Cantik Terlihat Jelek - Bab 277 Salah Paham Yang Semakin Mendalam

Clover menyipitkan matanya dan melihat ke Simon : "Simon, kamu masuk dulu, bilang sama papa nanti mama akan menyusul"

Hari ini adalah hari bulan pertama anak Tifa dan Dylan.

Setelah itu, Clover pun menarik ke Mikasa ke sebuah sudut yang memiliki tempat duduk.

Setelah duduk, Clover mengeluarkan tissue dan menyeka air mata Mikasa, kemudian berkata, "Kakak ipar, apakah kamu tengkar bersama kakakku?"

Mikasa menggelengkan kepalanya.

Clover menarik tangan Mikasa dengan alis mengerut, "Kenapa tanganmu begitu dingin? Apakah kamu kedinginan?"

Dingin? Tidak, yang terasa dingin adalah hati Mikasa.

"Clover, apakah di antara kamu dan Devan pernah ada orang ketiga?"

"Orang ketiga? Kakakku.... Selingkuh?" Clover berkata dengan kaget.

Selingkuh? Mikasa menghela sebuah nafas, tiba-tiha dia meragu apakah mau memberi tahu Clover masalah Gisel, Mikasa sangat takut Clover akan berpikir yang sama dengan Gary.

"Kakak ipar, coba kamu katakan kepadaku, bisa jadi aku bisa membantu kamu" Clover melihat keraguan Mikasa, sehingga dia coba memberikan saran.

Mikasa mengangkat kepalanya dan melihat ke Clover, pada saat dia mau berbicara, dia melihat sebuah bayangan tubuh yang familiar, kata-kata yang sudah sampai sisi mulutnya pun tertelan lagi, dia berdiri dengan perlahan dan menatap ke pria yang berjalan ke arahnya.

"Kak" Clover memanggil.

Gary melihat ke Clover, "Mengapa kamu juga di sini?"

"Anak adik Devan satu bulanan hari ini, kami datang makan dan kebetulan bertemu dengan kakak ipar" Setelah berkata, Clover menarik Gary ke samping, "Kak, hari ini saudara kakak ipar menikah, kamu sebagai suaminya, sesibuk apa pun harus temani dia hadir acara ini, kalau tidak bagaimana orang akan melihat dia?"

Tatapan Gary tenggelam, dia melihat ke Mikasa, "Hari ini ada sedikit urusan"

"Urusan apa yang bisa lebih darurat dari ini? orang baru saja menikah dengan kamu dan kamu membiarkan orang datang ke acara seperti ini sendiri, waktu aku ketemu dengan kakak ipar tadi, dia sedang melamun, tidak perlu bilang dia pasti mengalami banyak kesusahan, kak, masalah ini kamu benar-benar salah" Clover berkata sambil menarik kemeja Gary yang sedikit keriput.

Tatapan Gary yang berisi sakit hati menuju ke Mikasa, "Iya, aku sudah mengerti. Kamu masuk dulu saja, jangan biarkan mereka tunggu terlalu lama, masalah kami, aku akan urus"

Clover mengerti masalah pribadi pasangan sangat susah diselesaikan orang ketiga, dia mengangguk kepada Mikasa, "Kakak ipar, aku masuk dulu, kalau ada masalah telepon aku saja"

Mikasa menjawab iya.

"Aku antar kamu pulang"

Mikasa tidak berkata, dia juga tidak memiliki suasana hati meminta Gary naik ke atas menyapa, kondisi dirinya sangat buruk.

Mereka pun tiba di ruang basemen rumah, tetapi Gary tidak turun dari mobil.

Mikasa melihat ke Gary, "Kamu tidak mau pulang?"

"Iya" Setelah beberapa saat dia menambah : "Aku masih harus pergi ke rumah sakit, dia disana butuh orang"

Mikasa menjawab iya kemudian turun dari mobil dan berjalan ke lift tanpa melihat ke belakang lagi.

Sampai suara mobil Gary semakin menjauh, Mikasa baru berjalan keluar dari sudut dinding dan melihat ke tempat yang Gary parkir tadi sambil melamun.

Malam itu, Gary tidak pulang dan Mikasa tidak tidur.

Besok paginya, Mikasa bangun sangat pagi, dia pergi ke pasar dan membeli tulang untuk masak sup.

Pada saat menonton video Jessy semalam, Mikasa ada melihat tulisan diagnosis tulang di rumah sakit.

Sampai disana, Mikasa mencari tahu nomor kamar Gisel, dia berdiri di luar pintu dan melihat ke dalam, tangan Gary berada di atas dahi Gisel, sepertinya dia sedang mengukur suhu tubuh Gisel.

Setelah itu, Gary berkata sesuatu dan mereka pun saling tersenyum.

"Nona, kamu datang jenguk pasien ya? Kenapa tidak masuk?" Seorang bibi berumur sekitar 40-50 tahun berdiri di luar pintu dengan memegang nasi kotak di tanganya.

"Kamu.... kamu datang jaga dia?"

bibi melihat ke dalam dengan sudut mulut terangkat, "Tuan Gary benar-benar sangat perhatian, sepertinya dia sama sekali tidak tidur dalam waktu satu malam ini"

Kekaguman bibi itu membuat luka di hati Mikasa terbuka lagi.

"Ayo masuk" Bibi mendorong buka pintu dan menyuruh Mikasa masuk.

Mikasa melamun sejenak sebelum masuk ke dalam, Gisel dan Gary merasa sedikit kaget dengan kedatangan Mikasa .

Gary berjalan kepada Mikasa, "Mikasa, kenapa kamu bisa datang?"

Gisel juga ikut bersuara: "Kakak ipar, kamu datang ya, itu, Gary, kamu cari kursi kasih kakak ipar duduk"

Gisel memanggil Mikasa kakak ipar, tetapi dia memanggil Gary dengan nama, kalau orang luar mendengarnya, mereka akan mengira Mikasa adalah kakak iparnya Gary dan Gisel.

Tetapi, Mikasa tidak menunjukkan perasaannya di ekspresi wajahnya, "Gisel, aku ada masak sup tulang untuk kamu, tunggu nanti sudah tidak begitu panas, kamu cepat minum"

Setelah itu, Mikasa pun memberikan sup itu kepada bibi, "Kalau begitu, Gisel, kamu istirahat dengan baik, aku, aku masih harus kerja, aku pergi dulu"

Kemudian Mikasa mengangguk kepada Gary dan berputar balik badannya keluar dari ruangan.

Pada saat Mikasa tiba di lantai bawah, Gary mengikuti di belakangnya.

Gary menarik Mikasa, "Kamu telah bekerja keras, bangun pagi-pagi masak sup untuk dia"

Tatapan Mikasa tertuju kepada tangan Gary, hatinya terasa sedikit asam dan sedih, Mikasa mengangkat kepalanya dan melihat ke Gary, "Aku minta maaf untuk kata-kataku semalam, aku seharusnya tidak meragukan tanpa alasan"

Sudut mulut Gary terangkat, dia mencubit pipi Mikasa, "Aku tahu Mikasa istriku sangat pengertian, aku tahu kamu adalah gadis yang baik hati" Setelah itu, Gary memberikan sebuah ciuman di dahi Mikasa .

Berbaik hati? Maksudnya adalah hati Mikasa semalam tidak baik? Apakah maksudnya ini?

Sebelah jendela kamar lantai tiga.

"Nona Gisel, dokter berkata kaki kamu masih tidak sesuai untuk bergerak, kamu cepat berbaring kembali......"

Tatapan Gisel tertuju ke sepasang pasangan yang berada di lantai bawah, dengan perlahan dia menarik kembali tatapannya dan melihat ke sup di atas meja.

"Bibi, kamu pergi ke ruang perawat dan membantu aku memberi tahu mereka untuk mengganti seprai tempat tidur, sudah sedikit kotor itu"

"Oh baik, Nona Gisel"

Di lantai bawah.

"Kamu tidak tidur semalam, siang hari bibi kan ada di sini, kamu pulang rumah istirahat saja" Mikasa menyentuh wajah Gary, dagunya memiliki sedikit kumis yang menumbuh.

"Tunggu setelah pemeriksaaan dari dokter, aku akan langsung pergi ke kantor, nanti aku berbaring sebentar di kantor waktu siang"

"Kalau begitu, aku pergi dulu ke kantor, sampai jumpa" Mikasa berusaha untuk tersenyum.

Gary merasa ekspresi Mikasa ada yang salah, tetapi dia juga tidak bisa menjelaskan di mana yang salah.

Setelah meninggalkan rumah sakit, Mikasa tidak naik bus umum, dia takut kalau dia naik bus umum, dia melamun dan adegan berputar tanpa batas itu akan muncul lagi.

Mikasa harus pergi ke kantor, dia harus meyelesaikan desain itu dengan cepat, harus cepat....

Pada saat hampir jam 10, ponsel Mikasa berdering, sudut mulut Mikasa terangkat secara refleks ketika dia menyadari Gary meneleponnya, bagaimanapun Gary tidak percaya dengannya, bagaimanapun Gary melukainya, Mikasa tidak pernah berpikir mau melukai Gary, bahkan satu kata yang melukai perasaan saja Mikasa tidak tega berkata kepada Gary.

Mikasa mengangkat telpon....

"Mikasa, kamu kasih Gisel makan apa?" Suara marah terdengar dari telepon.

Suara Gary, tetapi suaranya berisi kemarahan yang asing.

Novel Terkait

Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu