Cantik Terlihat Jelek - Bab 401 Bajingan Kamu Mohan

"Akkkhhhh....."

Tubuh Mia miring ke bawah, dia tanpa sadar menjerit kencang, selanjutnya seluruh tubuhnya jatuh dan telungkup di atas tubuh Mohan, kemudian sebelum dia sempat bereaksi, Mohan sudah memeluk pinggangnya dengan sangat erat lalu membalikkan tubuhnya, dalam seketika tubuhnya sudah berada di bawah kungkungan tubuh Mohan.....

Lantainya sangat dingin sampai menusuk tulang, Mia merasa sangat tidak nyaman.

"Kamu tidak boleh merendahkan dirimu sendiri seperti itu!" melihat dia tidak nyaman, Mohan menyelipkan satu tangannya ke bawah tubuh Mia untuk membuat tubuhnya sedikit terangkat, dia berbisik di telinga Mia dengan suara yang terdengar serak.

Nafasnya yang hangat menerpa daun telinga Mia, membuatnya merasa tergelitik.

"Kamu, kamu bangun dulu!" Mia merasa tidak nyaman ditatap seperti itu oleh Mohan, jadi dia mendorong Mohan menjauh dari dirinya.

Namun Mohan terlihat sama sekali tidak berniat untuk bergerak, kedua mata hitamnya yang penuh dengan perasaan yang mendalam menatap Mia dengan sangat intens, lalu dia berbisik dengan hati yang dipenuhi ketakutan : "Kamu harus berjanji kepadaku terlebih dahulu kalau kamu tidak akan pergi ke Afrika Selatan dengannya!"

Nafas Mia sedikit terengah-engah, detak jantungnya yang cepat belum sepenuhnya tenang, kedua pipinya memerah karena dicium oleh Mohan, nafasnya tidak stabil, dia menggigit bibir merahnya dan tidak mengatakan apapun.

"Asalkan kamu menyetujuinya, aku berjanji kepadamu.....aku akan secepatnya mengurus masalah di sana, agar kita bisa segera kembali bersama." dia menatap kedua mata Mia yang sedikit menghindari matanya, suaranya yang serak tiba-tiba mengeluarkan kata-kata itu.

"Apa?" Mia langsung tertegun, dia bagaikan baru saja mendengarkan sebuah cerita dongeng, dia melirik Mohan dengan tatapan yang amat sinis, apakah dia sudah gila? Hanya untuk mencegahnya pergi ke Afrika Selatan, dia bahkan berjanji untuk kembali bersamanya? Selama beberapa tahun belakangan ini dia sama sekali tidak peduli terhadapnya, namun tiba-tiba saja dia seperti sudah kehilangan akal sehat, terlihat begitu peduli terhadap dirinya, semakin dipikirkan, Mia semakin merasa hal ini sulit untuk dipercaya.

"Aku hanya tidak ingin membagi wanitaku dengan pria lain, apakah kamu tahu....dari dulu aku sangat pemilih sekali terhadap wanita!" Mohan menatapnya dan berkata dengan santai, seolah sedang menjelaskan sesuatu kepadanya.

Namun Mia mendengus dan memutar bola matanya, lalu hampir secara tidak sadar menyindirnya : "Kamu sangat pemilih terhadap wanita? Hehe......!"

"Tentu saja, memangnya apalagi? Kamu pikir aku selapar itu sampai tidak pilih-pilih makanan?" dia sedikit mengangkat alisnya dan tersenyum menatap Mia.

"Yang jelas aku harus pergi!" Mia tidak tahu harus berbuat apa terhadap Mohan yang tidak tahu malu ini, dia menegaskan perkataannya sekali lagi dengan dingin.

Siku Mohan diletakkan di samping kepala Mia, telapak tangannya menangkup pipi Mia, lalu dia sedikit memiringkan kepalanya dan menatap Mia dengan tatapan mata yang sangat tajam.

Mohan tiba-tiba terdiam, membuat hati Mia sedikit tidak tenang, dia menyipitkan matanya dan menatap Mohan dengan waspada, setelah terdiam selama beberapa detik, di saat dia mengira kalau Mohan tidak akan mengatakan apapun, Mohan menghela nafas dalam-dalam dan menatapnya dengan pahit sambil berkata :

"Aku bahkan sudah menurunkan harga diriku, apakah kamu tidak bisa mengalah sedikit saja?" suara Mohan terdengar penuh dengan kesedihan dan juga keluhan karena sudah diperlakukan dengan tidak adil, membuat Mia yang mendengarnya merasa tidak percaya.

Mia merapatkan bibirnya dan menelan air liurnya, setelah itu barulah dia mendongak menatapnya.

"Aku hanya pergi untuk bekerja, kesempatan seperti ini mungkin tidak akan datang lagi!" suara Mia juga sedikit memelan, selanjutnya dia menambahkan : "Selain itu bukankah kamu pernah berkata kalau kamu tidak menyukai.....mmppfftt..."

Bibir merahnya tiba-tiba dibungkam dengan ganas oleh Mohan, dia menggigit bibir Mia bagaikan ingin melampiaskan sesuatu, kemudian dia memelototi Mia dengan garang sambil menggertakkan giginya : "Mia, jika kamu masih terus bersikap keras kepala seperti ini, kamu percaya atau tidak kalau aku akan langsung menidurimu sekarang juga!!"

Mohan berkata, setelah itu dia sedikit membungkukkan tubuhnya dan menempelkan keningnya di atas kening Mia, kemudian kedua tangannya langsung meraih pinggang Mia sambil meraung dengan marah, dia terlihat seperti ingin melepaskan ikat pinggang yang ada di pinggang Mia.

"Mohan, apa kamu sudah gila?" Mia sangat terkejut, wajahnya langsung berubah muram, orang tuanya, Morena dan juga Dudu bisa kembali kapan saja.

"Emm, aku sudah dibuat gila olehmu!" dia tiba-tiba menggigit bibir bawah Mia dan berkata dengan marah.

Setelah berkata seperti itu, dia duduk dan mulai melepaskan pakaiannya.

Wajah Mia seketika itu juga berubah pias, saat melihat Mohan sepertinya sungguh-sungguh dengan perkataannya, rasa malunya langsung berubah menjadi amarah, dia memelototi Mohan dan berteriak marah : "Dasar gila kamu, memangnya kamu tidak lihat ini di mana."

Mohan meliriknya dan tanpa mengatakan apapun langsung mengangkatnya dari atas lantai lalu meletakkannya di atas ranjang, kemudian memasukkan tangannya ke dalam pakaian Mia, Mia segera mendorongnya dengan panik, wajahnya terasa panas bagaikan terbakar, dia berteriak dengan cemas : "Wei, Mohan, kamu jangan bertindak sembarangan ya.....mmppfft...."

"Sekarang kamu sudah merasa takut, kuberitahu ya, Mia, kamu sudah terlambat!?" suaranya yang serak terdengar di telinganya, membuat Mia hampir gila karena panik.

Otaknya serasa kosong, dia bahkan hampir menatap Mohan dengan tatapan memohon, "Mohan, dasar bajingan kamu, lepaskan aku." setelah berkata seperti itu, dia mendorong Mohan dengan sekuat tenaga.

Mengalami hal itu sekali saja sudah lebih dari cukup, jika dia harus mengalaminya lagi untuk yang kedua kalinya? dia bisa gila!

Hanya saja Mohan tidak bermaksud untuk menghentikannya sama sekali, satu tangannya yang sedang meluncur ke bawah lebih cepat dari yang tadi!

"Tok tok....." tepat di saat Mia merasa dirinya akan gila, dari luar terdengar suara ketukan pintu yang berirama.

Sejurus kemudian dari luar terdengar suara Dudu, "Mia, apakah kamu ada di rumah?"

Seketika itu juga Mia diam-diam menghela nafas lega, seluruh tubuhnya berubah rileks, nafasnya sedikit terengah-engah, sedangkan Mohan malah menatapnya dengan wajah yang memerah lalu berkata dengan marah : "Aku akan membereskanmu nanti!"

Mia merapikan penampilannya sebentar lalu membuka pintu, dia melihat Dudu sedang bersandar dengan santai di kusen pintu.

"Kamu....." Mia menelan air liurnya, selanjutnya saat dia melihat senyuman Dudu, tiba-tiba dia mengerti, dia berkata dengan lirih : "Kamu....bagaimana kamu tahu dia ada disini?"

Dudu berdiri tegak dan berjalan 2 langkah ke arahnya, lalu dia berbisik di samping telinganya, "Saat aku turun aku sudah melihat dia datang kemari, jadi aku tidak pergi membeli sesuatu, awalnya aku ingin mendengar sesuatu yang menarik, tapi setelah dipikir-pikir lagi aku merasa tidak tega." setelah selesai mengatakan hal itu, dia mengangkat dagunya ke arahnya, "Jika kamu masih tidak kabur, nanti benar-benar sudah tidak bisa kabur lagi!"

Mia tertegun sebentar, kemudian dia segera masuk ke dalam kamar dan membawa kopernya, lalu dia segera menarik tangan Dudu : "Ayo jalan, cepat!"

Seiring dengan kepergian mereka berdua, sebuah bayangan gelap melintas dari dalam kamar mandi.

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu