Cantik Terlihat Jelek - Bab 617 Pihak Ketiga Yang Tidak Diharapkan

“Kamu ingin mengambil gaji setahun dimuka?” Aderlan mendorong cangkir teh ke depan Rozi, dan melanjutkan:

“Apa gunanya mengambil uang ini?”

Rozi tidak mengatakan apapun, dia tidak ingin Aderlan ikut campur dalam masalah hidupnya.

Tapi, jelas, jika dia tidak mengatakannya, Aderlan tidak mungkin meminjamkan uang kepadanya.

Setelah merenung untuk beberapa saat, dia menceritakan masalah Dodo kepada Aderlan Mo.

Setelah selesai menceritakan itu, matanya kembali memerah, dia menoleh dan menatap Aderlan, “Jika Anda meminjamkanku uang, Saya akan selalu siap sedia.” Janjinya singkat dan simple.

Matanya memancarkan secerca harapan, dia tumbuh sebesar ini, tapi tidak pernah memohon kepada siapapun.

Aderlan bersandar di kursi, satu tangannya berada di dalam saku celana, dia menundukkan kepala dan tidak mengatakan apapun.

Melihat dia seperti ini, Rozi sedikit gelisah, “Saya bisa membayar bunga, atau, atau, Anda punya permintaan lain, Anda katakan saja.”

Dia tau, jika sudah mengambil gaji dimuka, maka dia dan Aderlan tidak bisa dipisahkan lagi.

Tapi, dibandingkan dengan melihat Dodo meniggal di depan matanya, masalahnya dengan Aderlan, itu bukan apa-apa.

Setelah hening untuk beberapa waktu, Aderlan mengangkat kepala dan melihat Rozi, dia tidak mengatakan apapun lagi, kemudian mengambil sebuah kartu dari laci dan memberikannya kepada Rozi, “Di dalam ada 1 miliar, passwordnya 6kali angka 3, gaji untuk dua tahun, masih ada lebih empat ratus juta, anggap saja aku membantu anak itu.”

Dia begitu cepat setuju dan kebaikannya yang tiba-tiba ini membuat Rozi tercengang, dia berdiri disana dan tidak bisa berkata-kata.

Ternyata, Aderlan tidak seburuk itu.

Dia menarik nafas dan membungkukkan badan dan pinggang terhadap Aderlan, “Terima kasih, terima kasih, empat ratus juta itu anggap saja sebagai gaji juga, terima kasih banyak!”

Aderlan hanya melambaikan tangannya.

Rozi menghela nafas, dia berbalik dan segera pergi.

Saat dia hendak keluar, seorang wanita keluar dari pintu sebelah kanan, “Kak Mo....”

Yesca Pei berdiri di sampingnya, dia melihat ke arah pintu keluar, “Kak Mo, siapa pria itu? Kenapa kamu mau membantunya?”

Aderlan tidak menjawab pertanyaannya, namun matanya terus menatap rok pendek yang dia kenakan, “Tidak dingin?”

Yesca Pei menundukkan kepalanya, “Aku...aku hanya ingin menunjukkannya padamu. Kak Mo, selanjutnya, apakah kamu akan menghadiri sekolah kami?”

Aderlan mengambil baju yang berada di belakang kursi dan memberikan baju itu pada Yesca, “Aku masih belum berencana untuk menghadiri sekolah manapun.”

Yesca mulai gelisah, “Kenapa? Kamu tidak berencana menghadiri sekolah?”

“Lain kali baru bahas, ayo pergi, aku antar kamu kembali!”

Setelah itu, Aderlan berdiri dan berjalan keluar.

Yesca benar-benar termenung, dia hanya berdiri di tempat, setelah beberapa saat dia baru tersadar dan segera mengikuti Aderlan.

Rozi sedang menunggu bus di halte bus gerbang depan, suasana hatinya terlihat kacau.

Aderlan menghentikan mobil di depannya, dan menurunkan kaca jendela mobil, “Mau pergi kemana, aku antar.”

Rozi melihat Aderlan, dan melihat wanita yang duduk di sebelahnya.

Rambutnya dikucir satu, wajahnya cantik dan mempesona, dia terlihat seusia dengan kami, namun pakaiannya sangat dewasa.

Dia teringat dengan putri dari keluarga Pei yang disebutkan oleh kakek Mo, dulu dia sangat penasaran, dia bahkan pernah mencari informasi tentang dia di internet.

Untuk sesaat, dia merasa masalah ini mulai menarik.

“Tidak perlu, Saya menunggu bus...”

“Naik lah, jarang-jarang kak Mo sebaik ini!”

Yesca memotong perkataannya, dia juga menunjuk bagian belakang mobil, “Naiklah!”

Rozi melihat jam, hari ini dia berniat menggantikan Tuman, dia memperkirakan jika kemarin malam Tuman tidak tidur sama sekali, jika terus begini, Dodo tidak jatuh, dia mungkin akan jatuh terlebih dahulu.

Sebentar lagi sudah pukul lima sore.

Setelah dipikir-pikir, dia juga malas mencari alasan, dia membuka pintu mobil, dan duduk di belakang.

“Halo Tuan Mo, tolong antarkan Saya ke rumah sakit.”

Dia tidak mengatakan apapun sepanjang perjalanan, perlakuan Aderlan ini, membuat dia merasa sudah menjadi pihak ketiga yang tidak diharapkan.

Terkadang mereka berdua mengobrol menggunakan bahasa mandarin, terkadang menggunakan bahasa daerah kota A, sebenarnya Rozi mengerti, kakeknya berasal dari kota A, meskipun logatnya sedikit berbeda, tapi, secara keseluruhan dia masih mengerti.

Dia tau kedua orang ini sedang membahas masalah sekolah.

“Kak Mo, kamu tidak berencana menghadiri sekolah, jadi kamu berencana melakukan apa? Aku sudah memberitahu teman sekelas bahwa kamu akan menghadiri sekolah kami, jika kamu tidak datang, bagaimana aku bisa jelaskan pada mereka?”

Yesca terus mengatakan, nada bicaranya semakin bersemangat.

Aderlan tidak mengatakan apapun, dia menghidupkan lampu sein mobil dan hendak belok di satu tikungan, kemudian berhenti di sisi jalan.

Dia melihat ke depan, wajahnya terlihat suram, kemudian dia menarik nafas panjang, “klik”, dia membuka kunci pintu,

“Aku tidak ingin karena masalah ini, lalu ribut denganmu, aku juga tidak berpikir jika kamu punya hak untuk mengaturku, jadi, turun dari mobil.”

Nada bicaranya sangat dingin, dan tidak ada celah untuk berkompromi dengannya.

Yesca secara sadar melihat Rozi yang duduk di belakang, melihat dia sedang memejamkan mata, dia dengan lembut menarik lengan baju Aderlan,

“Kak Mo, aku salah, aku...aku juga terbawa emosi, aku, aku ingin bersama denganmu....jadi, kamu jangan marah, bisakan?”

Saat dia selesai mengatakan itu, suaranya bahkan terdengar terisak beberapa kali!

Rozi mengerutkan alisnya, dia sedikit terkejut, hubungan mereka ternyata seperti ini, hatinya merasa sedikit aneh.

Dia tidak menyangka, ternyata seperti ini hubungan kedua orang ini.

“Turun! Aku tidak ingin mengulang perkataanku lagi!”

Sayangnya, permohonan dan tingkah centil Yesca masih tidak berhasil membujuk Aderlan, nada bicaranya masih sangat tegas.

Yesca menutup mulutnya dan keluar dari mobil.

Terdengar suara isak tangis, terlihat dari kaca spion, Yesca sedang jongkok di sisi jalan, dia memeluk kedua lututnya dan menangis dengan sedih.

Rozi mengangkat kepala dan melihat Aderlan, ekspresinya biasa saja, dia tidak bisa membantu tetapi mengubah cara pandangnya terhadap Aderlan, pria ini lagi-lagi tidak seperti apa yang dia pikirkan.

Dia tumbuh dengan Yesca, perasaan ini, juga tidak bisa membuatnya bersikap lebih lembut.

Dia hanya bisa menelan ludah, hanya Tuhan yang tau kenapa sebelumnya dia bisa berpikir bahwa Aderlan memiliki hati yang lembut, benar-benar....konyol!

Setelah itu, dia duduk dengan tegak.

Tepat sekali, mereka sampai di pintu rumah sakit.

Dia menunjuk keluar jendela, “Itu, Tuan Mo, berhenti disini saja.”

Mobilnya berbelok, mereka terus melaju ke parkiran bawah.

Mobil sudah terparkir, Rozi mengucapkan terima kasih dan segera turun dari mobil, namun tidak diduga, saat dia menekan tombol lift, Aderlan juga ikut dengannya, dia berdiri disamping.

Rozi melihat ke kiri dan kanan, “Anda juga ada urusan disini?”

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu