Cantik Terlihat Jelek - Bab 229 Amnesia

Mendengar suara itu, Mikasa berputar balik badannya secara refleks dan melihat ke arah asal suara, selanjutnya Mikasa menutupi mulutnya, "Papa....." dia berteriak dengan suara besar dan langsung lari ke arah jalan raya.

Mikasa belum sempat bereaksi terhadap sebuah mobil yang sedang berlaju cepat kepadanya, detik selanjutnya dia ditarik ke pelukan seseorang.

"Apakah kamu mau mati? Kamu tidak lihat mobil?" Gary marah di sisi telinganya.

Mikasa mengangkat kepalanya dan melihat ke Gary, dia merasa masam di hidungnya tetapi Mikasa langsung berputar balik badannya dan berjalan melewati keramaian tanpa bicara banyak, darah yang berwarna merah segar membuat Mikasa susah mau membuka matanya, dia berlutut di depan ayahnya, bahkan Mikasa tidak tahu harus meletakkan tangannya dimana.

"Papa... Papa...." Mikasa memanggil dengan suara kecil, sayangnya tidak ada yang menjawab dia lagi.

Gary berlutut dengan satu kaki dan meletakkan tangannya di depan hidung papa Mikasa, kemudian Gary menggelengkan kepalanya terhadap Mikasa, "Turut berduka"

Semua orang pun ribut di sekeliling.

Seorang pemuda jatuh duduk di atas jalan dan berkata, "Mengapa dia bisa tiba-tiba lari keluar, bukan salahku, aku bukan sengaja menabraknya"

Mikasa melihat ke ayahnya yang pada detik sebelumnya masih bisa berbicara, sekarang mereka sudah berpisah selamanya, yang mengkagetkan adalah air mata Mikasa tidak mengalir, dia mengigit bibirnya dan berdiri secara perlahan, kemudian dia berputar balik badannya dan berjalan melewati keramaian lagi, tetapi sudah tidak ada bayangan Levi lagi, dia memejamkan matanya dan membuka lagi, tatapannya di penuhi oleh kebencian dan penyesalan.

Kalau tahu begitu, tadi dia pasti tidak akan bertengkar dengan ayahnya dan tidak akan memaksa ayah untuk menelepon ke Levi, bisa jadi hal seperti ini tidak akan terjadi lagi.

Selanjutnya, kesadaran Mikasa pun menghilang.

Pada saat dia bangun, dia sudah berada di sebuah ruangan yang asing, gantungan yang cantik dan lampu yang mewah, ini.... dimana?

Pada saat itu, dia mendengar suara pintu dan kemudian dia melihat seseorang yang tinggi berjalan ke arahnya.

Sudut mulut Mikasa terangkat dengan cantik, dia pasti sedang bermimpi, kalau tidak bagaimana dia bisa melihat Gary yang memakai baju tidur?

Sampai sepasang tangan yang hangat menyentuh dahinya, Mikasa baru sadar dia bukan sedang mimpi.

Wajah putihnya memerah, dia menelan air liur, "Gar....Gary? Kamu... Aku.... Ini dimana?"

Gary melihat ke Mikasa, "Sudah tidak panas, sepertinya, otak juga tidak masalah"

Setelah itu, dia menghela nafas lega.

"Lapar tidak?"

Mikasa mengangguk, "Lapar"

Selanjutnya Gary membawa sedikit bubur dan sayur untuk Mikasa, "Makan dulu yang agak ringan untuk mengisi perut, dokter berkata kamu baru bangun dari pingsan, tidak boleh langsung makan yang terlalu berat"

Mikasa mengangguk, selanjutnya dia mengerutkan alisnya, "Kamu.... Kamu bilang aku pingsan?"

Gary melamun sejenak dan menyipitkan matanya kepada Mikasa, "Jangan beri tahu aku, kamu tidak tahu mengapa dirimu pingsan?"

Mikasa melihat ke atas dan tiba-tiba dia tertawa, "Apakah aku di pukul pada saat aku bantu kamu mengusir preman semalam? Jadi, aku pingsan"

Tangan Gary yang sedang merapikan meja berhenti, dia berputar balik badannya dengan cepat dan melihat Mikasa, "Preman apa?"

Mikasa mengambil bubur yang berada di meja, mulai meniupnya, "aiyo, tidak apa-apa, orang lain tidak tahu juga, bukan... hal yang memalukan juga" setelah itu, dia mulai makan dengan perlahan, kemudian dia mengomel : "Tetapi, aku ingat aku memukul mereka sampai mereka semua lari? Mengapa aku bisa pingsan? Mungkin karena terlalu lama tidak latihan, staminaku sudah menurun"

Kemudian Mikasa menghabiskan semangkok bubur itu dan mulai menyeka mulutnya, dia menyadari Gary sedang menatapnya pada saat dia mengangkat kepalanya, wajahnya memerah, "kamu... Mengapa kamu menatapku seperti ini?"

Gary sebenarnya kaget terhadap dua hal, satunya adalah wanita ini sepertinya sudah melupakan masalah ayahnya meninggal sebelum dia pingsan.

Satu hal lagi adalah..... masalah mengusir preman yang wanita ini katakan, di... di dalam ingatan Gary, sepertinya ada kejadian seperti ini, pada tahun keempat dia kuliah, pernah sekali beberapa preman mengelilingi Gary dan ada seorang wanita menolongnya, hanya saja pada saat itu karena Gabriel sedang ada maslaah, Gary tidak sempat mengucapkan terima kasih terhadapnya dan langsung pergi.

Apakah.... Wanita itu adalah dia?

"Kamu beri tahu aku, hari ini hari apa? Bulan berapa tanggal berapa?"

Mikasa mengedipkan matanya dan mulai berpikir, dia melihat ke luar jendela dan berkata : "Iya, kalau aku semalam tidur di rumahmu selama satu malam, berarti sekarang adalah tanggal 23 September, hari Rabu, semalam hari Selasa, aku ada kerja sampingan, aku bertemu denganmu pada saat mau pergi kerja sampingan" Mikasa berkata dengan pasti.

Gary melihat ke jamnya dan alisnya mengerut, hari ini benar 23 September, tetapi.... Hari ini adalah hari Sabtu, kemudian Gary terus bertanya : "Umur kamu berapa tahun ini, pekerjaan kamu apa?"

Mikasa tertawa dengan suara, "Aku mahasiswa, berapa tahun? Apakah kamu tidak tanya terlalu banyak? Usia wanita itu sebuah rahasia." Setelah berhenti beberapa saat, Mikasa berkata lagi : "Tetapi, kecuali kamu, aku bisa beri tahu kamu, umurku..... 20 tahun, mahasiswa semester 3 di jurusan arsitek bangunan"

Jari Gary yang panjang memijat dahinya, dia menghirup sebuah nafas dan kemudian menghela nafas, "kamu.... Istirahat dulu, aku pergi cari dokter" setelah itu, Gary langsung berjalan keluar dengan cepat.

Reaksi Mikasa pasti bukan pura-pura, orang yang ayahnya baru saja meninggal, masalah seperti ini, reaksi seperti ini, orang biasa pasti tidak akan bisa pura-pura sampai begini.

Apa..... Yang sedang terjadi?

Pada saat itu, Suya yang melihat Gary keluar langsung mendekatinya, "Ga.... Direktur Gary, apakah Mikasa sudah sadar diri? Rumah duka disana sudah menelepon untuk tanya dia kapan mau mengurus acara pemakaman paman"

Gary mengangguk, "sudah sadar diri"

"Oh, baik, kalau begitu aku pergi mencarinya dulu" Suya berkata sambil berjalan ke arah kamar.

"Tunggu" Gary memanggilnya.

Suya mengerutkan alisnya dan menoleh ke Gary, "Ga... Direktur Gary, apakah ada masalah lain?"

Gary melihat ke Suya dan tidak tahu harus bagaimana menjelaskan kepadanya, setelah berpikir, Gary bertanya : "Nona Suya, sejak kapan kamu kenal dengan Mikasa?"

Suya merada sedikit bingung dan tidak mengerti dengan maksud Gary, tetapi dia jawab dengan jujur, "Iya, kami itu teman kuliah"

"Berarti sejak mulai kuliah, kamu sudah kenal dia?"

Suya mengangguk, meskipun pada awalnya dia belum sangat dekat dengan Mikasa, tetapi mereka benar-benar adalah teman kuliah!

"Kalau begitu, dia.... Masalah dia pernah menolong aku, apakah kamu tahu tentang itu?"

Mendengar kata-kata Gary, ekspresi Suya menjadi cerah, "Mikasa sendiri beri tahu kamu?"

Gary menoleh ke belakang dan menghirup sebuah nafas, kemudian dia melihat lagi ke Suya dan berkata dengan ekspresi serius "Nona Suya, kamu seharusnya tahu tentang ini, sepertinya ingatan Mikasa mengalami amnesia"

Suya melamun sejenak dan kemudian dia tertawa sampai menutupi mulut ya, "Direktur Gary, apakah kamu tahu apa yang sedang kamu katakan? Amnesia? Apakah kamu mengira kita sedang akting di dalam drama atau sedang baca novel?"

Novel Terkait

Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu