamu benar-benar menyukai dia, kamu tunggu lagi saja, belum sampai detik terakhir, kamu belum kalah"

Mia melihat ke ibu dengan ekspresi tidak percaya dan bertanya dengan suara serak: "Ibu, mengapa kamu masih mendukung aku? Apakah kamu tidak membenci keluarga dia?"

"Daripada benci, ibu lebih mementingkan kebahagiaan kamu daripada apa pun" Ibu menatap Mia dengan lembut, "Asal kamu bahagia, ibu dan ayah benar-benar tidak peduli yang lain"

"Tetapi, aku bersalah dengan kalian!" Mia merasa sangat emosional, matanya terus mengalir tanpa berhenti.

Kebahagiaan dia sendiri itu digantikan oleh kebahagian orang tuanya, Mia tiba-tiba merasa sebagai seorang anak, dia benar-benar sangat egois.

Mia menarik nafas kemudian menghelanya dengan berat.

Ibu duduk beberapa saat di sana, ketika dia melihat jam tangan yang berada di atas meja, dia menghela sebuah nafas kecil, kemudian berdiri, "Mia, ayahmu baru saja menjalani operasi jantung, aku tidak bisa membiarkan dia sendiri di rumah, aku pulang dulu, nanti ibu akan menyuruh Mira datang"

"Ibu, aku hanya merasa sedikit tidak enak badan, buat apa kamu menyuruh Mu Ling datang? Aku tidak apa-apa, aku berbaring di sini sebentar, nanti sore aku sudah bisa pulang rumah"

"Baik, kalau begitu ibu pergi dulu, kamu hati-hati ya"

Setelah ibu pergi beberapa saat, Mohan baru datang, dia memegang sarapan di tangannya.

"Sarapan dulu"

Melihat kantong di meja yang familier, Mia merasa salah fokus sejenak, apakah ini adalah kebetulan? Yang Mohan beli adalah makanan kesukaannya.

"Mohan, bolehkah kamu melepaskan aku?" Setelah berkata, Mia mengangkat kepalanya dan melihat ke Mohan dengan mata dibasahi air mata, "kamu tahu, aku hanyalah orang biasa, aku hanya ingin menjalani hidup biasa dengan tenang"

Mohan mengambil jam tangan di atas meja dan memakainya di tangannya, kemudian dia melihat ke sekeliling baru melihat ke Mia setelah beberapa saat, "Masalah semalam, apakah hanya aku yang menikmati? Bukannya yang rugi itu aku? Aku yang menghabiskan tenaga."

"Kamu......" Mia menunjuk ke Mohan dengan marah, tetapi dia tidak bisa berkata apa pun.

"Mia, kamu tidak boleh menyukai pria lain"

Mia merasa kaget, "Apa maksudmu?"

"Karena aku tidak suka barang yang aku sudah pernah pakai, dipakai oleh orang lain" Suara Mohan terdengar sangat santai.

Mia mengangkat kepalanya dan memegang dadanya, dia melihat ke pria di depannya, setelah beberapa saatnya dia berkata seolah-olah dikutuk oleh setan : "Kalau begitu kita baikan saja?"

Mohan merasa sangat kaget, dia melihat ke Mia dengan mata membesar, setelah beberapa saat dia berkata dengan dingin: "Untuk sementara tidak bisa"

"Mohan, ini tidak bisa, itu juga tidak bisa, jadi kamu mau aku bagaimana?" Mia sangat membenci sikap Mohan seperti ini, dia berteriak dengan marah, pada saat detik setelah mengatakan kalimat itu, Mia sudah merasa menyesal, kalau bisa dia ingin mengigit lidahnya sampai putus, tetapi kata-kata yang sudah dikatakan itu seperti air yang sudah dibuang, sudah tidak bisa ditarik kembali.

"Begini, semuanya tidak ada hubungannya denganku, aku cuma tahu, saat ini, aku belum ada rencana balikan !" Ekspresi Mohan sangat dingin, dia berdiri dan berjalan keluar.

Mia memejamkan matanya, dia hanya ingin menampar dirinya sekarang.

"Kalau begitu kamu beri tahu aku, kamu mau aku menunggu kamu itu menunggu apanya?" Setelah berpikir, Mia berkata.

Setelah Mia berkata, tubuh Mohan bergetar, pada saat dia tidak tahu harus bagaimana menjawab Mia.

Jendela yang berada di area tatapan dia tiba-tiba muncul sepasang mata yang membuat dia merasa ketakutan.

Tubuh Mohan langsung merasa tegang, alisnya mengerut dan dia melirik ke orang itu dengan wajah tidak percaya, tadi sepertinya dia melihat...... ayah, ayah yang sudah meninggal bertahun-tahun lalu.

Jantungnya berdetak sangat cepat, walaupun waktu sudah berlalu beberapa tahun, walaupun sepasang mata itu sudah berkeriput, Mohan tetap bisa mengenal orang itu adalah ayah.

Hanya saja, mengapa dia bisa tidak mati?

Mohan mengerutkan alisnya.

"Mohan!"

Mia memanggilnya dengan suara kecil, masalaha apa yang bisa membuat Mohan yang biasanya selalu bersikap tenang memasang ekspresi yang begitu panik?

Mohan berdiri di tempat dengan seluruh tubuh yang tegang.

Mengapa ayah bisa tidak mati? Meskipun waktu mereka pergi tim pasukan sudah di kremasi, tetapi tim pasukan tidak memiliki alasan untuk membohong mereka.

Tiba-tiba tubuh Mohan bergetar.

Ada kesalahan apa di masalah tahun itu, atau mereka ada sempat mengabaikan masalah apa secara tanpa sadar?

Mohan berjalan ke depan dan membuka pintu, melihat ke koridor panjang yang kosong, Mohan menarik nafas dan menenangkan emosi di dalam hatinya, dia mengeluarkan ponselnya dari saku dengan cepat kemudian jarinya mulai mengetik sebuah pesan teks di layar ponsel dengan cepat.

Novel Terkait

Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu