Cantik Terlihat Jelek - Bab 369 Mohan Muntah Darah

Setelah memastikan Morena baik-baik saja, Mia mengganti baju kerja, memakai make up simple, pergi ke kantor, terus tinggal dirumah membuat Mia merasa bosan.

Di lift, Mia bertemu dengan Helmi yang sudah lama tidak jumpa, mengingat terakhir kali melahirkan Rena, Helmi banyak membantu, Mia tidak sempat mengucapkan terima kasih secara khusus, membuat ini situasi sedikit canggung.

“Presiden He, terima kasih untuk kejadian sebelumnya.”

Helmi terkejut, “Kamu, tahu namaku?”

Mia menarik nafas dalam-dalam mengeluarkan kartu nama dari tasnya, dan menyerahkannya kepada Helmi, “Aku ini karyawan perusahaanmu.”

Helmi mengambil kartu nama itu dan memandang Mia dari atas ke bawah, “Kenapa aku tidak tahu, diperusahaan ku ada wanita cantik?”

Pujian langsung Helmi membuat Mia mengerutkan bibir, “Presiden He memang pandai bercanda.”

Pada saat ini, lift tiba di lantai tempat Mia bekerja, “Presiden He sampai jumpa.”

Senyuman Mia, terlihat melalui pintu lift yang berangsur-angsur tertutup, senyuman Mia terbayang di mata Helmi tampak jernih dan indah.

Begitu Seli bekerja sudah mendapat surat demosi, Seli langsung menerobos masuk kantor Mohan, “Mohan, kenapa memindahkanku ke bagian penjualan?”

Mohan menengadah, “Seingatku diluar negeri kamu belajar penjualan, menaruhmu di ruang sekretaris terlalu menyia-nyiakan bakatmu?”

“Tapi aku……”

“Jangan buat onar, patuhi aturan.”

“Mohan, aku ingin setiap hari melihatmu.”

Mohan tersenyum, tapi tatapan matanya sangat dingin, “Lebih baik jaga jarak, Jika suatu hari aku mati, kamu tidak akan terbiasa tidak melihatnya.”

Seli gemetaran, lalu tenang, “Mohan, apa yang kamu katakan?”

“Sudahlah, pergi sana, aku masih banyak urusan.”

Setelah itu, Mohan menundukkan kepala, ketika pintu ditutup, ada bau darah di mulutnya, Mohan mengambil sapu tangan dilacinya.

Melihat darah merah segar, Mohan menutup mulutnya, lalu menarik nafas dalam-dalam, dan melemparkan setumpuk sapu tangan yang digunakan ke tong sampah di sampingnya.

Setelah meminta cuti selama beberapa hari, Mia mendapat banyak pekerjaan, meskipun mereka mempunyai penerjemah luar, tapi perusahaan juga akan menerima beberapa dokumen.

Mia sibuk seharian hingga belum minum setetes air pun.

Namun, itu adalah cara yang baik untuk membubarkan energi negatif yang dibawa dari keluarga Mo.

“Begitu giat, kelihatannya kuartal ini harus menaikkan gajimu baru bisa.”terdengar suara seorang pria datang dari atas.

Mia menengadah, dan tersenyum ke mata Helmi, “Kalian yang jadi boss, bagaimana mungkin tahu penderitaan karyawan?”

“Tidak peduli semenderita apapun juga harus makan kan?”

Mia melihat jam, dia baru sadar, jam makan siang hampir berakhir.

“Ayo, kutraktir kamu makan.”

“Tidak bisa, aku yang traktir, Terima kasih atas bantuanmu.”

Setelah membereskan barang-barang di atas meja, keduanya meninggalkan kantor yang satu jalan didepan yang satu jalan dibelakang, seluruh rekan kerja sudah pergi makan, jadi tidak ada orang disekitar kantor, kalau tidak makan siang dengan Helmi akan membuat sakit kepala.

Mia tidak menyangka Helmi akan membawanya pergi makan ke restauran kecil.

“Jangan pandang sebelah mata, makan disini harus booking tempat.”ucap Helmi melihat Mia yang meragukannya.

Ketika masuk, ternyata memang benar, tidak ada kursi kosong, ditengah kesibukan, boss restauran melihat Helmi dan berkata: “Mejanya sudah disiapkan untuk Anda, makanannya masih seperti biasa 3 menu itu?”

Helmi memandang Mia, “Ada yang ingin dimakan?”

Mia menengadah memadang menu yang ada di dinding, lalu memesan dua menu, “Sudah, terlalu banyak tidak habis.”

Mia yang santai dan murah hati, membuat Helmi terdiam.

Ketika makanan datang, Mia tidak sabar untuk mencicipinya, “Hhm, enak sekali.”puji Mia.

Makan siang ini dilewati dengan tenang, Helmi adalah pria yang sangat bisa menjaga orang lain, dia mengambilkan sayur untuk Mia, kelihatan jelas Mia tidak memakan seledri, dan Helmi membantu Mia memilih seledri, dan setiap saat menuangkan teh untuk Mia.

Tidak dibuat-buat, tapi hatinya sangat hangat

Selesai makan, Mia membayar tagihan, Helmi tidak menolaknya.

Helmi mengantar Mia ke lantai bawah perusahaan, melihat Helmi yang tidak bermaksud turun, “Urusanmu sudah selesai?”

“Datang untuk meeting, sekarang kembali ke perusahaan sendiri.”

“Oh, begitu, baiklah, sampai ketemu nanti.”ucap Mia hendak keluar dari mobil.

Helmi menarik lengannya, sedikit membungkuk, dan mengambil sepotong nasi dari ujung rambutnya, “Yang sudah jadi ibu, makan seperti anak kecil.”

Mia tersenyum malu, menganggukkan kepala turun mobil.

Setelah melihat mobil berjalan untuk waktu yang lama, wajah Mia sedikit tenang.

Helmi lebih seperti teman lama baginya, meskipun ini adalah ketiga kalinya mereka bertemu.

Tiba-tiba HP Mia berdering, melihat tampilan layar menuliskan nama ayah Rena, Mohan, Mia menarik nafas, melihat kiri dan kanan, hatinya merasa sedikit bersalah.

Jawab

“Halo.”

“Aku ingin mengajakmu makan malam.”

Mia mengerutkan kening, “Kamu salah telepon ya?”

Nafas pria itu datang dari sisi yang berlawanan, Mia tidak mengatakan apa-apa hanya menunggu.

“Selama sehari tidak cerai, selama sehari itu kamu masih istriku bukan?”

“Maaf, aku tidak ingin pergi.”

“Beri alasan.”

“Aku tidak ingin seumur hidup dipanggil Nyonya Mo, kamu tahu itu, setelah cerai aku masih mau menikah lagi, tidak ada seorang pria pun yang bisa menerima istrinya terbiasa dipanggil dengan nama mantan suami.”ucap Mia, “Sudah itu saja, aku mau kerja, sampai jumpa.”

Tanpa memberi kesempatan lawan berbicara, Mia langsung menutup telepon.

Mohan mendengarkan bunyi bip dari teleponnya. dia melihat kertas yang ditandatangani di atas meja, dan matanya nostalgia.

Beberapa tahun terakhir, Mohan membuat persiapan, tapi saat ini, dia merasa tidak rela, lalu menarik nafas dalam-dalam, mengirim SMS ke Mia, “Sekarang kamu tetap ingin cerai, terus Rena ikut siapa.”

Mia merasa api amarahnya membara, dia menelepon balik Mohan.

“Presiden Mo, apakah menurutmu perlu melakukannya sampai begitu? Bukankah kamu punya cinta pertama? Kamu bawa saja, bukankah itu bisa? Kamu tenang saja, aku tidak keberatan.”

“Jangan buat onar, setelah pulang kerja, aku akan menyuruh Misao menjemputmu.”

Mia mengira dia akan marah, tapi tidak menyangka tiba-tiba menjadi tenang, Mia sedikit tidak terbiasa dengan ini.

Setelah pulang kerja, Mia tidak ingin pergi, dia ingin melihat Rena, tapi Mia tidak ada pilihan lain.

Mobil sport Misao berhenti di pintu perusahaan, rekan kerja Mia yang berjalan keluar saling memandang, Misao yang melihat Mia keluar, “Kakak ipar, ayo pergi.”

Semua orang berteriak.

“Mia, kamu sudah menikah?”

“Kenapa memanggilmu kakak ipar?”

“Tidak pernah dengar kamu menikah?”

“Wah, bukankah keluarganya orang kaya?”

……

Mia tersipu malu dan menyesap bibirnya, “Hehe, imajinasi kalian terlalu luar biasa, hanya bercanda saja.”

Setelah itu, Mia mengikuti Misao masuk mobil.

“Misao, Mohan mau membawaku makan dimana?”

Wajah Misao sedikit kaku, “Nanti juga tahu.”

Novel Terkait

Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu