Cantik Terlihat Jelek - Bab 398 Orang Yang Membuat Ekspresi Mohan Berubah

"Mohan" Melihat Mohan tiba-tiba pergi, Mia duduk tegak dan memanggilnya dengan suara keras.

"................" Mohan yang mendengarnya menyimpan kembali tatapannya. saat itu dia baru sempat bereaksi, dia berputar balik badannya kembali ke dalam ruangan dan memasang tatapan yang tenang sebelum menoleh ke Mia : "Ada urusan?"

"Seharusnya aku yang menanyakan pertanyaan ini kepadamu!" Mia bertanya sambil menatap wajah Mohan dengan tatapan tajam, Mia sudah bisa semakin pasti bahwa Mohan pasti memiliki masalah.

"Kamu tidur sebentar, aku turun ke lantai bawah sebentar" Wajah tampan Mohan terpasang sebuah senyuman yang lembut.

Tatatapan Mia memancarkan cahanya, hatinya terasa agak mengecewakan, dia menundukkan kepala dan berpura-pura berkata dengan sembarang : "Terserah, kamu tidak datang pun aku bisa menjaga aku sendiri dengan baik!"

Mohan berputar balik badannya dengan sikap malas dan berjalan ke depan tempat tidur Mia , kemudian dia melihat ke Mia dengan dalam, "Bukannya tadi baru berkata ingin baikan? Apakah sikapmu tidak seharusnya lebih baik?"

Mia melirik ke dia beberapa saat, kemudian dia menoleh ke samping dengan wajah serius : "Tadi otakku ada penyakit, sekarang penyakitnya sudah sembuh"

Ekspresi Mohan tiba-tiba tenggelam. pada saat dia mau mengatakan sesuatu, nada dering pesan teks berdering.

Ekspresi dia menjadi semakin serius, dia melihat ke Mia sebelum keluar dari ruangan.

"Mia, Mia.........."

Belum sempat berjumpa sudah mendengar suara, apel yang sudah mau masuk ke mulut Mia pun jatuh ke lantai.

"Mia, maaf, mengapa kamu bisa masuk rumah sakit? Aku merasa sangat risau, aku mengira kamu mengalami insiden? Kalau ada apa-apa terjadi kepadamu, aku akan merasa sedih selama kehidupanku" Dudu memasang ekspresi yang melebih-lebihkan.

Mia menundukkan kepalanya, tiba-tiba tidak tahu harus menangis atau tertawa.

Hanya saja...........

"Mengapa semalam kamu berikan aku kepada Mohan?'

Dudu mengerutkan alisnya, dia mendekati Mia secara perlahan, kemudian dia terus menatap ke Mia dengan kondisi setengah menyandar ke tempat tidurnya.

"Kamu... kalian, apakah terjadi sesuatu?"

Mia merasa kaget, dia mengangkat tangannya dan menyentuh pipinya sendiri, kemudian memasang wajah tidak percaya, "Kamu... kamu itu manusia atau dewa?" Mia bahkan sudah mulai meragu apakah manusia ini ada kemampuan untuk membaca isi hati orang dengan jelas.

"Jangan mengganti topik, beri tahu aku, apa yang terjadi antar kamu dan dia?" Ekspresi Dudu bahkan terlihat lebih gugup daripada Mia .

Mia menundukkan tatapannya, kemudian berpura-pura berkata dengan nada suara tidak peduli sambil mengigit bibirnya : "Hal yang seharusnya terjadi semuanya sudah terjadi tanpa kurang satu pun!"

Mulut Dudu terbuka setengah, dia melamun beberapa saat sebelum berdiri secara perlahan dan berkata : "Sekarang rencana dia pasti sudah hancur!"

"Kamu berkata apa?" Mia bertanya.

Dudu menggelengkan kepalannya dengan ekspresi sedikit merasa bersalah, "Tidak apa-apa, kamu mau makan apa? Aku beli untukmu!" Sambil berkata, Dudu berdiri dengan perasaan yang kacau!

"Aku sudah makan tadi" Pada saat menjawab, Mia berpikir tentang sarapan yang dia baru makan habis tadi, hatinya terasa asam.

Dudu berhenti beberapa saat, kemudian dia menghela sebuah nafas dan berkata dengan sembarang : "Aku mendengar Helmi sudah mau menikah!"

"Apa......?" Mia merasa emosional, dia hampir saja mencabut jarum infus di lengannya, tiba-tiba dia merasa rasa sakit yang kuat.

"Kamu hati-hati!" Dudu berdiri dan membantu dia merapikan selang infus, kemudian Dudu mengeluh, "Waktu orang melamar kamu, kamu bersikap tidak peduli, sekarang orang mau menikah, kamu emosional apaan?"

Mia mengulurkan tangan untuk menarik lengan Dudu, "Apa maksud kata-katamu tadi? Dia mau menikah? Dengan siapa?"

Dudu duduk kembali dan menghela nafas dengan suara kecil : "Sebenarnya aku juga tidak tahu, aku hanya mendengar dari temanku yang membuka toko gaun penggantin, katanya Helmi pergi ke tokonya untuk melihat gaun penggantin"

Mia mengerutkan alisnya, tiba-tiba dia tidak tahu harus bagaimana bereaksi.

Waktu baru saja berlalu berapa lama, Helmi sudah mau menikah.

"Aku merasa masalah ini ada sedikit aneh, bagaimana menurut kamu?" Mia berkata, jarak waktu acara pernikahan kemarin dengan sekarang bahkan belum sampai dua bulan.

Dudu menghela nafas, kemudian berdiri dan mengomel : "Aneh atau tidak, kamu juga tidak bisa campur tangan, kamu sendiri tidak mau menikah, tetapi kamu tidak bisa menyuruh orang lain jangan menikah juga kan?"

Mendengar kata-kata Dudu, ekspresi Mia tenggelam, dia tidak bisa membantah kata-kata Dudu, karena dia memang tidak memiliki hak.

Pada saat siang jam satu, Mia merasa tubuhnya sudah baikan, sehingga dia pun meminta Dudu untuk mengurus surat keluar dari rumah sakit, kemudian mengantar dia pulang rumah.

Dudu bermaksud untuk meninggalkan rumah Mia setelah makan malam.

"Masalah Helmi, bolehkah kamu mencari cara untuk mencari tahu lebih dalam, aku terus merasa sangat tidak enak!" Melihat Dudu sudah mau pergi, Mia pun berkata dengan cemas.

Dudu menoleh ke Mia , membungkukkan badannya dan mengangguk, "Siap, nona Mia Munir" Setelah berpikir, dia menambah, "Aku mendengar pengantinya adalah penduduk kota A"

Setelah itu, Dudu pun menghilang di depan mata Mia dengan sgera.

Hanya saja.............

Setelah beberapa detik, terdengar sebuah teriakan "ah" yang menakutkan.

"Kenapa?" Mia bertanya dengan cemas.

"Liu bodoh, apakah kamu sedang buru-buru ingin mati?" Dudu menyentuh dahinya dan berkata dengan marah.

Liusan mengembangkan mulutnya dan mengelus kepala Dudu, "Sayang, apakah kamu baik-baik saja?"

Sambil berkata, Liusan mengangguk kepada orang tua Mia, kemudian langsung berjalan ke kamar Mia .

Mia segera duduk dengan tegak setelah melihat Liusan dan Dudu yang berpegang tangan dengannya, "Liusan, kamu, mengapa kamu bisa datang?" Kedatangan Liusan membuat Mia merasa sangat kaget, karena dalam waktu dua tahun ini, Liusan tidak pernah datang mencari dia secara pribadi.

Liusan mengerutkan alisnya, "Apa yang terjadi? Mengapa bisa sampai masuk rumah sakit?"

"Direktur Liu, saya melihat anda sepertinya sangat sakit hati, jangan-jangan anda menyukai Mia ?"

"Dudu"

"Dudu"

Mia dan Liusan bersuara pada waktu yang sama.

Liusan menepuk kepala Dudu dengan ringan, "Jangan mengulangi kebiasaan burukmu terus? Bercanda juga harus melihat orang"

Dudu menggembangkan mulutnya, "Sudah, kalian bicara saja, aku pergi melihat Rena Munir sebentar"

" Mia, Dudu sudah terbiasa bersikap seperti ini, kamu.... jangan menghiraukannya!" Liusan berkata dengan nada suara malu.

"Liusan, apakah kamu sudah gila? Apakah kamu tidak tahu hubungan aku dengan Mia lebih baik daripada dengan kamu? Kami tidak butuh penjelasan kamu!" Dudu mengeluarkan kepalanya dari pintu dan berteriak dengan suara besar.

"Dudu......."

"Tidak apa-apa, aku mengenal dia dulu daripada kamu, aku lebih mengerti personalitas dia darpada kamu!" Mia yang daritadi diam tiba-tiba bersuara.

"Katakan saja, kamu mencari aku untuk apa? Jangan berkata kamu itu datang menjenguk aku!"

"Aku ada urusan yang sangat penting, harus berbicara denganmu secara langsung" Liusan menjelaskan.

Novel Terkait

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu