Cantik Terlihat Jelek - Bab 21 Respon Yang Tidak Normal

Bab 21 Respon Yang Tidak Normal

“Argh.... kamu, kamu jangan mempermainkan diriku!” respon Sherin kali ini sangat cepat, dia dengan sekuat tenaga mendorong Devan.

Mundur beberapa langkah, sambil menunjuknya dan berkata: “Aku tidak mau tahu, semalam itu adalah yang pertamaku, aku…. kamu… kamu kalau berani tidak menerima syaratku, aku sekarang juga akan beritahu Gabriel.” Wanita itu mengancam karena melihat laki-laki ini sangat spesial terhadap Gabriel makanya dia tidak percaya kalau dia tidak perduli.

Devan memandangi wanita di hadapannya itu, jelas-jelas wajahnya masih wajah yang sama,tapi kenapa bisa dia merasa bahwa wanita ini terlihat sudah tidak sama.

Dibanding dengan sewaktu baru datang lebih enak dilihat, saat ini dia juga sepertinya jauh lebih ceria, perubahan sifatnya ini membuatnya terlihat jauh lebih energik, orangnya pun terlihat lebih muda.

“Sherin, aku neh orangnya yah? mau dirayu tidak suka ditantang, kalau kamu menurutiku, mungkin saja aku bisa mempertimbangkan hal ini, tapi, sikapmu seperti ini, kalau kau benar berencana seperti ini, yah tidak apa-apa, terserah kamu seh.” ujar Devan yang lalu bergaya tangan terserah, melewati mejanya, berjalan ke dalam dan duduk di kursinya yang bisa berputar itu dengan gaya bossy yang menyilangkan kedua lengan dan meletakkannya ke depan dadanya, terlihat sungguh elegan.

Sherin tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia tidak pernah tahu bahwa sulit untuk berinteraksi dengan laki-laki ini, dia mengerutkan dahi lalu berkata “Sebenarnya apa yang kamu mau?” suaranya terdengar jelas sudah menjadi jauh lebih lembut.

Dia juga tidak tahu, kenapa hal ini bisa menjadi seperti ini, jelas-jelas dia yang memegang wewenang, kenapa bisa jadi dia lagi yang memohon kepadanya.

“Meminta maaf!” jawab laki-laki itu.

“Meminta maaf? Apa aku sudah melakukan kesalahan?”

“Walaupun semalam adalah pertama kali bagi kita, tapi Simon juga demi membantumu, apa kamu tidak merasa aku yang dirugikan?” jelasnya.

Sherin tersedak mendengarnya, Benar-benar deh…. laki-laki ini!!

“Sorry.” lanjut Sherin 

“Suaramu terlalu kecil!”

“Devan, sorry.” ulang Sherin, jika bukan demi Simon, Sherin saat ini benar-benar ingin sekali melemparkan kopi di hadapannya itu ke muka Devan, pernah seh bertemu dengan orang muka tebal, tapi belum pernah ketemu dengan yang setebal ini.

“Keikhlasannya tidak cukup.” balas Devan sambil membuka halaman dokumennya, pandangan laki-laki itu juga selalu pada dokumennya.

Sherin merasa dia benar-benar sedang mempermainkannya, giginya pun saling beradu.

Tiba-tiba, terpikir sebuah ide cemerlang, dia pun duduk naik ke atas meja dan membuka jaketnya, melepaskan satu kancing kemejanya dan terlihatlah tulang selangka yang seksi itu, kemudian dengan sengaja melengkingkan suaranya berkata “Devan, apa kalau tidak, kita lakukan sekali lagi saja? Seperti ini, aku tidak perlu berhutang lagi padamu, mau tidak? sambil mengatakan itu, sambil meletakkan jari telunjuknya di atas bibirnya, salah satu bahu dinaikkan sedikit, gayanya seperti siluman-siluman rubah di drama-drama tv.

Jelas tahu, wanita ini sengaja merangsangnnya, tapi saat Devan melihat dia yang seperti ini, sialan sekali, dia pun merasakan bahwa dirinya juga merespon.

Wanita sepert ini…… dia mengerutkan dahi, apa mungkin benar dia memiliki ilmu gaib? Kalau tidak, bagaimana menjelaskan ketidak normalan pada dirinya?

Beberapa tahun ini, godaan seperti apa yang tidak pernah ia rasakan, tapi, mungkin tahun itu kemunculan Simon yang tiba-tiba itu, membuatnya sedikit trauma, terkadang, jelas-jelas sudah ada pikiran seperti itu, tapi, jika terpikir Simon, laki-laki itu pun menjadi tidak berminat lagi.

Lebih tidak perlu dibilang lagi, saat ini dia masih di rumah, Simon masih di ruangan sebelah sepert ini.

Dia memejamkan mata, namun walau bagaimanapun juga tidak bisa menahan perubahan di dalam tubuhnya yang tidak disangka-sangka ini.

Menghirup nafas dalam-dalam, berdiri dan berjalan ke pinggir jendela, membelakangi Sherin dan berkata “Jangan melakukan hal-hal yang memuakkan seperti ini di hadapanku, cepat pergi sana.”

Sherin merasa lega, menjulurkan lidahnya, Tuhan yang tahu, seberapa gugupnya dirinya!

Melompat turun dari mejanya, lalu memakai lagi jaketnya, berjalan ke belakang laki-laki itu, dia berkata dengan hati-hati: “Apakah ini artinya kamu menerima syaratku?” suara lembut ini membuat Devan tidak bisa menahan diri, jakunnya pun bergerak.

“Iya” jawab Devan dengan suara yang nyaris tak terdengar. Ini membuat Sherin menjadi lega.

Hari ketiga, setelah mereka berhasil mencari pengasuh baru, baru lah Sherin pergi meninggalkan rumah itu.

Mungkin Simon menyadari masalah ini tidak bisa diperbaiki lagi, maka tidak seperti yang lalu menangis dan membuat ulah, kali ini dia hanya meminta Sherin jika ada waktu, harus pulang melihatnya.

Awalnya Sherin mau kembali ke daerah Wol sana, dia lebih mengenal daerah sana, tapi, dia tidak ingin terlalu jauh dari Simon, akhirnya dia memutuskan untuk tetap mencari kerja di daerah Ciput ini.

Karena alasan wajahnya, dia tidak bisa kontrak serumah dengan orang lain, harus tinggal sendiri, harga kontrakan di kawasan kota di daerah ini juga sangat mahal, walaupun dia sudah dibekali dengan 2 bulan gaji dari Devan, tapi pekerjaan baru masih belum saja ketemu. Dia berpikir harus sehemat mungkin, maka, akhirnya dia mencari kontrakan di pemukiman pedesaan yang terletak di pinggiran daerah Ciput, walaupun agak sedikit jauh, tapi, halte bus juga dekat dari kontrakannya, pulang pergi ke kota juga terbilang praktis.

Seterusnya, dia mencari kerjaan di website, sayang, tingkat pendidikannya terlalu rendah, ditambah tidak berpengalaman, sepertinya yang bisa dipilih hanya petugas kebersihan dan pelayan, tapi dia tidak terlalu ingin bekerja di kedua profesi itu.

Di hatinya yang terdalam, dia masih mempunyai batasan dan keangkuhan, dulu menjadi pengasuh di rumah Devan, itu demi Simon, sekarang ini dia tidak ingin hidup menjadi kalangan terbawah lagi.

Dicari cepat make-up artist……

Sebuah info lowongan pekerjaan terlihat oleh matanya, Sherin tiba-tiba mempunya ide, benar juga, kenapa aku dari dulu tidak pernah berpikir bekerja di bidang make-up?

Semasa hidup ibunya cukup berpengalaman di bidang make-up, terakhir supaya Sherin bisa menyembunyikan kecantikan sebenarnya, juga menyuruhnya untuk berlatih dengan tekun setiap hari, walaupun keahlian make-up-nya tidak sedalam ibunya, tapi, juga terbilang sudah sampai tingkat yang cukup sempurna.

Berpikir sejenak, kemudian dia pun menelpon nomer telpon yang tercantum itu.

Hati Sherin merasa gembira.

Melihat dirinya sendiri yang sederhana itu di dalam kaca, melepaskan karet rambut yang terikat di rambutnya, lalu rambut panjangnya pun terurai ke depan, kulitnya yang putih mulus itu menonjolkan blush-on merahnya, kedua bibir tipisnya, sangat cantik memukai luar biasa…….

Jelas-jelas mempunyai kencantikan yang bisa mengemparkan dunia, namun…….

23 tahun seharusnya adalah umur terindah seorang wanita, dia juga ingin mendengarkan pujian orang, dia juga ingin diperhatikan orang, tapi, dia lebih percaya lagi bahwa ibunya melakukan semua ini pasti ada maksudnya.

Ditambah lagi, jika dia menunjukkan wajah aslinya, hubungannya dengan Simon mungkin tidak bisa ditutupi lagi.

Jadi setelah dipikir-pikir, ia pun mengambil peralatan make-up-nya, kemudian tangan yang sudah sangat terlatih itu meriasi dirinya dengan teknik rias yang khusus itu.

Orang lain make up untuk menutupi kekurangan dan menonjolkan kelebihan, tapi dia make up malah mana yang cantik, yah bagian itu yang ditutupi, memperjelek dirinya, seperti itu……

Di dalam bus, dia mengirimkan pesan wechat ke Simon foto rumahnya, memberitahunya bahwa dia sudah menemukan kontrakan, tidak perlu khawatir.

Pesan itu dibalas dengan cepat, “Mama, dari sini rumahnya terlihat terlalu kecil dan sederhana, aku ada uang, aku bantu kamu kontrak rumah yang besar saja yah?”

Sherin tersenyum lembut, hati anak ini begitu tulus terhadapnya, ini benar tidak mirip ayahnya yang bermuka tebal serta berhati jahat dan licik itu……

“Masalah kemarin itu, apa kamu sudah lupa? Apa mau berbaik hati tapi kemudian malah memperburuk masalah lagi?” tanya Sherin balik. Masalah yang sebelumnya terjadi itu terbekat di hati Simon, Sherin tahu mengatakan hal seperti ini, pasti tidak baik, tapi dia mengerti watak Simon, kalau dia tidak seperti ini, anak cilik ini seharusnya bisa melakukan apa saja.

Ternyata benar, Simon membalasnya dengan kata OK.

Sesampai di tempat interview, Sherin ada agak kaget, ternyata tempat interview itu adalah kantor yang bergerak di bidang model, perusahaan ini bisa terbilang perusahaan besar, di lantai 1 gedung kantor ini sepertinya sedang mengadakan perlombaan.

Novel Terkait

Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu