Cantik Terlihat Jelek - Bab 354 Balasan

Awalanya Mia mengira Mohan akan sengaja menganggu dia, tetapi yang mengkagetkan adalah Mohan tidak melakukan hal itu, dia bersikap sangat diam, setiap malam pulang, Mohan akan pergi ke kamar anak untuk melihat anak sebentar, kemudian baru pergi ke ruang baca, sikap Mohan terhadap anak membuat Mia merasa sedikit terhibur, tetapi yang bisa Mia rasakan juga hanya terhibur saja.

Mia dan Mohan tidak berinteraksi, satu malam sebelum Morena berusia penuh satu bulan, Ibu Mo datang kemari dan berkata kepada Mia bahwa dia ingin mengadakan acara penuh bulan untuk Morena.

Mia menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu, kita sekeluarga merayakan saja, aku dan Mohan sudah mau bercerai nanti, kalau mengadakan acara besar malah tidak bagus untuk satu sama lain" Mia menyentuh tangan kecil Morena dan memasang senyuman lembut, dia berkata kata-kata ini dengan nada suara yang lembut seolah-olah seperti sedang berbicara tentang hal kecil apakah kamu sudah makan.

Tetapi Ibu Mo malah melihat Mia dengan kaget, "Kamu... kamu bilang apa?"

Melihat ekspresi Ibu Mo, Mia mengangkat kepalanya, "Kami akan bercerai? Ibu bukannya anda juga tidak menyukai aku? Setelah bercerai anda bisa mencari menantu yang anda suka" Berpikir tentang kekejaman dan egois wanita itu, Mia tertawa dengan dingin dalam hatinya, wanita itu hanya mau menemani dia waktu bahagia tetapi memilih untuk melarikan diri ketika kesusahan, Mia tidak tahu seberapa bodoh Mohan sampai bisa jatuh cinta kepada wanita seperti ini.

Mia datang ke keluarga Mohan sudah hampir satu tahun, kali ini adalah percakapan terpanjang antara Mia dan Ibu Mo, biasanya Mia hanya akan mengatakan jawaban seperti iya, oh, baik.

Jadi, Ibu Mo jelas sedikit tidak sempat bereaksi, setelah beberapa saat dia baru berkata : "Maksud kamu adalah kamu mau bercerai dengan Mohan?"

Mendengar kata 'Mau' yang diucapin oleh dia...

Mia merasa sangat tidak senang, dia benar-benar sangat ingin memberi tahu Ibu Mo, dia tidak hanya mau saja, bahkan dia merasa sangat bahagia, waktu mimpi pun dia memiliki keinginan meninggalkan rumah ini.

Tetapi, ujung-ujungnya Mia hanya berkata 'Iya'

"Apakah karena pria bernama Helmi Yahya itu?"

Jawaban seperti ini membuat Mia merasa kaget, Mia melamun sejenak sebelum bereaksi, "Yang anda maksud adalah Helmi? Ibu, aku dan dia tidak dekat, tetapi kalau anda benar-benar mau mencelakai aku, aku juga tidak akan berkata apa-apa, tetapi paling tidak Helmi kemarin juga menyelamati aku dan cucu anda, aku merasa, seharusnya anda bersikap lebih bijaksana"

Nada suara Mia yang tajam membuat Ibu Mo tidak tahu harus berkata apa, Mia yang seperti ini membuat Ibu Mo merasa sangat asing.

Setelah berbicara, Mia membungkukkan badannya dan mengendong anaknya, "Aku membawa Morena berputar keluar sebentar, udara di dalam rumah sedikit buruk"

Mia berputar balik badannya dan melihat Mohan yang berdiri di pintu dengan wajah hitam.

Mia mengabaikannya dan berjalan melewatinya.

Di dalam taman bunga, cahaya matahari musim dingin memancar dan membuat tubuh terasa hangat, Mia mengendong anaknya dan mencium ke pantatnya, kemudian Mia mengerutkan alisnya, "Morena, mengapa aku baru mengendong kamu keluar kamu langsung membuang air besar?"

Setelah itu, bibi yang berada di samping segera menghampirinya, "Nyonya muda, saya membawa anak untuk memandikan dia sebentar"

Mia mengangguk dan melepas tangan.

Setelah Morena dibawa pergi, Mia langsung berbaring di atas rumput, cahaya matahari yang selembut apa pun ujung-ujugnya tetap membuat kita merasa silau.

Mia memejamkan matanya dan merasa tubuhnya menjadi lega, Mia, kamu akhirnya mau mendapat kebebasan lagi.

Mohan yang berdiri di gerbang pintu rumah melihat seluruh perubahan ekspresi Mia, sehingga ekspresinya pun menjadi menggelap.

Besok harinya, mereka sekeluarga memilih untuk merayakan bersama di rumah, hanya saja suasana di ruang makan ada sedikit aneh, suasana sunyi membuat orang merasa tidak normal, Mia tahu Ibu Mo pasti sudah memberi tahu informasi dia ingin bercerai kepada pasangan tua Mo.

Mereka tidak berbicara, Mia juga bersikap diam, Mia mengambil beberapa lauk kesukaan Nenek Mo kepadanya kemudian mengambil sedikit sup untuk Kakek Mo.

Ini adalah kebiasaaan Mia, pada awalnya, dia dipaksa oleh Ibu Mo, setelah itu semua ini juga menjadi kebiasaan Mia, Mia tahu Nenek Mo menyukai makanan manis, tetapi karena gula darahnya sedikit tinggi, Mia selalu mencuci makanan yang terlalu manis dengan air mineral sebelum memberikan kepada Nenek Mo.

Mia tahu gigi Kakek Mo tidak bagus, jadi dia hanya menyukai minum sup, makanya Mia memerintah bagian dapur untuk memasak daging menjadi lebih matang dan memasak sup lebih lama. agar supnya lebih bergizi.

Mia juga tahu Ibu Mo sedang mempertahan bentuk tubuhnya, sehingga ada banyak lauk dia tidak makan, sehingga Mia selalu memberikan lauk yang bergizi tinggi dan berlemak rendah kepadanya, awalnya Ibu Mo memarahi Mia, Ibu Mo berkata Mia itu licik dan suka berpura-pura.

Tetapi pada detik ini, seharusnya mereka semua merasa malu kan?

Paling tidak, semua yang dilakukan Mia dari awal itu bukan untuk berpura-pura atau untuk mendekatkan diri kepada siapa-siapa, etika baik yang diajarkan oleh orang tua membuat Mia bersikap lebih teliti dan baik hati daripada orang-orang yang seusia dengan dia.

Mohan juga jarang-jarang makan di rumah, melihat Mia melakukan berbagai jenis hal untuk setiap orang dengan familier, matanya pun menjadi menyipit.

"Mia, kamu baru saja melahirkan tidak lama, kamu harus minum sup ini lebih banyak" Nenek Mo berbicara duluan.

Mia mengangguk, "Nenek, lain kali anda harus kurangi makan makanan manis, gula darah terlalu tinggi tidak bagus untuk kesehatan"

Nenek Mo mengangguk, tetapi semua orang juga melihat tangannya bergetar.

"Mia, mengapa kamu mau bercerai dengan Mohan? Meskipun darah tali pusat berguna, tetapi kamu tetap adalah ibunya Rena, kami tidak akan mengusir kamu"

Gerakan Mia mengunyah makanan pun menjadi lambat, selanjutnya Mia meletakkan sumpitnya di atas meja dengan lembut, kemudian dia mengangkat kepalanya dan melihat ke orang-orang di depannya, tatapannya terakhir jatuh kepada Nenek Mo, kalau Mia mau meninggalkan tempat ini, satu-satunya yang membuat dia merasa tidak tega adalah nenek ini, Mia tidak mengerti, mengapa Nenek Mo masih bisa begitu berbaik hati ketika dia berada di keluarga seperti ini, "Nenek, terima kasih atas penjagaan nenek selama beberapa bulan ini, ada beberapa hal aku juga tidak inign berkata terlalu jelas, kita berpisah dengan baik saja, Mohan tidak akan menyukai aku juga, aku sudah berpikir banyak, hal ini tidak akan membawa keuntungan untuk perkembangan Rena, jadi lupakan saja!"

Selanjutnya, Mia makan suap terakhir nasi sebelum meletakkan sumpit dan mangkuk dengan lembut, kemudian dia berdiri, "Demi kebahagiaan Mohan dan Nona Munir, aku menyarankan biarkan aku yang mengasuh Rena saja, kalau kalian kangen Rena, kalian bisa datang menjenguk dia kapan-kapan saja, tentu saja, aku tidak mau uang mengasuh sedollar pun dari kalian" Mia menarik nafas, "Kalau kalian bersikap keras kepala mau Rena tinggal bersama kalian, aku juga tidak ada pendapat lain, hanya saja aku berharap kalian bisa setuju aku sering datang menjenguknya"

Kata-kata Mia sudah dangat jelas menjelaskan dia bukan bersikap emosional atau merajuk sekarang, tetapi Mia itu memang sudah bersedia dari kemarin.

Kalimat tidak mau uang mengasuh dari keluarga Mohan itu juga jelas memukul wajah semua orang, secara tidak langsung, Mia sedang membuktikan bahwa dia menikah dengan Mohan bukan karena uang, Mia memiliki kemampuan untuk mengasuh dirinya, dia juga memiliki kemampuan untuk mengasuh anak.

Lauk yang Mohan mengambil dengan sumpit jatuh kembali ke piring.

Mohan mengangkat kepalanya secara perlahan dan menatap ke wanita di depannya, bentuk tubuh yang kasar, wajah yang gendut sampai alat indranya bergabung menjadi satu, jelas wanita ini jelek, tetapi Mohan tidak mengerti mengapa Helmi bisa jatuh cinta kepadanya?

Mohan menundukkan kepalanya dan tertawa dengan dingin, "Kalau bemar-benar begitu dermawan, mengapa kemarin bersikap keras kepala mau menikah ke sini? Sudah jelas, kamu itu sudah mendapat calon suami selanjutnya, makanya bersikap begitu cemas mau bercerai kan?"

Novel Terkait

Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu