Cantik Terlihat Jelek - Bab 558 Sudah Jelas Tidak Normal

"Paman Muda, aku ada kelas sore ini, Aku harus pergi ke sekolah."

Ketika Raven datang, sebelum dia berbicara, Hutu menyampaikan hal ini dulu.

Sebenarnya, Hutu sudah minta ijin dengan gurunya.

Tapi Hutu tidak boleh menjadi beban bagi Raven, kapan pun.

Raven melihat waktu,"Kalau begitu aku akan mengantar kamu!"

"Tidak, tidak usah, aku naik kereta bawah tanah lebih cepat."

Hutu sambil menunjuk ke pintu masuk kereta bawah tanah di seberang hotel, "itu ada di sana, sangat praktis kok."

Raven mengangguk, bangkit, membayar tagihan dan mengantarnya ke seberang. "Hati-hati ya di sekolah nanti."

"Yah, ok! Paman muda kalau kerja jangan kemalaman, Perhatikan kesehatanmu juga," kata Hutu sambil melambai padanya, berbalik dan berjalan masuk.

Setelah belokan, Hutu bersandar di dinding, menutupi wajahnya dan memaksa dirinya untuk menahan rasa tidak nyaman di hatinya.

Hutu mengirim pesan ke Raven, "paman muda, aku lupa memberi tahu, tadi rekan kerja kamu menelepon."

"Ok!"

Hutu melihat pesan yang begitu singkat dari Raven, tiba-tiba ada perasaan sesak di dada.

Padahal sudah berpacaran, kenapa tidak mengetik lebih banyak kata di dalam pesan?

"Paman Muda, Aku akan merindukanmu." Hutu tersipu dan mengirim kata-kata ini kepada Raven.

"Kalau libur, kesini aja."

"Ok!" Hutu juga belajar dari Raven, ketik jawaban singkat, lalu berbalik dan masuk ke stasiun kereta bawah tanah.

Tapi, ketika Hutu tiba di sekolah, Hutu menemukan barisan panjang mobil-mobil mewah hitam yang diparkir di gerbang sekolah.

Hutu tidak menganggapnya serius, mungkin ada pimpinan yang datang ke sekolah untuk inspeksi.

Kembali ke asrama, Vema dan Weni tidak ada di sana, hanya ada Mimi yang berbaring miring dan sedang asik dengan permainan ponselnya.

"Kamu tidak minum terlalu banyak tadi malam, kan, Mimi?" Hutu meletakkan tasnya di atas meja dan menatap Mimi.

Mimi hanya menggelengkan kepalanya, dia terlihat dingin, tapi tidak ada yang berbeda, Mimi juga tidak membuka mulutnya.

Hutu sudah lama terbiasa dengan sikap cuek dari Mimi, jadi dia hanya tersenyum, menyusun buku-bukunya dan pergi ke ruang kelas.

Kelas sore hanya ada satu pelajaran, Ketika Hutu selesai dan kembali ke asrama, dia melihat banyak orang berkumpul di lantai bawah asrama laki-laki.

Hutu tidak suka melihat keramaian, Dia hanya melintasi kerumunan dan langsung ke arah asrama wanita, Namun, tiba-tiba Vema yang tidak tahu muncul darimana, menarik Hutu ke satu sisi, "Kamu mau kemana? Ayo kita lihat keramaian."

"Vema, mengapa kamu ada di sini? Bukannya kamu ada dua kelas wajib?"

Vema menatap Hutu dan tersenyum penuh arti. "Apakah kamu tahu aku tadi ketemu siapa di luar barusan?"

Hutu menggelengkan kepala.

"

Aku barusan ketemu paman yang menyelamatkanku tadi malam."

“Paman?” Hutu mengangkat alisnya. Pria itu, tampaknya, hanya beberapa tahun lebih tua dari Raven, kalau disebut kakak masih normal, kenapa sebut paman?

Hutu bertanya, "Apakah dia setua itu?"

Vema menatapnya, menutupi mulutnya dan menahan tawa, "tidak tua, tidak tua!"

Kemudian, Vema menoleh, sambil menunjuk ke asrama anak laki-laki dan melihat ke dalam dengan berjinjit. "Aku baru saja mendengar dari dia, katanya mereka dipercaya untuk menemukan seorang anak laki-laki di sekolah kita, ternyata tadi malam, ada anak pejabat kota A yang ditiduri oleh anak laki-laki sekolah kita."

Hutu mengerutkan kening, melihat sekeliling dan menarik napas, "begitu banyak orang? Sekolah tidak peduli?"

Paman yang semalam jelas bukan orang sembarangan.

Vema memutar rambutnya dengan jari-jarinya, sesudah itu, dia menggambar sebuah busur di punggung Hutu .

"Kalau orang lain, sekolah pasti akan mencegah mereka masuk, lihat di belakang kamu, perpustakaan dan bangunan tinggi, itu semuanya hasil sumbangan dari pejabat itu, jadi sekolah pasti akan menutup sebelah mata, ya kan?"

Hutu melihat ke belakang dan menghela nafas.

"Kamu nonton saja pelan-pelan, Aku mau kembali ke asrama dulu."

Hutu tidak pernah tertarik dengan gosip.

Vema melototnya, "Kamu tuh kutu buku."

Hutu pikir Vema tertarik dengan gosip pejabat ini, ternyata bukan.

Kembali ke asrama, Weni masih belum kembali, Dia sedang belajar farmasi dan kedokteran, Weni menghabiskan lebih banyak waktu di laboratorium sekolah daripada di asrama.

Mimi sedang blow rambutnya, ketika melihat Hutu masuk, dia mematikan pengering rambut dan bertanya kepadanya, " Hutu , Apakah kamu punya anting-anting?"

Hutu kaget, "Anting-anting?"

Hutu mengangguk, membuka laci kecil di mejanya, dan menyerahkan sederet anting-anting nya, "kamu pilih saja."

Hutu pikir dengan karakter Mimi, dia pasti akan memilih yang sederhana dan netral saja, tetapi dia malah memilih sepasang anting panjang yang sangat elegan dan mewah.

Kemudian Mimi bertanya lagi, "Kamu punya rok?"

Jika pertanyaan pertama mengejutkan, maka saat ini, Hutu langsung merasa ketakutan, mulut Hutu masih terbuka dan menatap Mimi dengan pandangan

\Aneh dan tidak percaya, "Kamu tadi bilang apa, rok?"

Mimi menunduk dan terbatuk pelan, Setelah beberapa saat, dia berkata, "Aku mau berkencan dengan Rambo hari ini."

Rambo, Hutu tahu dia dan Mimi sudah kenal sejak kecil.

Di awal-awal sekolah, Rambo hampir tiap hari pergi ke asrama untuk menunggu Mimi, Seluruh orang di asrama tahu kalau Rambo ingin mengejar Mimi.

Hanya saja Mimi saat itu selalu bersikap dingin dan cuek pada Rambo.

Dua hari yang lalu, ketika Hutu dan Mimi kembali dari kantin. Ketika mereka bertemu Rambo, Mimi malah berteriak padanya dan minta dia menyerah saja.

Kenapa sekarang bilang mau berkencan?

Hutu menarik napas, tiba-tiba memikirkan dirinya dengan Raven.

Cinta memang seperti ini, berubah sepanjang waktu, Itu sangat normal.

Hutu tersenyum dan berkata, "Selamat ya!"

Berbalik dan buka lemari. "Mimi, kamu bisa memilih yang kamu suka, mau yang mana?"

Ibunya tidak pelit terhadap Hutu , Meskipun pakaiannya tidak seperti pakaian Vema yang ber merk, tapi sebagian besar pakaian Hutu dibuat secara khusus, Ibunya pernah menjelaskan bahwa tidak boleh pamer dan menonjolkan kemewahan.

Mimi mengangguk dan mendekat.

"Mimi, apa yang terjadi pada kakimu? Aku melihat cara kamu berjalan, kayanya tidak seperti biasa?"

Hutu memperhatikan Mimi, dan bertanya.

Mimi mengeluarkan gaun panjang warna abu-abu muda dengan leher panjang, berbalik dan memandang Hutu , "yang ini saja, pinjamkan padaku ya."

Mimi tidak menjawab pertanyaan Hutu .

Hutu mengangguk dengan cepat, "tidak apa-apa, Jika kamu suka, aku bisa memberikannya kepadamu, kebetulan kepanjangan buat aku, Kamu lebih tinggi, pasti lebih cocok kalau kamu yang pakai."

Mimi tersenyum padanya, berbalik dan pergi ke kamar mandi.

Melihat postur tubuhnya Mimi saat berjalan, sungguh aneh. Hutu mengerutkan kening.

Di dalam kamar mandi

Mimi melihat ke cermin, bagian tengah dada, bekas luka yang panjang dan dalam, Mimi tersandung ke belakang, bagian punggungnya yang cerah dan bersih menempel ke dinding yang dingin, Mimi perlahan-lahan menutup matanya.

Novel Terkait

Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu