Cantik Terlihat Jelek - Bab 607 Perubahan Besar Pada Kejadian

“Aku sudah tahu kondisi kalian dari Reven, Tutu, aku tahu kamu mungkin tidak bisa langsung menerimaku, tetapi menurutku lebih baik mengumumkan saja identitasmu, jadi kalian dapat bersama dengan terus terang. Bagaimana menurutmu ?”

Hutu awalnya juga terbengong sejenak, namun setelah itu, dia langsung mengerti alasan Raven yang terus mencari Ahmad, dia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, lalu mulai menangis tersedu-sedu.

Tangisan Hutu menjadi semakin dalam.

Akhirnya, masalah ini ada penyelesaiannya juga.

Akhirnya, mereka juga dapat bersama dengan terus terang.

Raven menggenggam tangan kanan Hutu yang berada di bawah meja, “Dikarenakan kejadian ini sudah sangat lama, aku tidak boleh mengambil keputusan dengan tergesa-gesa, makanya aku menghabiskan banyak waktu untuk mencari buktinya, setelah kamu terjadi kecelakaan, aku tidak memberitahumu lagi dan langsung menghubungi paman Ahmad, kalian ada banyak kemiripan dari segi bentuk wajah, sehingga akhirnya aku mengambil rambutmu dan melakukan pemeriksaan DNA dengan paman Ahmad.”

Raven menjelaskannya, Hutu yang sedang menangis juga mengangguk padanya.

Hutu mungkin saja bisa mencurigai niat orang lain, namun dia tidak akan mencurigai Raven.

Hutu mengetahui bahwa apabila ayah kandung dirinya bukan Ahmad, Raven juga tidak akan akan mengambil tindakan ini.

Raven sangat mempedulikan Hutu, sedangkan Hutu juga mengetahuinya.

Menurut penilaian orang luar, mungkin saja cinta Hutu terhadap Raven akan lebih kelihatan jelas, namun pada kenyataannya, Hutu tidak akan bisa mengalahkan cinta dan toleransi Raven terhadap dirinya.

“Paman… paman muda !” Hutu memanggilnya dengan suara serak.

Tangan Raven yang akan menghapus air mata Hutu langsung menjadi kaku, sejenak kemudian, Raven menarik sudut bibir sendiri dan memeluk Hutu ke dalam pelukannya, lalu tersenyum dan berkata, “Bagus, bagus !”

Setelah mendapatkan persetujuan dari Hutu, kinerja kerja Ahmad dan Raven menjadi sangat cepat.

Pada sore itu juga, Ahmad bahkan mengadakan konferensi pers untuk mengumumkan identitas Hutu.

Dalam beberapa tahun ini, cara kerja Ahmad sangat rendah hati.

Ahmad telah menyumbangkan berbagai bangunan sekolah dasar, namun dia tidak pernah meninggalkan namanya.

Setelah itu, dikarenakan orang internal yang keceplosan mengenai kenyataan ini, sehingga tingkah terpuji dirinya baru diketahui oleh masyarakat umum.

Meskipun demikian, Ahmad tetap mempertahankan niat awalnya dan bertindak rendah hati.

Oleh sebab itu, para wartawan di media besar menjadi sangat heboh ketika mengetahui bahwa Ahmad akan mengadakan konferensi pers.

Dengarnya pihak media massa langsung memerintahkan petugas yang paling hebat untuk turut menghadirinya.

Ini pertama kalinya Hutu menjadi peran utama dalam konferensi yang sebesar ini, dia merasa sangat grogi.

Sebelum acara dimulai, Hutu ingin menelepon ibunya Shang Ningga, dan juga ibu yang telah membesarkan dirinya.

Teleponnya baru diangkat setelah tersambung sejenak.

“Ibu….” Hutu tetap memanggilnya dengan sebutan ibu.

Lawan bicaranya terdiam sejenak, lalu menjawab ‘iya’ padanya.

Dengan kata sederhana ini sudah cukup membuat Hutu menangis tersedu-sedu.

“Ibu, aku Tutu.” Meskipun dalam beberapa tahun ini mereka jarang bertemu dan tidak begitu dekat lagi.

Meskipun dalam hati Hutu mengetahui bahwa, keberadaan dirinya telah mencelakai anak mereka.

Meskipun dalam beberapa tahun ini, keluarga Ningga bertindak kejam terhadap dirinya, bahkan membunuh anak di dalam kandungannya.

Akan tetapi, dalam hati Hutu juga mengetahuinya, keluarga Ningga adalah keluarga Ningga, ibunya tetap sebagai ibunya.

Hutu tidak akan bisa melupakan ibunya yang telah membesarkan dirinya.

“Baguslah kalau baik-baik saja.” Ibu Ningga terdiam sejenak, baru menjawab pembicaraan Hutu.

“Ibu….”

“Aku sudah capek, sudah ya.”

Hutu masih belum sempat menjawab apapun, ibu Ningga langsung memutuskan sambungan teleponnya.

Hutu mengisap hidung sendiri, hubungan dia dan ibunya tidak dapat kembali lagi seperti dulu.

Kematian anak itu telah menjadi lintangan yang tertanam di hati ibunya, lintangan yang tidak dapat dilewati dan dilupakannya.

Raven berdiri di depan pintu dan melihat Hutu yang sedang menangis, dia beranjak masuk dan memberikan selembar tissue kepadanya, “Dandanan sudah lentur, tidak cantik lagi kalau keluar.”

Raven jarang sekali dalam melontarkan kata- kata 'bercanda'.

Hutu mengulur tangan dan memeluk pada pinggang Raven, “Paman muda, apakah setelah melewati hari ini, aku tidak berhubungan apapun lagi dengan keluarga Ningga ya ?”

Raven menatapnya dan mencubit ringan pada pipinya, lalu mengerutkan alis dan berpura-pura untuk bereaksi serius. “Apa maksudmu, kamu tidak mau bersamaku lagi ya ?”

Hutu terbengong sekilas, setelah itu langsung menyadari kembali.

Raven adalah anggota keluar Ningga, dalam sisa hidupnya, dirinya akan menjadi nyonya Ningga, mana mungkin tidak berhubungan lagi dengan keluarga Ningga ?

Hutu menarik sudut bibirnya dan tersenyum.

Raven membungkuk pinggang dan berbisik di telinganya, “Dia sudah datang.”

Tubuh Hutu menjadi kaku sejenak, lalu langsung berkata dengan reaksi kaget, “Dia mau buat apa ?”

“Aku datang buat apa ? Anakku akan mengumumkan masalah pernikahannya dengan anak perempuan orang lain, aku yang sebagai ayahnya tidak perlu menghadiri ya ?”

Terdengar suara nyaring yang berasal dari luar pintu.

Hutu dapat melihat kakek Ningga yang sedang beranjak masuk dengan membawa kruk.

Punggungnya semakin membungkuk, wajahnya juga terkesan pucat.

Hutu dengan refleksnya mendekati ke tubuh Raven. Reaksinya sangat panik.

Hutu memang sangat takut sekali dengan kakek Ningga.

Raven memperhatikan seluruh reaksi Hutu, lalu memeluk pundak Hutu untuk menyandar pada paha sendiri, setelah itu dia mengulur tangannya ke belakang tubuh dan membuka telapak tangannya, “Barangnya bawa ke sini.”

Hutu terbengong sejenak, dia tidak mengerti dengan barang yang dimaksud oleh Raven.

Setelah itu, ada seseorang yang langsung memberikan sebuah dokumen kepadanya.

Raven menerima dan membuka dokumen tersebut, lalu mengeluarkan kertas di dalamnya.

Di dalamnya ada kertas pemeriksaan yang memiliki logo rumah sakit, dan juga belasan lembar foto.

Hutu melirik dengan sembarangan, ketika melihat dirinya yang berada di dalam foto tersebut, tatapannya menjadi kaget.

Berdasarkan foto tersebut, semuanya berisi foto dirinya mulai dari berangkat ke rumah sakit dan masuk ke ruang gastroenterologi, dan juga ada foto dirinya yang masuk ke ruang kebidanan rumah sakit.

Hutu sangat bingung, dia mengambil fotonya dan melihat kertas hasil pemeriksaan yang terletak di bawahnya.

Selembar kertas pemeriksaan darah, di atas kertas tersebut tertera namanya, di bawahnya lagi tertera nilai HCG, namun hasil pemeriksaan pada sudut kanan kertas menyatakan bahwa, dirinya tidak ada jejak kehamilan.

Hutu mengepal baju sendiri dan mengambil nafas dalam.

Setelah itu dia duduk tegap dan terus melihat kertas pemindaian gambar kandungan.

Hasil dari pemindaian menyatakan dirinya belum hamil, tidak terdengar suara di dalam janinnya, kelihatannya belum ada jantung janin yang terbentuk.

Akan tetapi, hasil pemeriksaan pada saat itu tidak menyatakan demikian.

Saat itu hasil pemindaian menyatakan telah terdengar suara detakan jantung janin.

Mengapa hasilnya bisa berubah ?

Apa yang terjadi ?

“Paman muda, ini apa maksudnya ?” Hutu terus menarik lengan baju Raven.

Raven mengambil nafas dalam, perlahan-lahan menjelaskan padanya.

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu